Soal Impor Beras, Buwas Tak Perlu Takut Tekanan Jusuf Kalla

Rabu, 30 Mei 2018 | 12:02 WIB
0
712
Soal Impor Beras, Buwas Tak Perlu Takut Tekanan Jusuf Kalla

Siapa yang tidak kenal sepak terjang mantan Kabareskrim Budi Waseso? Ia pernah menghalangi atau melarang mantan Kabareskrim Susno Duadji ingin berobat ke Singapura. Padahal secara kepangkatan beda jauh, antara Budi Waseso dan Susno Duadji yang waktu itu sebagai mantan Kabareskrim. Toh tugas itu tetap dilaksanakan.

Setelah menjabat sebagai Kabareskrim Budi Waseso melakukan serangan balik ke pimpinanan antirusah yaitu KPK. Dua pimpinan KPK harus mengundurkan diri sebelum masa periodenya habis karena menyandang status tersangka. Budi Waseso tetap jalan terus sekalipun banyak kritikan yang dialamatkan pada dirinya.

Akhirnya mantan Kabareskrim Budi Waseso menjabat sebagai Kepala BNN yang menangani kasus-kasus narkoba. Di tempat barunya ini Budi Waseso juga membuat gebrakan, salah satunya menembak mati bandar narkoba dan sudah tak terhitung bandar narkoba di masa Budi Waseso yang harus mendapat hadiah timah panas. Bandar-bandar narkoba pada ciut nyalinya.

Setelah pensiun dari Kepala BNN, selang beberapa minggu Budi Waseso mengemban tugas baru yang berbeda dengan latar belakang sebagai polisi atau penegak hukum, yaitu sebagai Kepala Bulog.

Mantan Kabareskrim Budi Waseso yang biasanya menangani kasus-kasus narkoba atau kriminal, sekarang menangani ketersediaan kebutuhan pangan untuk masyarakat,yaitu beras.

Budi Waseso rupanya bisa belajar dengan cepat soal Bulog, ia mulai memetakan masalah-masalah yang sering dihadapi oleh Bulog.

Fungsi Bulog sendiri yaitu untuk menjaga ketersediaan beras dan menjaga stabilitas harga beras.

Gebrakan pertama sebagai Kepala Bulog, Budi Waseso berjanji ingin memperbaiki kinerja para pejabat di Bulog, kalau ada pejabat yang bermain mata dengan para mafia beras,ia tidak ragu akan menindak tegas, bisa dipecat. Karena bukan rahasia umum, banyak pejabat bulog yang bermain dengan mitra bulog itu sendiri untuk memainkan stok beras bulog.

Budi Waseso juga mempunyai gagasan yaitu untuk bekerjasama dengan Polsek atau Koramil dalam pendistribusian beras bulog. Dan ingin menjual beras dalam bentuk sasetan ke pasar-pasar retail.

Bahkan Budi Waseso sebagai Kepala Bulog juga sudah tahu jaringan-jaringan pemain besar beras yang mengarah ke mafia beras. Hanya ia tidak bisa menindak, tetapi sudah melaporkan ke Satgas Pangan yang ditangani oleh polisi.

Menurut Budi Waseso ada kesalahan yang dilakukan oleh Bulog, yaitu beras Bulog sering dimainkan sendiri oleh mitra Bulog. Dalam operasi pasar ternyata bulog tidak melakukan sendiri, tetapi melalui mitra bulog dan beras ini sering diselewengkan atau tidak di distribusikan atau dijual kepada masyarakat.

Beras itu dijual oleh mitra dengan kemasan sendiri menjadi beras premium. Maka wajar selama ini masyarakat mendapat beras dari Bulog sering berkutu dan jamuran atau tidak layak konsumsi karena sudah diganti dengan beras yang berkualitas rendah atau jelek.

Dan menurut Budi Waseso ia akan menghentikan bermitra dengan pengusaha-pengusaha yang nakal, yang sekedar mencari keuntungan semata. Bahkan pada bulan puasa ini Budi Waseso juga tidak akan melakukan operasi pasar karena takut dimanfaatkan oleh mitra Bulog.

Rupanya semenjak Budi Waseso menjadi Kepala Bulog banyak mafia beras atau pedagang besar nakal yang mulai gusar atau takut dengan terobosan-terobosan Bulog.

Budi Waseso juga menegaskan tidak akan mengimpor beras, karena menurut dia cadangan beras yang ada di gudang masih cukup dan sebentar lagi masa panen padi tiba. Jadi tidak usah impor.

Rupanya niat Budi Waseso untuk tidak impor didengar Wakil Presiden Jusuf Kalla, maka Budi Waseso dipanggil Jusuf Kalla. Menurut Jusuf Kalla bulog harus impor beras sebesar 500 ribu ton karena cadangan beras di Bulog di bawah 1 juta ton dan kalau di bawah 1 juta ton maka harus impor untuk menjaga cadangan beras yang ada di bulog.

Dan menteri Perdagangan juga memerintahkan untuk impor beras 500 ribu ton dan menteri koordinator ekonomi Darmin Nasution juga memerintahkan Bulog melakukan impor 500 ribu ton, Bulog hanya sebagai regulator dan tinggal melaksanakan.

Sebaliknya, Menteri Ppertanian Amran Sulaiman sependapat dengan Budi Waseso yang tidak perlu impor beras karena masa panen raya akan tiba.

Di tekan sama Jusuf Kalla dan Darmin Nasution rupanya tidak menyiutkan nyali mantan Kabareskrim Budi Waseso, ia tetap kukuh dengan pendapatnya bahwa tidak perlu impor baras karena stok beras cukup untuk memenuhi kebutuhan nasional.

"Kalau memang tidak perlu, ya jangan impor dong," kata Buwas di kantor Bulog, Jakarta Senin, 18 Mei 2018.

Budi Waseso juga menjelaskan impor beras dari pengadaan yang dahulu di awal 2018 juga belum habis. Dan saat ini juga musim panen raya sehingga serapan dari dalam negeri cukup banyak.

"Program lama saja belum habis, buat apa impor lagi? Dari serapan dalam negeri banyak, panen raya, masa dipaksa impor?" tutur Budi Waseso.

Memang ada yang perlu dibenahi oleh Bulog dalam menyerap dan menyalurkan beras kepada masyarakat. Selama ini beras atau gabah yang ada di Bulog itu berasal dari mitra Bulog yang membeli dari masyarakat. Dan yang menyalurkan beras juga mitra Bulog.

Ini kan aneh, yang mencari gabah dan beras adalah mitra Bulog. Dan yang menyalurkan juga mitra Bulog. Sedangkan masyarakat yang mau menjual beras atau gabah kepada Bulog sengaja dipersulit dan harus melalui mitra. Persyaratan menjual beras atau gabah ke Bulog juga mempersulit masyarakat untuk bisa menjual kepada Bulog.

Jadi terkadang ada unsur kesengajaan supaya Bulog harus tetap impor, yaitu caranya mitra-mitra Bulog tidak menyerap gabah atau beras masyarakat untuk cadangan Bulog. Dengan tidak menyerap beras atau gabah dari masyarakat, maka lama-lama cadangan beras Bulog akan berkurang dan kalau sudah di bawah 1 juta ton, maka akan dilakukan impor beras untuk cadangan beras Bulog.

Padahal beras atau gabah sangat banyak yang beredar di para petani atau di pedagang-pedagang besar. Beras dan gabah diserap oleh para pedagang-pedagang beras besar. Dan mereka mendapatkan gabah dari petani dengan harga beli yang sangat murah dan ini tentu merugikan petani.

Baru sebulan menjabat sebagai Kepala Bulog, Budi Waseso mendapat pujian dari Menteri BUMN Rini Soewandi yang mengangkat Budi Waseso sebagai Kepala Bulog.

Biar Bulog mempunyai kewenangan yang lebih dan lebih leluasa dalam menjalankan tugasnya, sudah seharusnya Bulog tidak di bawah kementerian, tetapi dinaikkan setingkat menteri.

Selamat bertugas.

***