Belasan tahun mengenalnya sejak sebelum jadi walikota, dia tak berubah. Dia masih kurus. Pandangan matanya tetap teduh. Senyum selalu menghiasi bibirnya. Raut mukanya bersih walau tampak gurat kelelahan.
Sore itu, dia mengenakan “kostum kebesaran”. Apalagi kalau bukan kemeja putih polos dipadu celana panjang hitam dan sneakers merah menyala. Untuk bertemu dengannya, sya khusus menjahitkan baju dari kain tenun Maumere-baru diambil dari penjahit.
Menjelang acara buka bersama, kami mendengarkan curahan hatinya tentang cita-cita untuk kemajuan Indonesia. Indonesia yang maju dan menjadi rumah bersama yang nyaman bagi semua penduduk yang berbeda-beda suku, agama, dan bahasa.
Apakah jalan menuju cita-cita itu mulus belaka? Tidak.
Dia adalah pemimpin yang saat menjabat langsung diwarisi utang negara yang naudzubillah besarnya. Tak hanya itu, tapi juga vampir-vampir yang selama ini hidup nyaman menyedot setiap kekayaan negara yang mestinya untuk rakyat di berbagai lini, secara sistemik pula. Belum lagi korupsi yang sudah membudaya, mendarah daging turun temurun. Ini masih ditambah segudang permasalahan lainnya.
Berbagai tantangan dan hambatan tak membuatnya berhenti. Hak rakyat harus diperjuangkan. Maka dia pun membuat kebijakan-kebijakan sensasional.
Yang pertama adalah pembubaran Petral. Walau diancam sedemikian rupa, Petral tetap dibubarkan. Dengan dibubarkannya Petral, dana rutin yang semua merembes ke kantong-kantong mafia ESDM bisa mengalir lebih lancar ke rakyat.
Yang kedua adalah nego dengan Freeport. Sudah sejak Soeharto awal menjabat, Freeport menguasai bumi dan kekayaan alam Indonesia di Papua. Hanya disisakan 9 persen keuntungan tambang emas itu untuk Indonesia. Posisi mereka kuat karena disokong dengan peraturan-peraturan yang dibuat pemerintah sebelumnya. Namun dengan nego yang dilakukan, diharapkan sebelum masa jabatan presiden selesai Indonesia bisa mendapat keuntungan yang lebih fair.
Yang ketiga adalah ketegasan mengeluarkan Perppu Ormas. Dengan Perppu ini sebagai payung hukum, Ormas manapun yang bertentangan dengan dasar negara bisa dilibas. Gejolak memang terus muncul karena sebuah Ormas yang merupakan kepanjangan tangan gerakan transnasional dan selama ini berlindung di balik agama, mau tak mau harus bubar karena bertentangan dengan Pancasila.
Terakhir adalah kebijakan melawan radikalisme dan terorisme. UU Antiterorisme lama yang bak macan ompong menghadapi potensi teror, tak kunjung selesai. Setelah dua tahun terkatung-katung akhirnya disahkan menyusul gertakan akan dikeluarkan Perppu. Ya, tidak ada tempat untuk radikalisme di negeri ini.
Berbagai kebijakan yang berani, pada satu sisi menjadi ancaman bagi pria kurus itu yang sebagai incumbent untuk pertarungan Pilpres 2019. Dia makin digembosi, dengan senjata hoax yang makin merajalela menutupi setiap informasi prestasi yang sebenarnya tak terhitung lagi. Dari keberhasilan membangun infrastruktur yang merata di seluruh Tanah Air hingga membuat nilai tukar rupiah stabil dan perkasa, di tengah ancaman krisis ekonomi global.
“Ini bukan soal Pilpres lagi. Ini soal masa depan Indonesia,” demikian tegasnya.
.....Lihatlah pria kurus ini
.....Jiwa raganya untuk NKRI
.....Gelombang fitnah dan hasut silih berganti
.....Namun dia tidak berhenti
.....Dia Presiden RI, Jokowi.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews