Ada yang bertanya, gimana soal anak telanjang dada yang mengancam dan melecehkan Presiden? Apakah harus dimaafkan seperti anak tukang bakar sate dulu yang memposting gambar editan vulgar dulu?
Saya sih, mikirnya itu dua kasus yang beda. Pada penghinaan lewat gambar, pelakukanya sembunyi, maksudnya tidak menampakkan dirinya. Kesan menantang tidak ada, yang ada hanya kesan menghina.
Ujung-ujungnya jika Presiden memberikan maaf, kasusnya bisa saja dihentikan. Selain yang positing juga masih bocah yang terprovokasi oleh lingkungannya.
Berbeda dengan kasus Roy, anak yang petantang petenteng melalui video kemarin kemarin. Dia berani menunjukan wajahnya. Sengaja merekam dan memviralkan. Menghina dan mengancam Presiden secara terang-terangan. Terbuka. Dengan kata-kata kotor.
Ada kesan menantang.
[embed]https://youtu.be/m_GiA31QIK4[/embed]
Ok, katakan itu hanya tindakan main-main ulah dari anak nakal. Tapi main-main sampai menghina simbol negara, sepertinya keterlaluan.
Jika hinaan itu didiamkan atau proses hukumnya tidak berlanjut, ini akan jadi Preseden buruk. Akan muncul isu, kalau anak orang kaya dan dari etnis tertentu pemerintah gak berdaya.
Di lapangan sudah mulai ada yang membakar ini. Jadi bayangkan posisi pemerintah? Ingin mencoba bijak melihat kasus itu sebagai persoalan kenakalan anak dan gak perlu dihukum juga, dampaknya justru buruk bagi citra pemerintah dan kepolisian. Jika dihukum dengan keras, toh Roy masih bocah. Dia cuma bocah gemblung, gak peka, sok jago dan goblok.
Jadi gimana sepantasnya? Saya sih, tetap memandang anak itu perlu diproses secara hukum agar semua orang merasa setara di depan hukum.
Jika tidak, maka hinaan dan ancaman kepala negara dengan maksud melecehkan simbol-simbol negara, nantinya akan semakin banyak. Ketika mereka ditangkap, dalihnya merujuk ke Roy. "Dulu ada anak menghina dan pengancam kepala negara gak diapa-apain. Gak dihukum sama sekali. Hukum harus adil dong."
Saya sebenarnya masian sama Roy. Anak ini, karena kesombongannya harus menerima konsekuensi yang gak ringan. Suasana politik ikut menentukan masa depan bocah gemblung itu.
"Mas, anak muda nakal itu wajar. Ada anak sombong, juga bisa dimaklumi. Mereka yang sok jago juga gak sedikit. Kita juga bisa mengurut dada kalau ada anak dungunya minta ampun. Tapi kalau ada anak nakal, sok jago, sombong, dan dungu sekaligus, memang merepotkan," ujar Abu Kumkum.
"Iya, Roy kok memborong semuanya, ya?"
"Saya ada usul biar dia kapok, mas?"
"Usul apaan, kang?"
"Bawa aja ke Sandi. Biar dikasih minum air tinja..."
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews