Apa salahnya tarawih di Monas? Ya, memang gak salah. Mau tarawih di Monas atau di Dufan atau di Bunderan HI, siapa yang bilang itu salah.
Selain gak ada salahnya, tarawih di Monas atau di jalan tol itu instagramable. Kalau tarawih di masjid kan pemandangannya itu-itu aja. Gak ada yang baru. Komposisi shaf di masjid gak bagus buat di foto. Kesannya old fashion banget.
Orang sudah biasa tarawih di masjid. Gak heran. Coba kalau kamu tarawih di Monas, setidaknya akan membuat orang heran. Unsur keheranan dan kebaruan itu sangat penting di era medsos ini.
Emang Monas sekarang sudah ada marbotnya? Nah, herankan?
Tarawih itu bisa jadi ibadah Ramadhan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Tapi bisa juga jadi sarana koreografi. Orang ramai berduyun, melaksanakan sholat jamaah dengan jumlah rakaat terbanyak. Jika gerakannya di rekam, pencahayaan dibuat menarik, mungkin saat pengambilan gambarnya menggunakan drone, sepertinya akan menghasilkan video atau foto yang punya daya tarik.
Sebelum imam mulai rakaat tarawih, misalnya, ada aba-aba dari sutradara video singkat. "Sebentar ya, pak. Nanti Takbiratulihram-nya nunggu aba-aba saya dulu. Okeeeee, action!"
"Allahhuakbar..."
"Cut, cut, cut... Yang syahdu, pak. Takbirnya yang syahdu. Anggap saja lagi memimpin shalat tarawih di depan Kabah. Mimiknya agak dibuat sedih sedikit. Ini untuk upload di instagram, lho. Jadi harus bagus pak. Ok, udah ngerti ya, pak?," Sutradara itu terus memberi petunjuk. "Kamera siap ya....action!"
"Allahuakbar..."
Kameramen merekam seluruh prosesi ibadah.
Selesai dua rakaat pertama, sutradara memerintahkan seluruh jamaah menggeser lokasi. Maksudnya jelas, penggeseran lokasi itu untuk diambil lagi gambarnya. Nanti gambar-ganbar itu bisa diedit dan disambungkan. "Target kita jumlah jamaah 7juta orang. Hitungan saya bisa 4 kali geser posisi agar pada video dan fotonya nanti jamaahnya keliatan banyak," ujar sang sutradara.
Tarawih di Monas memang sangat instagramable. Angle foto bisa diambil dari segala sisi. Beda dengan masjid yang punya keterbatasan ruang. Seorang makmum bisa selfie di tengah-tengah jamaah lain sedang bersujud. Dia berdiri sendiri sambil menunjukan kaos #2019GantiKelamin. Ini akan dihasilkan foto-foto yang unik dan menarik.
"Dengan tarawih yang komposisinya sesuai dengan kebutuhan media sosial, kita bisa memperkenalkan citra ibadah yang fun dan kreatif. Ini untuk membantu syiar agama," ujar seorang pejabat.
Unsur fun agar anak muda tertarik beribadah. Jangan terlalu kaku. Anak muda tidak suka dengan formalitas. "Jadi taraweh di Monas itu, selain instagramable juga gimana membuat ibadah Ramadhan terasa fun, santai dan menyenangkan.
Rasanya itu seperti Anda tarawih sambil telinganya pakai headphone memutar lagu Bruno Mars, deh. Kalau cuma sebelas rakaat sih, gak akan terasa capek. Kira-kira begitu rasanya."
Lho apa tidak akan kehilangan makna ibadahnya?
[irp posts="15930" name="Taraweh Dipusatkan di Monas, Masjid Istiqlal Kosong Dong..."]
Kalau mau serius ibadah, ya tarawih di istiqlal aja. Gak usah di Monas. Tarawih di Monas sangat penting bagi mereka yang mau selfie. Mau foto-foto atau ambil gambar. Ibadah mah, belakangan. "Kami juga akan siapkan lampu jalanan dan taman, agar pencahayaan cukup untuk menghasilkan foto yang keren."
Mongngomong berapa biaya tarawih di Monas itu?
"Kami gak memungut biaya kepada jamaah. Sebagai Pemda tugas kami hanya memfasilitasi agar penduduk Jakarta bisa mendapatkan foto tarawih yang bagus. Yang cocok diupload di instagram."
Gak takut hal itu malah menghilangkan esensi tarawih?
"Ohh, kalau esensi tarawih bukan urusan kami. Bagian kami yang terpenting narsis. Itu yang kami pikirkan setiap hari. Narsis pada akhirnya korelatif dengan popularitas dan elektabilitas," ujar pejabat itu lagi.
"Mas, kita tarawih di Monas yuk," ajak Abu Kumkum. "Jangan lupa bawa sepatu ski. Kita foto-foto di sana."
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews