PDIP, Hanura, Gerindra: 10 tahun jadi oposisi di era SBY - tapi tidak se-destruktif PKS tatkala jadi oposisi...?!
PKS ini jangankan jadi oposisi, ketika bagian dari kekuasaan pun kadernya justru menyerang SBY habis habisan, padahal bagian dari koalisi. Percis seperti yang dilakukan PAN saat ini ke Rezim Jokowi - padahal PAN itu koalisi Jokowi.
Ada apa sebenarnya dengan kelakuan Partai yang menggadang-gadang dirinya sebagai partai berbasis Islam?
Sempat menjadi pertanyaan yg mengganjal dalam benak saya. Kenapa partai-partai berbasis Islam tak pernah sebesar partai nasionalis?
Hanya di era Orla Partai Islam cukup besar; Masyumi 20,9% dan NU 19,4% , tapi setelah itu terus mengecil porsinya, bahkan pasca reformasi paling banter menduduki urutan nomor 4 ke bawah pada tiap pemilu, padahal ada partai yang punya latar belakang ormas besar dan eksis, sebut saja PKB dan PAN.
Ternyata jawabanya sederhana, Partai Islam selain tidak memiliki agenda yang jelas -ini soal adab berpolitik yang buruk dan ambigu. Rakyat yang katanya bodoh itu, dapat mencerna dan merasakanya dengan nyata, kemudian melepehnya tatkala di bilik suara.
Rakyat tidak paham akan permainan: Jadi koalisi dan dapat jatah kabinet tapi menyerang pemerintahan melebihi oposisi.
Hasilnya ketika Pemilu 2014, semua partai berbasis Islam naik perolehan suaranya, hanya PKS yang justru anjlok karena dianggap ambigu, kekuasaannya mau tapi terus menyerang.
Coba kita liat PAN pada 2019 seperti apa perolehan suaranya?
Jangan mengatakan rakyat bodoh, buta politik dan lain-lain, bisa jadi mereka rendah pendidikanya, tapi mereka menghormati dan tau adab bersikap -soal rasa, mereka punya selera, soal nilai nilai, mereka punya ukuranya sendiri yang tidak bisa kalian intervensi.
Rakyat itu cerdas, karena mata bathinnya terdidik. Politisi kebanyakan keminter, tak menyadari prilaku politiknya di awasi rakyat dalam diam, begitu saatnya kekuasaan di pegang rakyat, dia yang jadi pilihan di bilik suara adalah, dia yang kelak akan menjadi juara.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews