Inilah mental wakil rakyat kita, kinerjanya atau tingkat kehadirannya dalam rapat atau sidang paripurna sangat rendah.
Gaji dan fasilitas sangat besar. Punya hak imunitas, mau ngomong apa aja boleh tidak ada konsekuensi hukum. Bahkan bisa maki-maki atau memarahi pejabat setingkat menteri.
Belakangan malah minta gedung baru dengan alasan gedung DPR yang sekarang sudah seperti "Menara Pisa" di Italia, sudah miring. Padahal mungkin bukan gedungnya yang sudah miring. Alasan lainnya, gedung yang selama ini sudah sangat padat seperti pasar malam, padahal tak pernah ada CFD di sana. Lalu mereka minta dibinagunkan gedung baru agar kinerja bisa ditingkatkan.
Boleh jadi, pembahasa RUU Antiterorisme yang sudah berjalan dua tahun dan dikerjakan di "Gedung Miring DPR" hanya akan berlangsung beberapa pekan saja jika hal itu dikerjakan di gedung baru.
Anggota DPR kita memang "rajinne poooll", kursi-kursi di gedung DPR sepi karena wakil rakyat tidak menghadiri paripurna pembukaan masa persidangan DPR dibuka. Oh, rupanya rajinnya di luar. Jangan sebut DPR malas, nanti kena masalah hukum karena dengan "kekuasaan" yang dibuatnya, DPR bisa menyeret siapa saja.
Dari jumlah anggota DPR 560, yang tidak hadir adalah 417, artinya tidak kourum kalau untuk mengesahkan suatu undang-undang.
Padahal wakil rakyat ini habis masa reses yaitu wakil rakyat yang hampir sebulan turun ke masyarakat nyerap aspirasi, menemui konstituen. Setelah itu kembali ke Jakarta dan biasanya wakil rakyat semua kumpul di gedung DPR untuk membuka masa persidangan dibuka.
Tetapi rupanya wakil rakyat masih malas untuk hadir dalam masa di gedung DPR untuk melakukan tugas-tugasnya sebagai wakil rakyat.
Padahal ada agenda-agenda yang harus dibahas dengan pemerintah mengenai kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal. Dan ada agenda pergantian antarwaktu wakil rakyat.
Inilah daftar kehadiran anggota DPR dalam sidang paripurna:
1.Fraksi PDIP: 25 yang hadir dari 109 anggota.
2.Fraksi Golkar: 25 yang hadir dari 91 anggota.
3.Fraksi Gerindra:10 yang hadir dari 73 anggota.
4.Fraksi Demokrat:10 yang hadir dari 61 anggota.
5.Fraksi PAN:15 yang hadir dari 48 anggota.
6.Fraksi PKB:15 yang hadir dari 47 anggota.
7.Fraksi PKS :15 yang hadir dari 40 anggota.
8.Fraksi PPP:10 yang hadir dari 39 anggota.
9.Fraksi Nasdem:11 yang hadir dari 36 anggota.
10.Fraksi Hanura:7 yang hadir dari 16 anggota.
Dari daftar di atas tingkat kehadiran wakil rakyat dari semua partai atau fraksi sangat rendah, di bawah 50%.
[irp posts="8932" name="Malasnya Wakil Rakyat bukan Sekadar Penyakit Kambuhan"]
Inilah wajah wakil rakyat kita, dengan gaji dan fasilitas yang bagus, tetapi kinerjanya sangat rendah. Malah ada wakil rakyat kerjanya hanya main Twitter di ruangannya. Bahkan layarnya sangat besar seperti mau nonton film.
Sebentar lagi para calon wakil rakyat akan mendekati masyarakat untuk mencari simpati, seakan dekat dengan rakyat dan masyarakat, tetapi ia punya maksud dan tujuan, yaitu supaya terpilih kembali.
Sudah saatnya wakil rakyat di "outsourcing" yang malas lebih baik dibuang di Bantar Gebang saja. Ganti yang punya komitmen yang tinggi sebagai wakil rakyat.
Ingat, yang malas saja yang dibuang. Yang rajin dan berdedikasi, sebaiknya diusulkan, atau setidak-tidaknya dipromosikan, agar rakyat memilihnya kembali.
Lha, Bantar Gebang itu emang tempat apa, ya?
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews