Santri yang Kesal dan Prosedur Pemeriksaan Standar Polisi

Kamis, 17 Mei 2018 | 10:22 WIB
0
741
Santri yang Kesal dan Prosedur Pemeriksaan Standar Polisi

Kalau kita mau naik pesawat barang bawaan masuk X-RAY dan badan kita juga diperiksa memakai alat deteksi. Semua ini dilakukan karena sudah SOP atau prosedur keamanan yang dilakukan di semua bandara. Tujuannya untuk memastiskan bahwa barang bawaan para penumpang aman selama dalam penerbangan.

Setelah terjadinya bom bunuh diri yang dilakukan oleh begundal-begundal kelompok teroris baik di tiga gereja atau di Malporestabes Surabaya penjagaan di kantor polisi di perketat, baik di Polsek, Polres, Polda dan Mabes Polri. Semua ini untuk mencegah terjadi penyerangan yang dilakukan oleh para teroris.

Masyarakat yang ingin ke kantor polisi untuk mengurus surat atau kepentingan lainnya pasti akan diperiksa  oleh petugas kepolisian dan itu merupakan SOP atau prosedur untuk mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan.

Kepolisian sebagai aparat tentu tidak ingin merasa kecolongan atau sering disalahkan oleh sebagian masyarakat yang menganggap aparat kepolisian selalu kecolongan dalam penanganan kasus terorisme.

Sebagai contoh kasus penyerangan bom bunuh diri di Malporestabes Surabaya semua orang baik yang memakai mobil atau kendaraan dan jalan kaki akan dilakukan pemeriksaan sebagai prosedur sebelum masuk dalam Malporestabes, tapi sapa sangka, ternyata pengendara yang dihentikan dengan sopan itu adalah para pelaku teroris. Dan aparat jadi korban.

Imbas dari kejadian ini menjadikan para aparat selalu siaga dan tidak mau ambil resiko. Setiap masyarakat yang membawa barang yang mencurigakan akan diperiksa oleh aparat keamanan yang kadang bikin tidak nyaman masyarakat. Tapi ini semua demi keamanan masyarakat itu sendiri. Kita tidak boleh egois yang menuduh aparat terlalu paranoid atau berlebihan. Itu semua bagian dari prosedur atau SOP.

Seperti kejadian di Simpang Lima yang videonya viral, yaitu seorang santri yang membawa kardus dan tas ransel oleh pihak aparat dengan senjata siap tembak, santri tersebut disuruh membuka isi kardus. Santri yang tampak kesal itu membuka paksa kardus yang sudah dilakban dan membukanya, ternyata isinya hanya baju dan baju itu dilempar di jalanan karena kesal.

Bukan itu saja, ransel yang dibawa juga disuruh dibuka dan isinya sama baju. Ini adalah SOP pemeriksaan seseorang yang diperiksa atas barang bawaan.

Tentu bagi yang diperiksa atau masyarakat akan kesal dan menuduh aparat kepolisian paranoid atau terlalu berlebihan. Aparat tidak berlebihan atau paranoid, tetapi itu semau semata-mata bagian prosedur untuk melindungi masyarakat dari hal-hal yang tidak diinginkan, aparat mencari keamanan masyarakat yang lebih banyak.

Bahkan ada imbas lain yaitu jasa pengiriman barang. Seorang teman kemarin mengirim oleh-oleh atau makanan dalam kardus yang sudah di packing rapi dengan lakban, waktu sampai di jasa pengiriman di suruh dibuka lagi untuk memastikan bahwa barang dalam kardus itu benar-benar berisi makanan, bukan barang yang membahayakan.

Ini semua juga demi keamanan kita bersama, bukan karena paranoid atau tindakan berlebihan.

[irp posts="15549" name="Hati-hati, Pelaku Teror Bom Bunuh Diri Sudah Libatkan Keluarga!"]

Rupanya prosedur keamanan yang ketat yang dilakukan oleh aparat kepolisian tidak mengurangi kenekatan para begundal teroris. Tadi pagi kurang lebih jam 9 di Mapolda Riau, para teroris dengan nekat menabrakkan mobil ke pagar Mapolda dan menyerang aparat dengan samurai, tetapi para teroris akhirnya ditembak mati.

Ada para wartawan yang jadi korban luka-luka dan aparat kepolisian juga ada yang gugur karena ditabrak dan yang luka terkena sabetan senjata oleh teroris.

Untuk itu apabila ada masyarakat yang diperiksa oleh aparat kepolisian jangan sensi atau tersinggung atau menuduh yang bukan-bukan.Itu semua demi keamanan masyarakat itu sendiri.

***