Mendengar nama Anda disebut kami sebetulnya penasaran siapakah Anda sebenarnya yang begitu terpukau dan tertantang untuk mengupas dan campur tangan dengan keimanan kami. Dalam setiap ceramah Anda begitu peduli pada kami hingga berusaha mengubah akhlak kami yang bagi Anda mungkin tengah lupa pada keistimewaan Tuhan.
Ustad, mungkin banyak dari sesama kami kaum Kristiani panas dingin dengan tauziah-tauziah Anda pada jamaah pengajian – pengajian yang anda beri kotbah. Anda berani mengritik dan Anda berani untuk tegas untuk membedakan umat yang terhipnotis pada hegemoni Amerika Serikat atas perannya dalam menyuburkan terorisme dengan menyediakan senjata. Menyediakan ideologi liberal dan kami disamakan dengan Amerika yang mayoritas Kristen.
Padahal kami ini orang Indonesia lho, Ustad, kami 100% Indonesia meskipun baju dan keimanan kami adalah Kristiani. Apa yang salah dengan baju kami, apa yang salah dengan keimanan kami. Kami percaya bahwa bumi akan tenang jika ada perdamaian, dunia akan nyaman jika cinta kasih ada di antara umat manusia.
Baiklah mungkin karena latar belakang pendidikan anda di Timur Tengah (Mesir). Anda memahami penafsiran - penafsiran dari ahli tafsir. Saya yakin Anda penganut taat dan selalu berdoa kepada Tuhan untuk perdamaian. Kami cuma menangkap kesan anda terlalu tendensius (semoga salah) memandang kami sama dengan Amerika dan Mas Yudi (Maksudnya Yahudi alias Israel) .
Maaf pengetahuan agama saya amat minim jadi jangan diajak debat masalah agama, kami hanya meyakini satu ajaran yang melekat dalam diri kami yaitu cinta kasih. Cinta kasih itu universal milik semua agama. Dalam ajaran kami, akan lebih senang jika pemimpin seperti Pendeta, Pastor, mengritik cara kami menjalankan agama yang masih belepotan.
[irp posts="6914" name="Ustad Abdul Somad Mulai Dimusuhi oleh Pemegang Kekuasaan"]
Kami tidak pernah merasa sempurna dan sering terperosok dosa yang sama. Cuma menghadapi terorisme ini kami merasa selalu menjadi korban dan jihad-jihad saudara Anda yang menganggap kami kafir dan seideologi dengan Amerika dan Yahudi.
Sejak kapan kami menjadi sahabat Yahudi? Dalam sejarahnya keyakinan Kristiani selalu mengritik ajaran-ajaran Yahudi yang terlalu kaku. Kami tidak pernah sepaham kecuali pada kekuasaan Yahwe yang mutlak seperti termaktub dalam ajaran dalam Perjanjian Lama. Yesuspun kami pikir bukan beragama Kristen tetapi Beliaulah yang menjadi dasar kehidupan kami. Sehingga umat yang mempercayai ajaran Kristus atau Yesus disebut Kristen atau kristiani.
Dalam jejak sejarah, Kristen bukannya mulus, kami dikejar, dibunuh, dibantai dan dimusuhi Kaisar Roma, pun bangsa Israel dengan Yahudinya pun selalu membuat ajaran kepercayaan kami menempuh perjalanan terjal. Mungkin saja saat ini Trumph beragama Kristen, tapi apakah karena Trumph beragama Kristen terus kami dikait–kaitkan mendukung Amerika?
Aduh kami ini sudah bertumbuh berabad abad lalu, datang dengan pesan perdamaian, memberi keseimbangan pada nafsu Belanda sebagai bangsa yang telah menjajah negeri ini. Datang sebagai misionaris yang ingin menegakkan ajaran cinta kasih beda dengan orang-orang yang datang karena ingin menyesap kekayaan bangsa ini. Datang untuk menjadi peletak dasar pendidikan, membangun karakter supaya tidak bermental penjajah dan yang dijajah, datang untuk memberi keyakinan untuk berdiri di atas kaki sendiri.
Maaf semoga saya salah jika dalam pemberitaan di media masa entah di media daring atau lini masa tradisional ucapan-ucapan Anda seakan ingin membuat kami tobat karena telah bersekutu dengan Amerika.
Dan anda mengiyakan saat para teroris itu melakukan bunuh diri dengan membawa bom ditubuhnya sebagai upaya untuk mengingatkan kami dan mungkin menumpas kami yang tidak pernah melawan ini sebagai perang suci.
Mungkin anda teringat perang salib dulu di Spanyol, ketika itu menurut sejarah Umat Kristen membantai umat muslim sehingga terjadi perang yang melibatkan perseteruan agama. Lalu apakah benar kami mempunyai gerakan yang membuat takut Anda dan jamaah anda sehingga perlu memberi efek jera dan ketakutan pada kami sehingga gereja-gereja dengan entengnya di bom.
[irp posts="13874" name="Sang Jenderal Kebanggaan Ustad Abdul Somad"]
Ya sudah kami memang tidak akan melawan, kami serahkan pada mekanisme hukum negeri ini karena kami masih yakin pada kekuatan aparat hukum bangsa Indonesia.
Ustadz dulu dan bahkan sampai sekarang saya masih ikut berdoa bersama dalam komunitas kompleks perumahan. Umat Muslim tetangga bersembahyang dan mengadakan tahlilan, saya dengan bahasa sendiri mengikuti dan menghormatinya. Pernah lihat betapa guyupnya masyarakat dulu ketika bersama kenduri tanpa membeda- bedakan agama. Sebab dalam ajaran agama tidak ada yang mengajarkan kebencian, tidak ada yang mengajarkan perang. Perang yang benar adalah perang melawan kuasa iblis dan setan.Bukan memerangi keyakinan umat lain bukan.
Marilah kita bersama melawan terorisme. Terorisme itu meresahkan, apapun agamanya tidak senang dengan tumbuh dan berkembangnya terorisme. Sebagai orang yang ahli dalam agama tegakkan Amar Makruf Nahi Mungkar. Perangi kekejian dengan cara membunuh, karena tidak ada agama yang mengajarkan membunuh sebagai jalan untuk menegakkan iman.
Tepuk salam kasih mari bersama besarkan bangsa ini dengan mendorong masyarakat untuk belajar tekun, bekerja keras juga tidak lupa berdoa tekun. Suatu saat bangsa ini pasti akan maju jika masyarakatnya cerdas dan tidak mudah terprovokasi oleh ajaran yang setengah-setengah. Pahamkan untuk membaca utuh sebuah peristiwa agar tidak mudah terhasut dan tersulut api amarah.
Membaca artikel atau menonton video juga harus utuh dan jangan dipenggal sehingga menimbulkan tafsir yang berbeda. Mari tegakkan Pancasila sebagai cara mempersatukan bangsa yang berbeda-beda baik suku agama ras dan kepercayaan. Pancasila harga mati teroris enyah dari bumi maka damailah bumi ini (sepotong harapan dari umat yang mencintai kedamaian)
Salam Kasih dari kami umat yang cinta damai. Salam Damai.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews