Blunder Politik Itu...

Sabtu, 12 Mei 2018 | 07:32 WIB
0
3146

Kontestasi pilpres sering kali memunculkan kecelakaan politik dari sisi yang dirugikan, dan sebaliknya keuntungan bagi lawannya.

Pilpres 2014 mencatat soal ini, swing voter yang beralih dari rencana memilih Prabowo berpindah ke Jokowi adalah karena twitt Fahri Hamzah yang kurang dari 150 karakter:

"Jokowi janji 1 Muharam hari santri. Demi dia terpilih, 360 hari akan dijanjikan ke semua orang. Sinting...!"

 

Twitt Fahri Hamzah itu diolah sedemikian rupa oleh team Jokowi, dan berbuah manis - pemilih NU yang cukup besar migrasi ke Jokowi.

Dengan demikian, Fahri Hamzah adalah Jurkam Prabowo tetapi sukses memperbesar suara Jokowi. Fahri Hamzah orang yang paling produktif menghasilkan suara bagi kemenangan Jokowi-JK, pada 2 hari menjelang pencoblosan di Pilpres 2014. Aneh, kan? Ya itulah politik.

Lalu bagaimana prospek pilpres 2019 yang sudah mulai menghangat? Blunder apa yang menguntungkan kubu Jokowi?

Adalah statementnya Amien Rais soal "Partai Allah vs Partai Setan", maka foto koruptor dari kubu yang dilabeli Partai Allah pun bermunculan, lengkap ada yang menggunakan code "Juzz", ayat dalam Al Qur'an, ada yang berjilbab rapat, ada juga wajah berhias atsar bekas sujud yang menghitam namun korup, maka berseliweranlah foto dengan tulisan singkat "Partai Allah kok maling, nih orangnya...!?"

Pernyataan Yusril Ihza Mahendra soal "Waspadai maraknya tenaga kerja asing", lalu netizen pun menjawab dengan lugas: " Waspada tenaga kerja asing tapi bininya juga dapat Import...?!"

Gagasan Mardani Alisera dari PKS soal #2019GantiPresiden yang disosialisasi lewat penjualan kaos, mug dan gelang.

Tetapi dalam perjalananya menuai musibah politik dengan persekusi emak-emak dengan anaknya, juga bapak tua yg memakai kaos #DiaSibukKerja, dan kini sudah masuk ke jalur hukum di mana peristiwa itu di laporkan ke Polisi oleh orang yang tidak nyaman karena perlakuan di luar batas.

Peristiwa di CFD itu kemudian melahirkan foto seperti terlampir, foto itu memberi pesan: Kalian yang melakukan persekusi terhadap seorang perempuan dan anaknya itu, bagaikan Tindakan pengecut Kurawa kepada Dewi Drupadi.

Sehingga kesan yang ditimbulan adalah: Kampret itu Kurawa, berwatak culas, pengecut, bisanya main keroyokan.

Kecebong adalah pandawa, Gentelmant, jujur dan humble.

Ya itulah etalase medsos kini, pendukung siapa yang bisa menjaga prilakunya, maka ia akan mempunyai image yang bagus - karena itu jagalah emosi dengan pernyataan yang terukur.

***