Rupiah Terpuruk Kok Ngamuk, Situ Mabuk!?

Jumat, 11 Mei 2018 | 12:59 WIB
0
794
Rupiah Terpuruk Kok Ngamuk, Situ Mabuk!?

Banyak pendukung rezim ini karena keterbatasan logika yang me-nyinyirin orang-orang seperti saya yang protes karena makin terpuruknya nilai Rupiah terhadap Dollar AS.

Sesuai prediksi ahli ekonomi jempolan tapi otak kacangan, baik dari dalam dan luar negeri sampai luar angkasa di masa Pilpres 2014 lalu yang memprediksi kalau Prabowo jadi Presiden nilai Rupiah bisa makin melemah, terbukti sekarang akhirnya tembus 14 ribu perdolar.

Tapi kalau Presidennya Pak Nganu, nilai Rupiah akan tetap terjaga dengan sempurna seperti cintaku padamu yang semakin hari semakin membunga. Bahkan diprediksi Rupiah akan menguat jadi cuma sepuluh ribu perdolar.

"Lha sekarang 'kan sudah 14 ribu rupiah lebih?"

Tenang... masih sepuluh ribu kok, yang empat ribu kata kawan-kawan sih uang administrasi dan ongkos kirim, kan Dollar nya jauh dari Amerika mas, ha..ha...

Pokoknya pasal pertama: rezim pak Nganu ngga pernah salah. Pasal kedua, kalau Pak Nganu salah kembali ke pasal pertama. Berani protes awas lo dibuldoser sama Oppung. Uhuk...uhuk....

Woi... situ ngga punya Dollar aja nyinyirnya kok setengah mati!?

Eh Bang Bong, justru karena ngga punya Dollar makanya saya nyinyir. Kalau saya punya tabungan atau digaji dengan Dollar saya justru akan tertawa bahagia.

Kalau punya tabungan Dollar, gw lumayan ente lumanyun.

Terus apa salahnya kalau Dollar menguat?

Baiklah saya akan jelaskan dengan penjelasan paling sederhana yang anak "teka" pun seharusnya bisa memahaminya.

Pertama Negeri kita ini ngutang dan bayar hutang pakai nilai Dollar.

Dollar menguat maka nilai hutang kita makin bertambah. Kalau dulu hutang negara kita cuma menggelitik puser sekarang sudah mencekik leher.

Karena ditangan Rezim Berkuasa yang tidak kreatif seperti Pak Nganu sekarang, sumber penghasilan negara lebih banyak mengandalkan pemasukan dari memalak rakyat (baca: Pajak).

Karena kalau mengandalkan BUMN, sudah lama sejak para relawan bancakan dan dijadikan komisaris di sana-sini, BUMN bukannya memberikan untung malah buntung, hampir semua BUMN kita mencatatkan nilai kerugian yang fantastis.

(Bikin Usaha kok merugi ya? Coba ganti lini usaha BUMN-nya ternak kalajengking atau jual pisang).

Karena nilai hutang yang makin membesar akibat melemahnya Rupiah, tentu saja kemampuan Pemerintah untuk membayar hutang dari pemasukan yang ada makin susah, ujung-ujungnya ya cari tambahan pemasukan dari memalak rakyat lagi.

Untunglah dipasal 33 UUD 1945 yang dinyatakan dikuasai oleh Negara cuma Bumi dan air serta kekayaan alam yang terkandung didalamnya.

Kalau sempat ditulis "udara" juga, bisa-bisa ada Menteri Koplak super kreatif yang akan mengusulkan Pajak Udara, jadi setiap kita bernafas atau menghirup udara wajib bayar Pajak kepada Negara dan kalau kentut atau mengeluarkan Udara akan kena denda karena dikenakan pasal pencemaran Udara.

Kedua, masih banyak kebutuhan kita yang di impor termasuk beberapa merk kompor.

Karena dipasar Luar Negeri yang digunakan nilai Dolar tentu saja harganya jadi naik berlipat. Kalau dulu harga tepung terigu cuma 130 ribu sekarang jadi 140 ribu lebih, jadilah tukang goreng pisangpun kebingungan, kalau dinaikkan harga akan sepi pembeli tidak dinaikkan jadi rugi.

Jalan satu-satunya terpaksa mengecilkan ukuran pisangnya, jadilah tukang goreng pisang berdosa berjamaah karena hanya mak erot dan tukang membesarkan pisang lainnya yang konon selalu berpahala.

Hayuk fokus, kita masih cerita goreng pisang lo, belum cerita mobil, handphone, peniti dan barang-barang kebutuhan lainnya yang rata-rata impor dari Korea, Jepang dan China.

Kalaupun ada segelintir di antara rakyat yang barangnya diekspor ke luar negeri, kamu hanya menikmati keuntungan semu.

Di satu sisi kamu untung tapi biaya hidupmu termasuk beli pisang goreng jadi rugi.

Akhirnya yang tetap untung dan ngga rugi-rugi para pengepul, sedangkan para petani dan pengrajin kecil hanya kebagian tetesan-tetesan keuntungan yang nilainya tidak seberapa.

Ketiga, nilai mata uang setiap negara adalah harga diri negara itu. Jadi nilai Rupiah adalah harga diri bangsa Indonesia.

Makin terpuruk nilainya, makin terpuruk harga diri bangsa kita di mata Dunia.

Masih ingat bagaimana Zimbabwe mengeluarkan nilai mata uang 1 miliar? Sampai orang di sana mau beli telor satu butir harus bawa sekoper uang.

Padahal bisa jadi biaya produksi membuat uang-nya jauh lebih mahal dibandingkan dari nilai telornya.

Tapi apa boleh buat, mata uang Zimbabwe sudah tidak berharga dan jadi sampah.

Jadilah Zimbabwe negara telor eh tekor dan sekarang menggunakan mata uang Yuan dari China.

Jadi kalau dulu Pak Prabowo pernah memprediksi Negara kita bisa bubar kalau kondisi sekarang yang ngawur terus dilanjutkan.

Tapi karena keterbatasan logika otakmu, yah kamu-kamu malah tertawa. Sama seperti ketika Pak Prabowo menyampaikan kebocoran Anggaran kita, kamu-kamu para makhluk dungu Gerombolan Penista Logika malah membully beliau. "Bochorrr... bochorrrr....bochorrrrrr..."

Para penikmat kebocoran anggaran negarapun tepuk tangan di antara bully-an kalian.

Faktanya Pak Nganu akhirnya mengakui kebenaran yang disampaikan Pak Prabowo, tapi sampai sekarang tidak pernah dia dan kalian meminta maaf kepada beliau.

Tapi sudahlah, harapan apa yang bisa diharapkan dari kalian manusia-manusia bedebah tanpa jiwa.

Maafkan kami wahai Jenderal, karena peringatan dan ketulusanmu kepada negeri ini hanya bisa dipahami oleh anak bangsa yang masih berjiwa dan berhati bersih.

Salam 2019 ganti, Ketua FPI!!

***