Keterbelahan Pilpres 2014 Takkan Selesai sampai Kiamat

Jumat, 11 Mei 2018 | 19:30 WIB
0
530
Keterbelahan Pilpres 2014 Takkan Selesai sampai Kiamat

Keterbelahan masyarakat sejak Pilprres 2014 sudah menjadi semacam “isme.” Bukan hanya di tingkat elit, sudah sampai pada akar rumput yang paling bawah.

Sia-sia saja lmbauan untuk kembali menyatukan dua “isme” itu. Lagipula imbauan itu patut dicurigai karena datangnya dari para elit yang merupakan bagian dari “isme” itu. Jadi imbauan itu bisa diartikan dengan, “Jangan nyinyirin gue terus, dong. Pliiis…”

Perang dua “isme” itu bukan hanya soal-soal politik, atau hal-hal yang besar. Tapi juga masalah yang ringan, sepeleh, dan remeh-temeh. Ketika satu kubu menyerang khasiat kencing onta, satu kubu punya kesempatan menyerang balik dengan nyinyirin khasiat racun kalajengking.

 

Sekarang merambah ke soal nonton film. Niatnya Presiden Jokowi dengan menonton sejumlah film nasional agar perfilman nasional menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Tapi niat itu mulai diragukan dengan tidak nongolnya Presiden saat rakyatnya di kubu yang berbeda berbondong-bondong menonton film "212 Power of Love".

Sekarang gantian, yang menonton film 212 adalah rival politiknya, Prabowo. Tentu saja menimbulkan kecurigaan, jangan-jangan film yang ditonton Jokowi karena para kreatornya adalah pendukungnya.

Perseturuan antar penonton film ini semakin kentara ketika para pendukung Jokowi mem-bully film 212, bahkan sampai bikin opini hoax dengan mengatakan film 212 nggak laku.

Bahkan sampai menyempatkan diri menyusup ke dalam bioskop, masuk duluan, memotret bangku yang belum terisi sebelum semua penonton masuk. Tentu saja dibalas oleh lawannya dengan menyodorkan fakta sebaliknya.

Kapan perseteruan ini berakhir? Barangkali sampai kiamat!

Upaya 2019 ganti presiden bukan untuk mengakhiri perseteruan, tapi upaya mereparasi total ke jantung masalah. Ibarat komputer, mengganti mainboard-nya. Sekarang processor core 2 duo sudah ketinggalan zaman.

***