Pak Tua Mahathir Mohamad "Come Back", Najib Menunggu Nasib

Kamis, 10 Mei 2018 | 19:58 WIB
0
653
Pak Tua Mahathir Mohamad "Come Back", Najib Menunggu Nasib

Usia tua bukan berarti pikun dan jauh dari peruntungan atau kesuksesan.

Di Usia 92 tahun, mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad masih tertarik dalam panggung politik. Tidak tanggung-tanggung, ia maju lagi sebagai sebagai calon perdana menteri untuk menggantikan Perdana Menteri Najib Razak.

Pemilihan Umum Malaysia yang dilaksanakan pada hari Kamis, 9 Mei 2018, menurut Komisi Pemilihan Umum Malayasia dimenangkan oleh koalisi partai oposisi yang dipimpin oleh Mahathir Mohamad dan ini sangat mengejutkan.

Koalisi Pakatan Harapan memperoleh lebih dari 112 kursi parlemen, jumlah kursi ini syarat minimal untuk membentuk pemerintahan atau berkuasa.

Jumlah suara parlemen di Malaysia, yaitu 222, dan syarat membentuk pemerintahan harus menguasai 122 kursi di parlemen. Artinya koalisi Pakatan Harapan berhak membentuk pemerintahan dan Mahathir Mohamad, kalau semua partai koalisi sepakat, akan menjadi Perdana Menteri yang baru.

Ini sesuatu yang spektakulir karier politik dengan usia yang sangat sepuh. Kalau di Indonesia lebih baik momong cucu atau menghabiskan hari tua dengan ketenangan yang jauh dari dunia politik. Tapi tidak juga, toh Jusuf Kalla meski juga termasuk memasuki usia senja, masih bersemangat berpolitik dan berkuasa.

Dari 222 kursi parlemen, menurut KPU Malaysia, koalisi Pakatan Harapan memperoleh 120 kursi parlemen dan masih bisa bertambah karena masih ada dua kursi lagi. Dan Barisan Nasional, partai penguasa Najib Razak hanya memperoleh 79 kursi parlemen. Tentu ini pukulan telak untuk partai Barisan Nasional karena pada periode sebelumnya Barisan Nasioanal memperoleh 133 kursi suara.

Johor yang merupakan kandang atau basis Barisan Nasional juga kalah oleh partai oposisi. Dan disapu bersih oleh oposisi. Dari 12 negara bagian, Barisan Nasional kalah di sembilan negara bagian.

Dan ini sejarah yang pahit untuk Barisan Nasional yang telah berkuasa 61 tahun, kalau dulu orde baru berkuasa selama 32 tahun. Artinya Orde Baru setengahnya dari Barisan Nasional Malaysia. Dan sekarang Barisan Nasional runtuh, kalah oleh koalisi oposisi. Tidak ada yang abadi!

Kekalahan Najib Razak karena terlibat skandal korupsi yang membelitnya dan ini jadi senjata Mahathir Mohamad untuk menyerangnya dan merebut simpati masyarakat Malaysia. Najib menyindir Mahathir sebagai seorang diktator, tetapi Mahathir membalas dengan mengatakan, "Tetapi saya bukan pencuri!"

[irp posts="15369" name="Tsunami Pemilu Malaysia, Pake Demam Pak Tua Mahathir Tekuk Najib"]

Kata kunci "pencuri" ini sangat mematikan, seolah-olah dijidat Najib Razak ada tato bertuliskan PENCURI karena ia memang dituding melakukan korupsi dengan total uang yang dikorup mencapai Rp9 triliun. Kasus e-KTP di sini harus "nyembah" sama kasusnya Tuan Najib ini.

Sekedar informasi, Mahathir Mohamad telah berkuasa menjadi perdana menteri selama 22 tahun, artinya kalau menjadi perdana menteri lagi, maka akan menambah lama berkuasa.

Dan dulu Mahathir Mohamad juga berseteru dengan sahabatnya sendiri dalam pemerintahan, yaitu Anwar Ibrahim. Ia sekarang masih dalam tahanan dan diperkirakan bulan juni 2018 akan bebas, apalagi yang menang dari kubunya. Sekarang Mahathir Mohamad dan partai Anwar Ibrahim berkoalisi atau bersekutu untuk menggulingkan perdana menteri Najib Razak.

Inilah politik, tidak ada musuh abadi, tetapi kepentingan abadi.

Seakan dengan kemenangan Mahathir Mohamad menjadi perdana menteri kembali, menjadi insprirasi bagi politikus tanah air, yang di usia tua tapi hasrat atau nafsu berkuasa sangat tinggi.

“Tua-tua keladi makin tua makin menjadi” bukan "tua-tua kelapa makin tua malah buka dada".

Usia tua bukan suatu halangan untuk berkuasa.

***