Apa yang paling utama dan paling diharapkan oleh sebuah pasangan dengan pasangannya? KENYAMANAN!!
Tak akan ada yang membantah ini. Kenyamanan itu penyebab atau sumber ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan.
Sepanjang sejarah, manusia di muka bumi rela mengeluarkan uang sangat banyak (sekarang: ratusan juta bahkan milyaran) untuk merasakan tenang, damai dan bahagia. Atau melakukan apa saja untuk mendapatkan ketiganya. Tapi dengan dana besar dan melakukan apa saja itu, belum tentu juga dan banyak orang tidak berhasil mendapatkan ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan atau kenyamanan itu.
Kenyamanan itu hubungannya dengan apa? Dengan hati. Apa yang membuat hati nyaman dan tenang dengan pasangan? Ini: Kecocokan, persambungan, pengertian, kedewasaan, kemistri, sekufu, sevisi, semisi dll. Hati yang nyaman dengan sumber-sumbernya itu, itulah yang akan mendatangkan kebahagiaan.
Apa arti semua itu? Mencari pasangan, jodoh, teman hidup, imam rumah tangga, suami, istri dll TIDAK DA HUBUNGANNYA dengan wajah, harta, kekayaan, keturunan, usia, status, pangkat, pekerjaan dan kedudukan dll karena semua itu tidak berhubungan dengan kenyamanan. Semua itu bukan sebab dan sumber kenyamanan tapi hanya penunjang atau pelengkap, bila kenyamanan sudah ada dulu. Itu semua bukan yang utama menyebabkan kenyamanan.
Di sinilah, pemilihan jodoh dan hubungan suami istri banyak yang bermasalah bahkan jadi sumber masalah. Skala kecilnya, menjadi persoalan dan sumber pertengkaran, skala besarnya berujung perpisahan atau perceraian. Sebabnya, tidak dirasakannya kenyamanan dalam rumah tangga. Kenyamanan tidak ada karena salah menentukan kriteria, syarat dan ukuran perjodohan.
Ingin membangun rumah tangga yang damai, nyaman dan bahagia? Gunakanlah syarat-syarat yang mendatangkan kenyamanan itu, bukan yang mendatangkan masalah, keruwetan dan sumber konflik. Apa Itu? gengsi, kesenangan, pujian, kehormatan dan penghargaan.
Semua itu hanya kamuflase bila tanpa kecocokan dan kemistri. Rumah tangga banyak yang penuh dengan kemunafikan. Suami istri banyak yang seperti damai dan bahagia dan di luar atau dipermukaan, padahal didalamnya rapuh, tak ada kecocokan, stres, tak nyaman, "beungeut nyanghareup ati mungkir."
Wajah, harta, kekayaan, penampilan, keturunan, usia, status pernikahan, pangkat, pekerjaan dan kedudukan itu mendatangkan gengsi, kesenangan, pujian, kehormatan dan penghargaan, bukan kenyamanan. Bisa saja mendatangkan kenyamanan bila fungsinya sebagai pelengkap atau penunjang, bukan yang utama. Yang utamanya adalah kecocokan, persambungan, pengertian, kedewasaan, kemistri, sekufu, sevisi, semisi, sekarakter itu.
Sekali lagi, di sinilah rumah tangga banyak masalah, problem dan menjadi ajang pertengkaran tiada henti karena tidak ada kecocokan, persambungan, pengertian, kedewasaan, kemistri, sekufu, sevisi, semisi, dan sekarakter, karena yang dilihat atau disyaratkannya adalah wajah, harta, kekayaan, penampilan, keturunan, usia, status, pangkat, pekerjaan dan kedudukan.
Jelaslah semuanya. Rumah tangga itu sekali dan selamanya. Apalagi ada anak-anak sebagai buah hati keluarga. Amat sayang dan rugi bila rumah tangga malah jadi sumber penderitaan dan jauh dari kebahagiaan. Janganlah salah dalam memilih dan menentukan kriteria pasangan.
Pasanglah syarat-syarat kenyamanan bukan syarat ketidaknyamanan kecuali Anda siap menyesal diperjalanan atau di akhir. Rumah tangga banyak yang kacau, berantakan dan hancur disebabkan salah langkah dari awal.
Wallahu a'lam.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews