Hizbullah Kuasai Parlemen Lebanon, Israel Dibikin "Empot-empotan"

Selasa, 8 Mei 2018 | 21:06 WIB
0
689
Hizbullah Kuasai Parlemen Lebanon, Israel Dibikin "Empot-empotan"

Lebanon adalah negara yang multi etnik/agama atau negara yang sangat majemuk dengan berbagai aliran agama.

Agama Kristen saja ada beberapa aliran: Kristen Maronit, Ortodoks Timur, Katholik Melkit, Ortodoks Armenia, Katholik Armenia, dan Protestan atau aliran kecil lainnya.

Agama Islam juga ada beberapa aliran: Sunni, Syi'ah, Alawi dan Druze.

Negara Lebanon pernah juga dilanda konflik sektarian atau perang saudara yang menghancurkan atau porak-poranda negara tersebut. Perang ini juga banyak berbagai kepentingan dari negara-negara tetangganya seperti Suriah dan Israel. Semua ingin berebut pengaruh atas Lebanon.

Tetapi akhirnya Lebanon menyadari konflik atau perang saudara tidak menghasilkan apa-apa dan hanya menimbulkan kerusakan dan korban jiwa. Dan mereka mengadakan perdamaian atau kesepakatan dan berbagi kekuasaan di antara pemangku kepentingan dari berbagai agama dan aliran.

Presiden dijabat dari Kristen Maronit, karena memang mayoritas. Ketua Parlemen dari Islam Syi'ah.Dan Perdana menteri dari Islam Sunni.

Dan setelah perjanjian Ta'if, anggota parlemen yang berjumlah 128 anggota, juga dibagi sama, yaitu 64 anggota dari perwakilan Kristen dan 64 anggota dari perwakilan Islam (Sunni, Syi'ah, Alawi dan Druze).

Nah, pada tanggal 6 Mei 2018, Lebanon mengadakan pemilihan anggota parlemen pertama setelah 9 tahun tidak dilakukan akibat konflik atau tidak stabil sistem politiknya. Selama ini anggota parlemen sudah diperpanjang tiga kali dan hanya diperpanjang tanpa ada pemilihan parlemen yang baru.

Dan pemilihan anggota parlemen ini di anggap suatu prestasi atau sukses yang sudah lama tidak bisa dilaksanakan.

Hasil pemilihan anggota parlemen Lebanon ini cukup mengejutkan, yaitu kubu Hizbullah dan koalisinya atau sekutunya, memperoleh kursi lebih dari 50% dari 128 kursi. Hizbullah dan sekutunya memperoleh 67 kursi yang  diikuti oleh 500 kandidat.

Dengan kemenangan Hizbullah dan sekutunya tentu akan menguasai parlemen Lebanon. Kemenangan ini juga di respon oleh Sekjen Hizbullah Sayyid Hassan Nasrallah yang menilai kemenangan Hizbullah dan sekutunya sebagai opsi "muqawamah" atau resistensi anti Israel di Lebanon.

"Ini merupakan kemenangan politik dan mental yang besar bagi opsi resistensi yang notabene melindungi kedaulatan negara. Komposisi dewan perwakilan rakyat yang baru merupakan jaminan dan kekuatan yang besar untuk mendukung opsi strategis ini dan bagi perimbangan istimewa tentara,rakyat dan muqawamah," kata Hassan Nasrallah melalui pidato di televisi, Senin 7 Mei 2018.

Kemenangan Hizbullah ini juga direspon oleh musuh bebuyutannya, yaitu Israel, lewat menteri pendidikannya Naftali Bennett. Hizbullah bagi Israel sama saja dengan Lebanon.

Bagi Israel, kemenangan Hizbullah ini akan menambah ketegangan atau sulit bagi Israel untuk bersahabat dengan Lebanon. Apalagi yang menang kubu Hizbullah.

Israel menginginkan Hizbullah harus dilucuti senjatanya, tapi bagi Hizbullah itu sesuatu yang tidak mungkin. Melucuti senjata Hizbullah sama saja deklarasi perang.

Kekuatan tentara dan senjata Hizbullah lebih kuat dan canggih dari tentara Lebanon sendiri. Apalagi semenjak perang Suriah, Hizbullah seakan dapat tempat training yang sesungguhnya dalam penggunaan senjata-senjata berat. Dan Hizbullah juga mendapatkan senjata-senjata baru dari perang Suriah.

Dan ini menyebabkan Israel semakin khawatir atas kekuatan Hizbullah, yang tidak bisa dianggap remeh. Israel juga lebih khawatir atas kekuatan Iran di Suriah. Makanya Israel menyerang kekuatan Iran di Suriah dengan rudal.

Seakan Israel terkepung oleh dengan kemenangan Hizbullah dalam pemilihan parlemen Lebanon. Kekuatan Israel di Lebanon seakan dilemahkan dengan kemenangan Hizbullah ini.

Babak baru dalam perebutan pengaruh di Lebanon dan Timur Tengah.

***