Lebanon adalah negara yang multi etnik/agama atau negara yang sangat majemuk dengan berbagai aliran agama.
Agama Kristen saja ada beberapa aliran: Kristen Maronit, Ortodoks Timur, Katholik Melkit, Ortodoks Armenia, Katholik Armenia, dan Protestan atau aliran kecil lainnya.
Agama Islam juga ada beberapa aliran: Sunni, Syi'ah, Alawi dan Druze.
Negara Lebanon pernah juga dilanda konflik sektarian atau perang saudara yang menghancurkan atau porak-poranda negara tersebut. Perang ini juga banyak berbagai kepentingan dari negara-negara tetangganya seperti Suriah dan Israel. Semua ingin berebut pengaruh atas Lebanon.
Tetapi akhirnya Lebanon menyadari konflik atau perang saudara tidak menghasilkan apa-apa dan hanya menimbulkan kerusakan dan korban jiwa. Dan mereka mengadakan perdamaian atau kesepakatan dan berbagi kekuasaan di antara pemangku kepentingan dari berbagai agama dan aliran.
Presiden dijabat dari Kristen Maronit, karena memang mayoritas. Ketua Parlemen dari Islam Syi'ah.Dan Perdana menteri dari Islam Sunni.
Dan setelah perjanjian Ta'if, anggota parlemen yang berjumlah 128 anggota, juga dibagi sama, yaitu 64 anggota dari perwakilan Kristen dan 64 anggota dari perwakilan Islam (Sunni, Syi'ah, Alawi dan Druze).
Nah, pada tanggal 6 Mei 2018, Lebanon mengadakan pemilihan anggota parlemen pertama setelah 9 tahun tidak dilakukan akibat konflik atau tidak stabil sistem politiknya. Selama ini anggota parlemen sudah diperpanjang tiga kali dan hanya diperpanjang tanpa ada pemilihan parlemen yang baru.
Dan pemilihan anggota parlemen ini di anggap suatu prestasi atau sukses yang sudah lama tidak bisa dilaksanakan.
Hasil pemilihan anggota parlemen Lebanon ini cukup mengejutkan, yaitu kubu Hizbullah dan koalisinya atau sekutunya, memperoleh kursi lebih dari 50% dari 128 kursi. Hizbullah dan sekutunya memperoleh 67 kursi yang diikuti oleh 500 kandidat.
Dengan kemenangan Hizbullah dan sekutunya tentu akan menguasai parlemen Lebanon. Kemenangan ini juga di respon oleh Sekjen Hizbullah Sayyid Hassan Nasrallah yang menilai kemenangan Hizbullah dan sekutunya sebagai opsi "muqawamah" atau resistensi anti Israel di Lebanon.
"Ini merupakan kemenangan politik dan mental yang besar bagi opsi resistensi yang notabene melindungi kedaulatan negara. Komposisi dewan perwakilan rakyat yang baru merupakan jaminan dan kekuatan yang besar untuk mendukung opsi strategis ini dan bagi perimbangan istimewa tentara,rakyat dan muqawamah," kata Hassan Nasrallah melalui pidato di televisi, Senin 7 Mei 2018.
Kemenangan Hizbullah ini juga direspon oleh musuh bebuyutannya, yaitu Israel, lewat menteri pendidikannya Naftali Bennett. Hizbullah bagi Israel sama saja dengan Lebanon.
Bagi Israel, kemenangan Hizbullah ini akan menambah ketegangan atau sulit bagi Israel untuk bersahabat dengan Lebanon. Apalagi yang menang kubu Hizbullah.
Israel menginginkan Hizbullah harus dilucuti senjatanya, tapi bagi Hizbullah itu sesuatu yang tidak mungkin. Melucuti senjata Hizbullah sama saja deklarasi perang.
Kekuatan tentara dan senjata Hizbullah lebih kuat dan canggih dari tentara Lebanon sendiri. Apalagi semenjak perang Suriah, Hizbullah seakan dapat tempat training yang sesungguhnya dalam penggunaan senjata-senjata berat. Dan Hizbullah juga mendapatkan senjata-senjata baru dari perang Suriah.
Dan ini menyebabkan Israel semakin khawatir atas kekuatan Hizbullah, yang tidak bisa dianggap remeh. Israel juga lebih khawatir atas kekuatan Iran di Suriah. Makanya Israel menyerang kekuatan Iran di Suriah dengan rudal.
Seakan Israel terkepung oleh dengan kemenangan Hizbullah dalam pemilihan parlemen Lebanon. Kekuatan Israel di Lebanon seakan dilemahkan dengan kemenangan Hizbullah ini.
Babak baru dalam perebutan pengaruh di Lebanon dan Timur Tengah.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews