Slogan Perpecahan; "Menjajakan Surga, Menciptakan Neraka" di Suriah

Rabu, 25 April 2018 | 06:17 WIB
0
667
Slogan Perpecahan; "Menjajakan Surga, Menciptakan Neraka" di Suriah

Suriah dibombardir AS, Inggris, Perancis, Saudi dan Israel. Polanya sama, atas tuduhan penggunaan senjata kimia di Douma, Ghauta Timur. Padahal pasukan pemerintah Suriah telah berhasil mendesak mundur para jihadis yang mengacau di sana.

Seperti biasa, jika jihadis ISIS, Alqaedah atau Jabra Nusra terdesak oleh tentara pemerintah, tuannya akan datang membantu. Caranya dengan menyebar isu senjata kimia. Padahal buat apa senjata kimia, wong pasukan pemerintah sebentar lagi menguasai kota itu.

Tapi itulah watak bengis AS dan sekutunya. Sehari setelah membuat isu senjata kimia, dengan video palsu dan disebarkan oleh media propaganda, tanpa cek dan ricek, tanpa persetujuan PBB mereka langsung menghujani Suriah dengan rudal. Ratusan rudal ditembakkan dengan sasaran siapa saja. Ratusan rakyat Suriah bergelimpangan.

Lalu para kampret di sini berteriak, ini adalah konflik Suni-Syiah. Mereka mengehembus-hembuskan perpecahan umat Islam, untuk membantu agresi AS dan sekutunya ke negeri berdaulat itu. Mirip anjing yang menjaga kepentingan tuannya.

Jika benar konflik antar mazhab, apa pentingnya AS dan sekutunya ikut dalam perang Sunni-Syiah. Apakah Donald Trump sekarang sudah menjadi Suni?

Mana peduli AS dan sekutunya dengan aliran dan mazhab agama. Yang mereka pedulikan hanya minyak yang mengalir di tanah-tanah Suriah. Atau wilayah yang dilewati pipa gas dari Timteng menuju Eropa. Yang mereka perebutkan adalah wilayah untuk menguasai Timur Tengah. Yang mereka pedulikan adalah merampas harta dan kekayaan rakyat Suriah.

Sama seperti Irak atau Libya. Setelah dihancurkan oleh AS dan sekutunya dengan dasar informasi palsu --sampai sekarang senjata pemusnah massal di Irak tidak pernah ditemukan padahal jutaan rakyat Irak jadi korban-- para baron minyak dan mafia kapitalis berebutan membagi-bagi proyek di sana. Mereka seperti burung bangkai yang memangsa jasad warga Irak.

 

Felix Siauw bilang para pemberontak di Suriah adalah mujahid yang mau menegakkan syariat Islam? Artinya pasukan ISIS dan Al Qaedah dan antek-antek sejenisnya, bermaksud menegakkan syariat Islam di Suriah atas bantuan AS dan Israel?

 

Di Libya, Hizbut Tahrir memprovokasi masrakat untuk berontak kepada Khadafi. Mereka merancang perpecahan. Setelah sedikit demonstrasi rakyat, lalu datang AS dan sekutunya dengan dalih ingin membela demokrasi di negeri itu. Hasilnya, Khadafi tumbang dan Libya porak poranda. Kini masyarakat Libya hidup dalam kehancuran dan kenestapaan. Kekayaannya dirampas asing.

Padahal di jaman Khadafi, Libya adalah salah satu negeri termakmur di Afrika. Rakyatnya hidup berkecukupan dan semua bahan makanan tersedia. Kini di jalan-jalan Tripoli kekacauan terjadi. Bahan makanan minim. Sekolah dan infstruktur hancur. Masa depan mereka suram.

Kemana Hizbut Tahrir yang dulu mengompori perpecahan rakyat Libya? Mereka melepas tanggungjawab. Mereka hanya menjadi oli untuk memuluskan langkah agresi AS dan sekutunya merampas kekayaan Libya.

Kini Felix Siauw --aktivis HTI-- teriak-teriak soal pertikaian antar mazhab di Suriah. Sebentar lagi para penjaja sedekah di Indonesia akan bergentayangan menjual penderitaan rakyat Suriah lalu sebagian sumbangan kita akan disalurkan untuk membantu gerombolan jihadis. Mereka saling bergandengan tangan dengan AS, Saudi dan Israel untuk merusak negeri itu.

Propaganda konflik antar-mazhab ini memang selalu diteriakkan para burung bangkai untuk mengompori kebencian di antara umat Islam. Mereka senang jika sebuah negeri yang tadinya aman, makmur dan hidup penuh kedamaian, berubah menjadi neraka.

Herannya mereka masih saja menjajakan surga. Padahal mereka sedang membantu menciptakan neraka di Suriah. Lihat saja tulisan provokasi Felix, di-share oleh ribuan orang. Sementara kita sendiri malas men-share informasi pembandingnya. Jadi, kalau informasi berisi seruan perpecahan itu yang menguasai opini, ya, wajar saja. Kita juga tidak berniat memadamkannya.

Di Indonesia, polanya sama saja. Mereka melempar isu perpecahan di kalangan umat Islam. memanaskan kebencian rasial. Memercikaan api permusuhan. Menggosok-gosok emosi untuk saling mencurigai. Topengnya seruan jihad dan penegakkan syariat. Padahal yang diusahakan adalah penghancuran sebuah negeri untuk dirampok kekayaannya.

Mereka menjajakan surga, dengan cara menciptakan neraka. Herannya masih banyak orang Indonesia yang mau dicekoki dengan slogan bodoh tapi membius seperti ini. Bersyukurlah HTI sudah dibubarkan di Indonesia.

Kita berharap semoga PBB bukan menjadi lembaga mandul yang membiarkan pembantaian para agresor merusak sebuah negeri berdaulat. Kita berharap dunia membiarkan Suriah menentukan masa depannya sendiri. Mencari jalan damai untuk masyarakat yang beradab.

Tanpa ISIS, tanpa Alqaedah, tanpa Hizbut Tahrir. Juga tanpa intervensi AS dan Israel.

***