Jangan Perlihatkan Kepandiran dengan Ancaman Tutup Facebook!

Jumat, 20 April 2018 | 14:36 WIB
0
736
Jangan Perlihatkan Kepandiran dengan Ancaman Tutup Facebook!

Pada saat pertama kali anda mendaftar akun di facebook, sekedar mendaftar saja, maka pada saat itu pula informasi pribadi pertama anda telah anda bocorkan.

Ketika anda menulis status untuk pertama kali, walaupun isinya hanya sebuah tanda titik, itu sudah menunjukkan bagian dari pribadi anda.

Waktu anda (sesuai syarat "natural" facebook, namanya aja "facebook" alias "buku-wajah") memasang foto diri anda, pada waktu itu pula anda itu penampakan raut mukanya apa dan bagaimana sudah anda bocorkan sendiri.

Pada kesempatan anda memasang foto bersama orang tua, kakak, adik, om, tante, sepupu, ipar, kawan dekat, kawan jauh, pada kesempatan itu pula anda sendiri yang membocorkan pada dunia siapa saja orang-orang dekat dan teman-teman anda.

Facebook menyediakan setting sejauh mana informasi-informasi dari anda, yang anda sadari atau tidak menggambarkan apa dan siapa diri anda, bisa di"bocor"kan. Kendali ada pada diri anda sendiri. Apakah hanya anda sendiri yang tahu, sekedar teman-teman dekat dan keluarga, atau kepada siapa saja di seluruh dunia. Semua itu ada dalam kuasa jemari anda sendiri.

Selain setting, facebook juga menerangkan aturan main yang bisa anda baca sepuas hati. Ini dicantumkan dengan jelas di situs facebook yang juga menjadi situs pribadi anda ini. Salah satunya, ya, facebook bisa mengakses data anda sejauh dan sepatuh mungkin pada batasan Undang-Undang. Utamanya UU di negara tempat facebook didaftarkan sebagai sebuah badan usaha.

Dalam menyediakan wadah bagi siapa saja untuk membuka akun di facebook, facebook tidak meminta data-data pribadi yang bersifat kependudukan seperti nomor identitas diri, nomor kartu keluarga, atau nomor jaminan sosial. Apalagi minta nama gadis dari ibu kita masing-masing yang biasanya digunakan pihak perbankan untuk verifikasi nomor rekening. Tidak. Tidak sama sekali.

Kasus kebocoran data ke lembaga riset Cambridge Analytica? Sebenarnya lebih cocok disebut kebocoran informasi. Periset Aleksandr Kogan dari Cambridge University meminta izin pada Facebook untuk mengambil isi sejumlah akun facebook. Caranya dengan melempar quiz dalam sebuah aplikasi.

Dalam hal ini "resiko" diserahkan pada pemilik akun. Yang ikut klik dan mengisi kuis, informasi dalam akunnya terbuka untuk diakses. Setumpuk informasi yang ditambang dari akun tersebut diolah hingga menjadi data yang menggambarkan "profil diri" yang bersangkutan. Dari apa dan bagaimana profil diri seseorang, bisa diketahui bagaimana cara "mempengaruhi" orang tersebut. Fenomena ini tentu sangat menarik bagi event politik. Anda paham, kan?

Namun demikian, pemrofilan diri seseorang seperti yang dilakukan Kogan bukanlah sesuatu yang "nakal nakal amat". Apalagi itu untuk tujuan riset. Anda yang sering dapat SMS penawaran kredit dari perusahaan-perusahaan pembiayaan, itu tak lain dan tak bukan karena "profil diri" anda dari segi kelayakan mendapat fasilitas kredit ada di perusahaan-perusahaan tersebut. Ada berarti ada yang buat. Berarti dibuat. Itu biasa, kan?

Permasalahan pada kasus Cambridge Analytica itu lebih kepada bocornya data riset dari Kogan sebagai periset ke Cambridge Analytica sebagai Lembaga Riset. Dalam hal ini, facebook bisa dimaklumi.

[irp posts="85" name="Anomali Digital itu Bernama Facebook"]

Permasalahan yang lebih intens adalah: selain informasi dari mereka-mereka yang ikut quiz yang ditebar Kogan (kita sebut saja mereka ini "ikhlas" karena sadar ikut quiz, sadar pula informasinya di"tambang" oleh Kogan) ternyata teman yang berada dalam Friend List mereka ikutan diboyong pula oleh Kogan.

Nah, pada tahap itulah facebook sendiri sudah menyatakan apology bahwa tindakan Kogan (dan juga Cambridge Analytica) itu adalah sebuah pelanggaran komitmen saling percaya di antara mereka, yang mana facebook merasa hal itu membuat facebook melalaikan kepercayaan dari para penggunanya. Sebagai iktikad, facebook akan memperbaiki (fix) hal itu.

Lalu, bagaimana dengan anda? Apabila akun anda termasuk salah satu yang "diangkut" Kogan dan Cambridge Analytica, ada dua opsi untuk anda.

Satu, kalau anda keberatan, nyatakan keberatan, lalu putuskan: mau tetap menggunakan layanan facebook atau hapus akun.

Dua, anda maafkan facebook, lalu putuskan: mau tetap menggunaka layanan facebook atau hapus akun.

Untuk Pemerintah, kebijakan apa yang hendak diambil? Kalau mau nutup akses ke layanan facebook, pastikan yang ditutup aksesnya hanya kepada pihak-pihak yang menyatakan keberatan atas peristiwa kebocoran informasi di atas dan mereka memang memilih penutupan akses.

Kepada pihak-pihak yang masih bersedia menggunakan layanan facebook, akses jangan ditutup. Bukan informasi yang berisi rahasia negara yang bocor di sini, tapi informasi orang per orang secara personal.

Untuk kita semua, sebagai tindakan mawas diri: selain dari aplikasi pihak ketiga yang sering muncul di platform facebook, kita semua harus bijak menginstal aplikasi apa pun di perangkat masing-masing.

Pada dasarnya, ketika kita memasang sebuah aplikasi dalam perangkat, aplikasi tersebut akan meminta persetujuan akses ke berbagai file dalam perangkat. Ya foto, ya tulisan, ya hampir semua isi hape atau komputer anda. Anda harus jeli.... Tombol persetujuan itu bukan Asep yang orang Sunda itu. Tombol itu adalah Accept. Artinya: nrimo.

Happy Friday!

***

Editor: Pepih Nugraha