Faktor Cawagub Sangat Menentukan; Elektabilitas RK Melorot, Demiz Melesat

Kamis, 19 April 2018 | 07:49 WIB
0
672
Faktor Cawagub Sangat Menentukan; Elektabilitas RK Melorot, Demiz Melesat

Temuan terbaru hasil survei Citra Komunikasi Lingkaran Survei Indonesia (LSI Denny JA) terkait dengan preferensi pemilih pada Pilkada Jabar, 27 Juni 2018 mendatang, peta kekuatan para kandidat mulai berubah.

Direktur Eksekutif Citra Komunikasi LSI Denny JA Toto Izul Fatah mengungkapkan, setelah sebelumnya paslon Ridwan Kamil – Uu Ruzhanul Ulum (RINDU) memimpin elektabilitas, kini paslon Deddy Mizwar – Dedi Mulyadi (Dua DM) mulai menyalip tipis, 43,2 persen.

Sementara, paslon RINDU turun ke posisi kedua dengan 39,3 persen. Meski, dalam simulasi elektabiltas personal, Toto menyebut Ridwan Kamil (RK) masih unggul tipis (40,8 persen) dari Deddy Mizwar (38,9 persen). Begitu dalam keterangannya, Minggu 15 April 2018.

Merujuk pada data survei sebelumnya, ia menjelaskan perubahan peta kekuatan pasangan para kandidat itu, antara lain karena adanya faktor peranan cawagub yang bisa menyumbang kenaikan, dan bisa juga menyumbang penurunan.

Dalam konteks pasangan Dua DM, kata Toto, terlihat sekali peranan Dedi Mulyadi (Demul) sebagai wakil yang mendongkrak Deddy Mizwar (Demiz). Sehingga, “Demiz yang tadinya elektabiltas personalnya 38,9 persen kalah tipis dari RK yang 40,8 persen, naik menjadi 43,2 persen setelah berpasangan dengan Demul,” ungkapnya.

Dan, dalam simulasi empat cawagub, Demul memang mengungguli jauh tiga calon lainnya dengan 38 persen. Inilah salah satu faktor yang mendongkrak paslon Dua DM. Sementara Uu Ruzhanul Ulum (16,8 persen), Syaikhu (18,9 persen), dan Anton Charliyan (3,6 persen).

Hal berbeda justru terjadi sebaliknya dengan pasangan RINDU, dimana RK unggul secara personal, tapi saat dipasangkan dengan Uu malah menurun karena elektabilitas wakil rendah.

Menurut Toto, meski ada faktor-faktor lain yang ikut menyumbang penurunan tersebut, yang pasti, jika tidak ada pergerakan yang luar biasa dari paslon RINDU, bukan mustahil ini akan menjadi sinyal lampu kuning yang bisa menyeretnya pelan-pelan kalah dalam pertarungan.

“Apalagi jika merujuk pada trend yang terus menurun. Tak mudah kandidat yang punya trend turun untuk rebound,” tegas Toto dalam keterangan persnya, seperti dilansir Tribunnews.com, Senin, 16 April 2018.

Sebaliknya, jika paslon Dua DM ini berhasil meningkatkan pengenalan dan kesukaannya melalui aneka program yang massive dan menyentuh aspirasi warga Jabar, bukan mustahil mereka bisa lolos sebagai pemenang.

Terlebih, selain karena trend pasangan ini yang terus naik, juga karena Demul masih punya potensi menaikkan tingkat pengenalannya yang masih sekitar 55 persen. Tingkat kesukaann sendiri cukup tinggi dengan 73,1 persen.

Lebih lanjut, Toto mengungkap keunggulan Demul juga dikarenakan dia punya pemilih militan (strong supporter) yang cukup tinggi sebesar 26,6 persen, dibandingkan dengan Uu (12,5 persen), Syaikhu (4,3 persen), dan Anton (1,8 persen).

“Biasanya, mereka inilah kategori pemilih yang tak akan pernah berubah sampai pemilihan hari-H,” lanjutnya. Harapan paslon Dua DM memang ada pada Demul, karena Demiz sudah sampai pada tingkat pengenalan yang mentok, yaitu 94,8 persen.

Meski kesukaannya juga cukup tinggi dengan 81,8 persen. Kurang lebih sama dengan tingkat kesukaan RK yang 82 persen dari 77 persen yang mengenalnya.

Dua paslon lainnya, Sudrajat – Syaikhu (ASYIK) hampir sama dengan Dua DM, yang faktor wakil ikut menyumbang kenaikan elektabilitas saat dipasangkan. Dalam simulasi personal, Sudrajat harus puas dengan 4,2 persen. Tapi, saat dipasangkan dengan Syaikhu naik menjadi 8,2 persen.

“Pasangan yang keempat, Tubagus Hasanudin – Anton Charliyan (HASANAH) dengan elektabilitas 4,1 persen tampaknya belum bisa saling menyumbang karena elektabilitas masing-masing masih sangat rendah,” pungkasnya.

Survei dilakukan pada 21-29 Maret 2018 dengan menggunakan metode standard: multi stage random sampling, dimana seluruh pemilih Jabar dipilih secara random. Jumlah responden 440, dengan margin of error sebesar 4,8 persen.

Dalam survei sebelumnya, Cyrus Network membuat survei elektabilitas pada Pilkada Jabar 2018 yang menunjukkan paslon Rindu dan Dua DM diprediksi bersaing ketat. Paslon Rindu sementara ini 45,9 persen suara pemilih dan Dua DM mendapatkan elektablitas 40,9 persen.

Kedua paslon itu memiliki selisih dukungan elektoral yang tipis untuk bisa memenangkan kursi nomor satu di Tanah Pasundan tersebut. “Selisih dukungan elektoral kedua paslon ini hanya terpaut sekitar 5 persen saja,” kata Managing Director Cyrus Network Eko Dafid Afianto di Jakarta, Senin 5 Februari 2018.

Sementara, paslon ASYIK dan HASANAH masing-masing baru mendapatkan dukungan sebesar 5 persen dan 2,5 persen. Cyrus Network survei pada 16-22 Januari 2018 dengan melibatkan 1.000 responden di seluruh Jabar.

Survei dilakukan melalui metode multistage random sampling dengan margin of error +/- 3,1 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen. Quality control dilakukan terhadap 20 persen sampel yang ada.

Menurut Eko Dafid, Rindu sejauh ini unggul sebesar 48,5 persen berbanding 43,3 persen suara Dua DM di wilayah pembangunan I Jabar, meliputi Bogor Raya, Sukabumi, Cianjur, dan Depok.

Paslon Rindu juga unggul 60,9 persen berbanding 27,4 persen dengan suara Dua DM di wilayah pembangunan IV meliputi Bandung Raya, Tasikmalaya, Garut, Ciamis dan Pangandaran.

Adapun, Dua DM unggul 56,8 persen berbanding 25,5 persen suara Rindu untuk wilayah pembangunan II yang meliputi Bekasi Raya, Purwakarta, Karawang, dan Subang. Dua DM juga unggul 44,4 persen berbanding 36,9 persen suara Rindu di wilayah pembangunan III yang meliputi Cirebon Raya, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan.

Berdasarkan survei Cyrus Network, basis keunggulan palson Rindu muncul dari kalangan wiraswasta (50 persen), karyawan swasta (49,3 persen), pemilih dengan pendidikan SMA ke atas (54 persen), serta terkoneksi dengan media sosial (51,6 persen).

“Basis keunggulan Deddy-Dedi adalah di kalangan ibu rumah tangga (45,5 persen), petani (50 persen), pemilih dengan pendidikan SMP ke bawah (47,7 persen), dan mayoritas belum terkoneksi dengan media sosial (45,5 persen).

Pemilih Bergeser

Menurut Eko Dafid Minimnya suara Asyik dan Hasanah saat ini dinilai karena suara pemilih PDIP, Gerindra, dan PKS banyak bergeser kepada paslon Rindu dan Dua DM. Survei Cyrus Network memperlihatkan bahwa pemilih PDIP saat ini masih terbelah mendukung Rindu (43 persen) dan Dua DM (44 persen).

“Begitu pula konstituen Gerindra (51 persen) dan PKS (40 persen) yang tampaknya hari-hari ini masih mendukung Rindu,” ungkap Eko Dafid.

Peneliti CSIS Phillip J. Vermonte menilai bergesernya suara PDIP, Gerindra, dan PKS itu  menunjukkan ironi terhadap ketiganya. Pasalnya, ketiga partai tersebut memiliki suara yang cukup besar di Jabar.

PDIP memiliki suara paling besar dengan perolehan 20 kursi di DPRD Jabar. Sementara PKS memiliki 12 kursi, disusul Gerindra dengan 11 kursi di DPRD Jabar. Menurut Philips, hal ini menunjukkan ironi besar. “Datang belakangan, tidak siap mencalonkan, kalah cepat dengan partai lain,” kata Phillips.

Phillips mengatakan, kondisi ini menjadi pekerjaan besar bagi ketiga parpol tersebut untuk diselesaikan. Pasalnya, Jabar merupakan wilayah yang cukup penting karena memiliki porsi kursi legislatif paling besar.

Menurut Phillips, jika hal ini tidak diselesaikan akan bisa mengganggu pemilih dan mesin ketiga parpol tersebut. Terlebih, Pemilu 2019 tak akan lama lagi dimulai.

“Pilkada Jabar itu menjadi sangat penting guna menjaga momentum untuk pemilih dan mesin partainya, tapi masalahnya suara mengelompok di calon RK dengan Demiz,” kata Phillips.

Eko Dafid mengatakan, sebenarnya ketiga parpol tersebut saat ini masih punya peluang untuk membuat pasangan calon mereka menyalip Rindu dan Dua DM. Alasannya baru 30 persen pemilih yang memiliki pilihan solid.

“Sedangkan 70 persen mengaku masih mungkin berubah pilihan,” kata Eko Dafid. Untuk itu, ia  menilai penting bagi PDIP, Gerindra, dan PKS untuk bekerja keras mendorong naiknya elektabilitas paslon.

Ini bisa dilakukan dengan bergerak secara massif di wilayah basis pemilih ketiga parpol itu. Basis keunggulan ini bisa dimaksimalkan dengan perang darat, kampanye ke masyarakat, tanpa melupakan faktor medsos yang juga jadi sangat penting pada Pilkada kali ini.

***