Di Mana Logikanya Pencalonan Prabowo Menunggu Hasil Pilkada Jabar?

Rabu, 18 April 2018 | 21:48 WIB
0
640
Di Mana Logikanya Pencalonan Prabowo Menunggu Hasil Pilkada Jabar?

Partai Gerindra dalam Rakornas yang diadakan di Hambalang memberikan mandat kepada Prabowo Subianto sebagai calon presiden. Seluruh jajaran DPP, DPD dan PDC secara suara bulat mendukung mandat itu. Dan Prabowo Subianto juga menerima mandat yang telah diberikan kepadanya dan akan menjalin atau koalisi dengan partai lain demi memuluskan mandat yang telah diberikan.

Bahkan di akhir Rakornas para pendukungnya mengeluk-elukkan Prabowo dan mengangkat badannya sambil berjoget dan bertelanjang dada dengan sorak-sorai dukungan,seperti seorang prajurit mengangkat komandannya.

Prabowo memang sudah mendapat mandat dari partainya sebagai calon presiden, tetapi itu belum aman untuk bisa maju sebagai calon presiden. Ia harus berkoalisi dengan partai lainnya. Dan partai yang kemungkinan besar bisa diajak koalisi demi memuluskan Prabowo sebagai calon presiden adalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Partai PKS juga memberikan sinyal akan mendukung atau berkoalisi dengan Prabowo sebagai calon presiden,tetapi dengan syarat calon cawapres dari kader PKS.Dan syarat ini sebenarnya wajar karena PKS sudah membuktikan diri sebagai partai yang setia dengan Gerindra, baik suka maupun duka.

Beda sama PAN yang mudah untuk tidak setia,karena dalam perjalanan waktu meninggalkan Gerindra dan PKS untuk berlabuh atau bergabung dengan partai pemerintah dan mendapat satu jatah menteri. Sudah dapat jatah satu menteri tetapi rasanya seperti partai oposisi dibanding sebagai partai pendukung pemerintah.

Posisi Prabowo tidak seperti tahun 2014 yang mana banyak partai pendukung dan Prabowo bisa leluasa memilih cawapresnya dan pada waktu itu cawaprenya dari PAN, yaitu Hatta Rajasa.Dan keadaan sekarang berbeda, partai yang sudah menyatakan siap berkoalisi hanya PKS dan mensyaratkan cawapresnya dari kadernya.

Bahkan dari sembilan dari kader PKS sudah mengerucut dua nama yaitu Ahmad Heryawan dan Anis Matta untuk menjadi cawapres mendampingi Prabowo, tinggal menunggu hasil rapat mejelis dewan syuro PKS. Tetapi presiden PKS Sohibul Iman pernah memberikan pernyataan atau mendukung Ahmad Heryawan untuk menjadi cawapres.

Karena PKS ingin menjadi pemain bukan menjadi tim sukses saja seperti yang disampaikan oleh kader PKS yang telah dipecat, yaitu Fahri Hamzah. Menurut Fahri, PKS jangan hanya menjadi tim sukses saja tetapi harus menjadi pemain, memainkan peran dalam mencalonkan kadernya sebagai cawapres Prabowo.

Syarat yang diajukan PKS ini rupanya direspon negatif oleh kader Gerindra yang tidak setuju dengan syarat cawapres harus dari kader PKS. Kader Gerindra ingin Prabowo bisa memilih cawapres secara leluasa dan tidak dengan syarat-syarat tertentu.

Di sinilah seperti buah simalakama, maksudnya tanpa koalisi dengan PKS Prabowo susah untuk mulus sebagai calon presiden. Tetapi kalau cawapres dari PKS juga tidak bisa menaikkan elektabilitas Prabowo.

Bagaimana dengan PAN? Partai ini juga mengajukan syarat kadernya atau ketua PAN Zulkifli Hasan menjadi cawapres kalau ingin Prabowo Subianto mulus sebagai calon presiden. Padahal PAN pada 2014 melalui ketua umumnya Hatta Rajasa juga menjadi cawapres Prabowo dan kalah.

Sebenarnya PAN ini  antara ketua umunya dan dewan pembinanya yang tak lain besannya sendiri, yaitu Amien Rais, berbeda haluan. Amien Rais ingin PAN merapat atau mendukung Prabowo sedangkan Zulkifli Hasan ingin merapat ke Joko Widodo.

Inilah dilema dalam PAN. Lihat saja omongan Amien Rais akhir-akhir ini yang cenderung menyerang pemerintah. Bahkan ada partai Setan dan Partai Allah segala.

Di lain pihak, Gerindra juga menyatakan bahwa Prabowo sebagai calon presiden adalah harga mati dan kalau ada kader partai Gerindra yang tidak mendukung Probowo sebagai calon presiden akan di kenai sanksi, kata Fadli Zon.

Inilah kenapa Prabowo gundah-gulana atau galau dalam pilpres tahun 2019. Prabowo yang berlatar belakang militer sudah paham dan mengerti dengan situasi seperti ini dan sudah menghitung apakah dia (Prabowo) akan bisa memenangkan pilpres seandainya nekat maju pilpres?

Disinilah Prabowo berhitung dan belum mengumumkan cawapresnya dan dengan partai apa akan berkoalisi masih menunggu hasil pilkada khususnya di Pulau Jawa (Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat). Kalau di Pulau Jawa, terutama Jabar, jagoannya kalah, hampir pasti pamor Prabowo akan meredup dan bisa jadi Prabowo tidak akan menjadi calon presiden, tetapi memberi mandat kepada calon lain.

Dan kalau Prabowo memberikan mandat ke calon lainnya ini juga menjadi masalah bagi kader atau relawan atau simpatisa yang di bawah, pasti berat menerima keadaan ini. Menahan rindu itu ternyata sakit, kata Opick dan kamu tidak akan kuat biar aku saja, kata Dilan.

Kita lihat perkembangan ke depan apakah Prabowo tetap menjadi calon presiden atau "mandito" memberikan mandat ke calon lainnya?

Ehemmm...

***

Editor: Pepih Nugraha