Tsamara mengguncang Rusia!
Terlalu berlebihan kalau istilah "mengguncang" dipakai di sini, boleh jadi kata yang tepat sekadar "menyentil" Rusia. Ya, Ketua DPP PSI itu menyinggung soal kepemimpinan Presiden Rusia Vladimir Putin yang membuat sedikit riak di negeri Beruang Merah itu lewat tangan-tangan kekuasaannya, media.
Tsamara Amany, demikian nama lengkap "yesterday afternoon politician" Indonesia ini dikritik pedas oleh salah satu media Rusia, yaitu RBTH. Mahasiswi Paramadina inipun beradu argumen di media sosial.
Tsamara memang seperti anak muda yang pertama masuk belantara politik yang penuh onak dan duri. Belum berpengalaman, tetapi ia main terabas dan ingin mencari pengalaman, atau tepatnya melihat "dunia politik" dengan cara terantuk dan tersandung batu terlebih dahulu. Benar juga ia terantuk batu akibat kritikannya terhadap "politikus bangkotan" Fadli Zon, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, jabatan tertinggi di partai yang hanya satu tingkat di bawah Prabowo Subianto.
Dibanding Tsamara yang jelas-jelas "yesterday afternoon politician", jelaslah Fadli ini "politisi bangkotan" karena sudah menjadi bagian dari Cendana sejak lepas dari mahasiswa S1-nya di Sastra Rusia Universitas Indonesia. Pada kampanye Pemilu 1997, misalnya, ia sudah dekat dengan Cendana khususnya Mbak Tutut, ikut pesawat ke mana-mana.
Bahkan Pak Harto pun bangga Indonesia punya anak muda secerdas Fadli. Toh Fadlilah salah satu anak muda yang bisa masuk ke ruang kerja Pak Harto dan berfoto-foto di sana, meski bukan foto selfie karena belum ada waktu itu. Di mata Pak Harto, Fadli adalah "Good boy".
Rupanya Rusia "sepakat" dengan Pak Harto mengenai predikat yang melekat pada diri Fadli sebagai "Good boy", meski mungkin istilanya sedikit berubah menjadi "Khoroshiy mal'chik". Atau kalau Fadli sudah tidak dianggap anak kecil lagi, Rusia boleh jadi menyebutnya sebagai "Khoroshiy drug", teman baik.
Bagaimana tidak menjadi teman baik karena Fadli sering membanggakan Vladimir Putin yang menurut Fadli gaya kepemimpinannya sangat dibutuhkan di Indonesia. Sebaliknya, Fadli mencap pemimpin di sini cuma bisa "planga plongo". Fadli bangga Putin, tetapi benci Jokowi. Kasarnya begitu.
"Klu ingin bangkit n jaya, RI butuh pemimpin spt Vladimir Putin: berani, visioner, cerdas, berwibawa, nggak byk ngutang, nggak planga plongo," cuit Fadli di akun Twitternya.
Tsamara yang merupakan "Good girl" Istana pun mengkritik balik Fadli. Lewat akun Instagramnya, Tsamara mengkritik pendapat Fadli dan menyatakan bahwa Indonesia sama sekali tidak butuh sosok seperti Putin. Di sini Tsamara mungkin juga tidak paham mengapa Fadli harus berteman dengan Putin yang telah "membantu" Donald Trump memenangi Pilpres di sana lewat pasukan digitalnya yang canggih itu.
[irp posts="13954" name="Partai Caper yang Keblinger, Tatkala Tsamara Mention" Vladimir Putin"]
Tsamara juga luput mengeritik Putin yang suka bertelanjang dada, karena dada Putin mungkin masih terlihat bagus dari sisi estetika. Tetapi ia mengkritik Rusia ke mana-mana, mulai dari indeks persepsi korupsi Rusia yang di bawah Indonesia hingga tak ada demokrasi di Rusia di bawah kepemimpinan Putin. Pendeknya, Tsamara mendadak Rusia.
Putin memang baru saja terpilih kembali menjadi Presiden Rusia untuk keempat kalinya pada 18 Maret 2018 lalu dengan meraih lebih dari 76 persen suara. Hampir tak ada penantang kuat bagi Putin pada Pilpres Rusia 2018 ini setelah pemimpin oposisi utama, Alexei Navalny, dilarang ikut pemilihan. Tsamara pun menganggap Indonesia tidak butuh Putin yang bisa menjadi Presiden sampai empat periode, wong di konstitusi Indonesia dibatasi hanya dua periode saja, bukan?
Tangan-tangan kekuasaan Putin berujud media yang bertugas mengkampanyekan Putin dan Rusianya di dunia Internasional pun bereaksi keras terhadap kritik Tsamara.
RBTH, media Rusia itu, melalui akun Facebook menganggap Tsamara Amany dangkal wawasan soal Rusia dan harus lebih banyak belajar lagi soal negara tirai besi yang kini dipimpin oleh Presiden yang cenderung menjadi Presiden seumur hidup itu.
Coba simak kritik RBTH terhadap si "yesterday afternoon politician" itu;
Selamat malam Tsamara, kami Russia Beyond, media Rusia yang (salah satunya) dalam bahasa Indonesia - mungkin Anda belum pernah tahu sebelumnya, jadi mari kita berkenalan.
Kami pikir di sini ada kesalahpahaman soal pengetahuan Anda tentang politik dan bahkan sistem pers di Rusia. Ini sangat disayangkan sekali.
Kami tidak membela siapa pun, termasuk Fadli Zon atau bahkan Presiden Putin. Namun, pernyataan Anda tentang negara kami, bahwa di Rusia tidak ada kebebasan beraspirasi seperti di Indonesia, ini menunjukkan kedangkalan wawasan.
Pernyataan Anda juga sangat disayangkan karena hubungan antara kedua negara kita sangat baik. Anda mungkin bisa tidak sepakat dengan Fadli Zon, tapi pernyataan Anda sebagai seorang politikus muda sungguh menunjukkan ketidakdewasaan.
Kami pikir, Anda perlu lebih banyak riset soal negara kami. Kalau ada politikus Indonesia yang mengidolakan pemimpin kami, kami bisa apa? Yang jelas, Anda selalu bisa juga berdiskusi dengan kami, Russian Embassy in Indonesia, atau Pusat Kebudayaan Rusia untuk tahu lebih banyak tentang negara kami.
Soal korupsi ... Di Rusia memang ada korupsi, dan ya ... besar - itu betul. Peringkat kami di bawah Indonesia, itu juga betul. Namun, bukan berarti kami tidak melawan korupsi dan membiarkannya begitu saja seperti yang Anda katakan.
Tahukah Anda bahwa di Rusia pernah terjadi penangkapan pejabat secara massal sepanjang sejarah pasca-Soviet. Rusia pernah menghukum 8.800 pegawai negeri Rusia karena kasus korupsi (dalam tempo satu tahun). Banyak? Ya, tentu. Tapi bukan berarti kami MEMBIARKAN sama sekali.
Kami lihat, Anda punya karier yang sedang naik. Karena itu, kami harap Anda bisa lebih bijaksana ke depannya ketika mengomentari negara lain, apalagi jika pengetahuan Anda tentang negara itu sangat minim. Jika itu kebetulan tentang Rusia, silakan cari tahu banyak hal dari kami.
Bukannya mengamini kritikan itu, Tsamara malah "melawan" RBTH sebagai berikut;
Indonesia Tidak Perlu Contoh Putin yang Diktator dan Otoriter
Saya baru saja membaca posting di FB media Rusia bernama RBTH yang mengecam pernyataan saya, tentang pemimpin Rusia, Vladimir Putin. RBTH mengkritik pernyataan saya yang dianggap mendiskreditkan Putin. Berkaitan dengan itu, saya perlu memberikan sejumlah tanggapan:
1. Saya sangat memahami keberatan RBTH. Sebagaimana tercantum dalam laman FBnya, RBTH adalah sarana kampanye Rusia di dunia internasional. Karena itu, sangat wajar bila RBTH wajib membela citra Putin di dunia internasional.
2. Namun dalam hal ini, saya perlu menjelaskan komentar saya tentang Putin itu ditujukan pada publik Indonesia terkait pernyataan Waketum Partai Gerindra yang mengimbau masyarakat Indonesia untuk mencari pemimpin seperti Putin sebagai pengganti pemimpin yang 'planga-plongo' (yang hampir pasti ditujukan pada Presiden Indonesia Jokowi).
3. Seperti dikatakan dalam status RBTH, tentu saja Fadli berhak untuk mengagumi Putin. Tapi saya juga wajib mengingatkan masyarakat Indonesia bahwa pemimpin seperti Putin bukanlah pemimpin yang layak bagi Indonesia yang saat ini berkomitmen memperjuangkan demokrasi dan memerangi korupsi. Ketika saya mengkritik Putin, bukan berarti saya kemudian anti terhadap rakyat Russia yang memiliki peradaban luar biasa. Ini sama saja ketika kita mengkritik Donald Trump dan cara-caranya memenangkan pemilu dengan menggunakan politik identitas, bukan berarti saya membenci rakyat Amerika Serikat.
4. Penilaian tentang kualitas Putin yang diktator, otoriter dan membiarkan korupsi terorganisir sudah banyak dikemukakan media dan lembaga-lembaga riset ternama di negara-negara demokratis dunia. Saya hanya merujuk pada analisis-analisis tersebut. Misalnya, survei The Economist tahun 2017 masih menempatkan Rusia sebagai negara dengan rezim otoritarian.
Sebagai politikus yang tergolong "masih ingusan", Tsamara memang perlu belajar memetakan situasi politik lokal sampai global. Memang ada benarnya bahwa hubungan Indonesia-Rusia sebagaimana dikatakan RBTH itu baik-baik saja. Tetapi hubungan ini bisa menjadi terganggu lewat pernyataan Tsamara yang bahkan sampai harus beraudiensi dengan pihak kedutaan besar Rusia di Jakarta. Maknanya, kritikan Tsamara sudah sampai ke Vladimir Putin.
Tsamara lantas banyak dikecam, khususnya oleh mereka yang mendukung Prabowo Subianto yang kini berkompetisi dengan Jokowi, atau oleh simpatisan Gerindra dan gerbongnya, PKS dan PAN. Tetapi, tidak sedikit warga di dunia maya yang mendukung "perjuangan" Tsamara yang meniti karier sebagai politikus muda, terlepas kecaman yang pernah mampir ke alamatnya karena belum apa-apa sudah menjadi bagian dari Istana.
Salah satu dukungan terhadap Tsamara ditulis Katrun Nada Danielsson lewat akun Facebook-nya;
Baca kasus Tsamara yangg dikritik salah satu media Russia dan dipanggil Dubes Russia agak menarik buat saya. Termasuk berbagai tanggapan masyarakat tentang itu. Ada yang pro ada yang kontra.
Saya masih memandang Tsamara sebagai politisi muda yang brilian, berani dan smart. Dia pemain baru yang harus diperhitungkan. Cara berfikirnya yg maju dan wawasannya yg luas akan menjadi modal utama karier politiknya kedepan.
Soal komentarnya tentang Putin, juga bukan sesuatu yang kontroversial. Di Eropa sendiri, issue korupnya rezim Putin dan bagaimana dia mendesign peraturan negaranya agar bisa menjadi presiden seumur hidup serta bagaimana dia mengontrol media dan isi beritanya, itu sudah bukan lagi rahasia dan ada beritanya di mana-mana.
Rusia itu macan tidur Eropa. Politisi dan media Swedia sering memnyebut dan memberitakan tentang Russia di bawah Putin. In fact, Putin itu salah satu ancaman stabilitas EU.
BBC pernah dikritik dan bahkan dikecam pemerintah Rusia karena mempublikasi hasil investigasi journalistiknya mengenai korupnya Putin dan kroni plus keterlibatan Putin dalam pembunuhan Litvinenko. SVT, channel TV nasional Swedia bahkan menlu Swedia pernah di kecam dan dikirimi surat pedas dari Kremlin karena kritiknya terhadap Putin.
Apa yg Tsamara sampaikan, itu bukan rahasia.
Bahwa kemudian ada media dan dubes Rusia memanggil dan mengkritik Tsamara, buat saya wajar saja. Tidak ada yang salah juga di situ. Kenapa? Karena dubes 'kan ditunjuk oleh presiden, dan tugasnya jaga nama negaranya termasuk di dalamnya Putin. Demikian juga media di sana dikontrol dengan ketat oleh rezim. Jadi hanya yang berfihak yang bisa hidup. Wajar kalau dia belain Putin.
Rusia memang cepat tanggap kalo sudah urusan ada orang yang kritik orang nomor 1 nya itu.
Tsamara bukan orang Indonesia (public figure) pertama yang mengkritik Putin. Tapi kenapa cuma Tsamara yang jadi perhatian? Mungkin karena merekak sadar, Tsamara punya potensi yang besar untuk jadi orang besar. Rusia itu pintar dan tahu sekali "map" perpolitikan Indonesia. Indonesia sangat telanjang di file inteligen Rusia. Ingat itu..
Yang saya sayangkan justru komen orang-orang yang mengecilkan dia karena dia perempuan, anak muda dan yang lebih parah dianggap memalukan Indonesia... hehhe..
Saya sendiri, bangga ada orang kayak Tsamara. Muda, cerdas, berwawasan dan berani.
Stay brave and go on Tsamara!
Nah, perjalanan "Yesterday Afternoon Politician" ini masih sangat panjang. Bisa saja publik suatu saat melihat Tsamara duduk di Senayan sebagai anggota Dewan, atau menjadi seorang menteri di Kabinet Si Fulan, bahkan bisa menduduki Istana memerintah Nusantara.
Tetapi yang jelas, perlahan dan pasti, Tsamara harus menghilangkan predikat "yesterday afternoon" yang mendahului kata "politician" yang melekat dalam dirinya.
Yups, dia harus menjadi Politician yang "well done", bukan lagi "yesterday afternoon politician".
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews