Dari 100 Rudal yang Ditembakkan Amerika, 71 Dilumpuhkan Suriah

Minggu, 15 April 2018 | 12:59 WIB
0
607
Dari 100 Rudal yang Ditembakkan Amerika, 71 Dilumpuhkan Suriah

Amerika dan sekutunya, yaitu Inggris dan Perancis pada Sabtu pagi, 14 April 2018 melakukan serangan udara di Damaskus, Suriah. Kota Damaskus di hujani rudal-rudal pintar Amerika dan sekutunya yang ditembakkan dari kapal perang dan pesawat tempur mereka. Kota Damaskus seperti hujan meteor dengan cahaya yang amat terang dan bisa dilihat oleh mata telanjang.

Inilah babak baru konflik perang Suriah yang hampir tujuh tahun juga belum berakhir.

Berdasarkan sumber dari Kementerian Pertahanan Rusia, Amerika dan sekutunya menembakkan rudal jelajah lebih dari 100 dan 71 di antaranya dapat dicegat atau ditembak jatuh oleh tentara Suriah, yang telah siap siaga sebelumnya.

Amerika menggunakan rudal yang sangat terkenal dan mahal untuk menghujani kota Damaskus, yaitu Tomahawk, rudal jelajah ini ditembakkan dari kapal perang Amerika menuju titik sasaran. Satu rudal ini harganya kurang lebih 26 miliar. Kalau ada 100 rudal berapa biaya yang harus ditanggung? Rp2,6 triliun sekali muntah!

Sedangkan tentara Suriah hanya mengunakan senjata penangkal serangan udara yang sudah tua atau udzur, namun masih mumpuni untuk merontokkan sebagian rudal-rudal jelajah milik Amerika dan sekutunya, yaitu rudal S-150, S-200, BUK dan Kvadrat. Senjata-senjata ini adalah senjata tua atau udzur buatan Soviet era masa lalu.

Serangan Amerika dan sekutunya ini akibat tuduhan bahwa tentara Suriah menggunakan senjata kimia di Douma, Ghouta Timur, alasan klasik yang pernah dipakai menyerang Irak dengan alasan memiliki senjata nuklir.

Sebenarnya hampil mustahil pemeritah Suriah atau tentara Suriah menggunakan senjata kimia untuk menumpas para begundal teroris yang telak membuat Suriah perang berkepanjangan. Karena kalau tentara Suriah menggunakan senjata kimia, sama saja bunuh diri. Alasan itu yang ditunggu-tunggu Amerika dan sekutunya untuk menyerang Suriah.

Wilayah Ghouta Timur sebelumnya 90% sudah dikuasai oleh tentara Suriah dan hanya menyisakan satu kota, yaitu Douma, yang dikuasai oleh Jeish al Islam yang di sponsori oleh Arab Saudi.

Tentara Suriah memberikan pilihan kepada kelompok Jeish al Islam untuk meninggalkan kota Douma menuju wilayah Idlib dan tentara Suriah juga menyediakan bus-bus untuk mengangkut para teroris berserta keluarganya.

Dan pimpinan kelompok Jeish al Islam melakukan perundingan dengan pimpinan tentara Suriah, tetapi di tengah-tengah kesepakatan perundingan tersebut, malah pimpinan kelompok Jeish al Islam dikudeta oleh anak buahnya sendiri dengan alasan bahwa mereka tidak mau ke luar dari kota Douma dan akan tetap mempertahankan dengan cara militer.

Dan kelompok Jeish al Islam dan LSM Helm Putih (Inggris) melakukan propaganda bahwa tentara Suriah di Douma telah menggunakan senjata kimia untuk membunuh masyarakat sipil. Dan propaganda ini sepertinya berhasil untuk memancing dunia internasional, terutama Amerika dan sekutunya.

Helm Putih adalah LSM Inggris yang pernah membuat film dokumenter yang pernah viral, yaitu seorang anak yang duduk di kursi dengan wajah beradarah-darah dan lusuh, ternyata anak itu sampai sekarang sehat-sehat saja, hanya didandani seakan menjadi korban keganasan tentara Suriah. Inilah namanya propaganda.

Jeish al Islam ingin mempertahankan kota Douma karena kota ini sangat dekat dengan ibukota Damaskus dan sering melakukan serangan mortir untuk menyerang kota Damaskus.

Jauh-jauh hari sebelum Amerika dan sekutunya menyerang Damaskus, Presiden Perancis Macron sudah membuat ancaman kepada Suriah, kalau sampai tentara Suriah menggunakan senjata kimia, maka Perancis tidak segan-segan akan menyerang Suriah.

Senjata kimia adalah hanya dalih Amerika dan sekutunya untuk menyerang Suriah karena tidak ada alasan lain selain senjata kimia. Karena para teroris atau ISIS praktis sudah kalah dan tercerai berai dengan kelompok-kelompok kecil, salah satunya Jeish al Islam di kota Douma, Ghouta Timur.

Bahkan Amerika dan sekutunya yang termasuk anggota tetap Dewan Keamanan PBB, tanpa melakukan penyelidikan terlebih dahulu, benar atau tidaknya tentara Suriah menggunakan senjata kimia dan tanpa restu atau ijin dari PBB, langsung menyerang kota Damaskus di Suriah atas perintah Donald Trump.

Bahkan sebelumnya Trump dalam pernyataannya akan menarik tentaranya dari Suriah dan akan membiarkan negara itu dalam konflik. Tetapi selang beberapa hari Donald Trump seakan mencabut ucapannya tersebut dengan mengatakan tentara Amerika akan tetap di kawasan Timur Tengah dengan syarat negara Arab terutama Arab Saudi dan UEA harus membiayai segala logistit yang diperlukan tentara Amerika.

Donald Trump juga dianggap telah melanggar konstitusi Amerika karena dalam memerintahkan penyerangan Suriah tidak ada persetujuan dari kongres, baik dari Partai Demokrat mapun Repubilk.

Setelah serangan udara Amerika dan sekutunya ke Suriah, para anggota kongres baik dari Demokrat dan Republik mengkritik Donald Trump karena tidak meminta persetujuan kongres sebelum melakukan aksi militer atas Suriah.

Bahkan sebelum Trump memerintahkan aksi militer atas Suriah, ada 87 anggota kongres yang mengirim surat ke Gedung Putih yang berisi permintaan agar Trump tidak melakukan aksi militer tanpa persetujuan kongres.

“Keputusan presiden Trump untuk meluncurkan serangan udara ke Suriah tanpa persetujuan kongres adalah ilegal dan gegabah,” kata senator Tim Keane, komite hubungan luar negeri.

Saking kesalnya senator Keane berucap, ”Hari ini serangan ke Suriah-apa yang akan menghentikannya dalam mengebom Iran dan Korea Utara selanjutnya?”

“Minggu lalu, Presiden Trump bersikukuh bahwa AS akan meninggalkan Suriah secepatnya, Minggu ini ia membuka front militer baru,” jelas Keane lagi.

Apalagi konstitusi AS tidak memberikan hak bagi Presiden untuk menyerang suatu negara tanpa persetujuan Kongres.

Menteri pertahanan AS James Mattis sendiri mengatakan bahwa belum memiliki bukti-bukti penggunaan senjata kimia oleh pemerintah Suriah.

Sebenarnya setelah tuduhan penggunaan senjata kimia oleh pemerintah Suriah, selang satu hari Isreal melakukan penyerangan dengan pesawat F-15 dari wilayah udara Lebanon dengan menembakan 8 rudal dan 5 rudak bisa dirontookan atau dicegat sebelum mencapai titik sasaran.

Akibat dari serangan Amerika dan sekutunya kemarin, media-media Israel mengolok-olok “bom pintar” AS yang tidak ada gunanya alias tidak memberikan efek yang sangat signifikan.

Peran PBB seakan tidak ada gunanya, PBB mirip nenek yang sudah tua dan peyot, begitu kata Bung Karno yang kala itu keluar dari organisasi dunia itu.

Konflik atau perang ini bisa berlanjut kalau Amerika dan sekutunya melanjutkan serangan berikutnya, sekalipun Amerika beralasan serangan ini hanya sekali saja dan belum ada rencana serangan lagi.

Ah, dasar blagu lu, Yankee!

***