Di edisi hari ini saya komentari beberapa catatan tentang kereta api dan kunonya uang tunai sebagai berikut;
Ahmad Fakhtimihaqi;
Tapi kalo ke toilet tetap bayar tunai kan pak..hehehe
Jawaban Dahlan Iskan;
Tiga hari ini saya belum ke toilet umum. Jadi maafkan. Belum bisa jawab. Memang soal toilet ini masih masalah bagi saya. Umumnya masih kurang bersih. Dan masih berbau. Masih banyak juga toilet jongkok. Yang tidak nyaman bagi yang sudah terbiasa di toilet duduk. Tapi saya tidak mengeluh.
Pertama, dibanding dulu sudah jauh berbeda. Duluuuu… di Tiongkok kita tidak perlu bertanya di mana toilet. Dari jauh pun kita sudah tahu di mana arah toilet: dari baunya. Kini sudah tidak begitu lagi. Pemerintah menyadari toilet (dan kebiasaaan meludah di sembarang tempat) harus diubah. Bahkan disebut harus ada revolusi toilet.
Sudah banyak toilet duduk dan toilet bersih. Tapi kebiasaan lama tidak mudah begitu saja direvolusi. Kebiasaan meludah di sembarang tempat juga sudah jauh berkurang. Hampir tidak ada lagi. Hampir.
Saya masih ingat awal-awal ke Tiongkok dulu. Di kantor-kantor, di koridornya, saya lihat selalu ada baskom berderet. Atau bejana. Untuk tempat meludah. Kini tidak ada lagi pemandangan seperti itu.
Di beberapa kota bahkan sudah ada toilet umum digital. Revolusi toilet ini saya nilai berhasil 75 persen. Perlu beberapa tahun lagi untuk berhasil.
Asep;
Keesokan harinya saya naik kereta peluru. Kecepatannya 300 km/jam. Dari Xiamen ke kabupaten Quanzhou. Sejauh 200 km. Hanya 25 menit. Kalau jarak 200 km ditempuh selama 25 menit berarti kecepatannya 480 km/jam?
Wow hebat!
Jawaban Dahlan Iskan;
Maafkan, jarak 200 km itu ternyata dari Xiamen ke Quanzhou. Bukan dari atasiun Xiamen Utara ke stasiun kereta Quanzhou. Tidak sampai 200 km.
Pokoknya hahaha kecepatan kereta itu 300 km/jam.
Ada dua jenis kereta cepat di Tiongkok: 300 km/jam dan 200 km/jam. Atau disebut Gao Tie (高铁)dan Dong Chi (东池).
Yang 300 km/jam itu awalnya 315/jam. Tapi setelah dievaluasi penggunaan listrik paling efisien ketika 300km/jam. Maka tidak ada lagi yang boleh 315 km/jam.
Kereta yang 200 km/jam untuk jalur pendek. Misalnya Xiamen-Ningbo. Mirip jarak Surabaya-Jakarta. Tapi boleh berhenti di kota-kota besar kabupaten.
Waktu tiba di kota Fuzhou tadi malam saya kaget. Saya melihat kereta hijau berhenti di jalur 1. Mirip keretanya Kim Jong-un. Presiden Korea Utara itu. Yang dipakai ke Beijing bulan lalu. Saya tiba-tiba ingat: lho saya kan pernah naik kereta jenis ini. Kira-kira 20 tahun lalu. Dari Chengzhou ke Wuhan. Satu malam suntuk. Ada tempat tidur bertingkat di dalamnya.
Ternyata kereta jenis ini masih dipertahankan. Kereta lama. Untuk rakyat yang benar-benar ingin karcis sangat murah. Hanya saja kecepatannya sudah dinaikkan: 120 km/jam. Masih jauh lebih cepat dari kereta tercepat kita.
Saya sungguh kaget melihatnya. Sudah begitu lama saya tidak melihatnya. Saya kira sudah dihapus. Ternyata diabadikan.
***
http://pepnews.com/2018/04/08/dahlan-iskan-menjawab-1-antrean-termos-mahasiswa-tiongkok/
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews