Sopir Ugal-ugalan, Penumpang Telepon Polisi dan Polisi Pun Beraksi

Sabtu, 31 Maret 2018 | 07:47 WIB
0
789
Sopir Ugal-ugalan, Penumpang Telepon Polisi dan Polisi Pun Beraksi

Saya termotivasi untuk menuliskan sekilas tentang pengemudi kendaraan umum di Australia. Bukan untuk memuji kinerja polisi di negeri orang, melainkan sekedar sebuah masukan. Siapa tahu dapat menjadi input yang bermanfaat untuk diterapkan di Indonesia.

Salah satu kejadian, yang kebetulan dialami oleh saya dan istri adalah ketika menumpang bis umum yang merupakan satu satunya public transportation resmi dari pemerintah negara bagian Australia Barat. Seluruh operasi kendaraan ini, berada di bawah kendali Transperth, yang tidak hanya mengatur masalah jadwal dan kelancaran transportasi, tapi memiliki  Petugas Polisi khusus untuk ini.

Bis Hampir Terbalik

Kami menumpang  bis dari kediaman kami di Burns Beach yang kebetulan Stopan bis hanya berjarak sekitar 100 meter. Dari sini, kami diantarkan ke Joondalup Train station dan sekaligus merupakan perhentian bis umum. Kami menumpang bersama 40 lainnya menuju ke Crowns Hotel untuk makan siang bersama para Senior Citizen. Tarip Khusus, yakni hanya 5 dolar dengan catatan "all you can eat and drink."

Pengemudinya seorang wanita yang masih muda, mungkin berusia sekitar 30 tahun. Pada awalnya semua berjalan lancar. Ketika singgah di stopan bis berikutnya di James Street dan masuk ke dalam  jalan kecil, tiba tiba ada orang yang melintas sangat dekat dengan bagian depan bis.

Pengemudi membanting stir dan tiba tiba terdengan bunyi "Kraak" dan badan bis menjadi miring.

Hal ini membuat para penumpang, terutama wanita menjerit histeris. Dalam hitungan detik, badan bis masih terasa bergoyang, untuk kemudian, sekali lagi terdengar bunyi berderak dan badan bis agak terhempas. Rupanya, batu pembatas jalan,tidak kuat menahan beban bis, plus 42 orang penumpang dan batu pembatas ambruk.

Tetap Melanjutkan Perjalanan

Walaupun bunyi kendaraan sudah tidak lagi nyaman bagi telinga, namun pengemudi tetap melanjutkan perjalanan dengan perlahan lahan menuju ke tujuan di Crowns Hotel. Terdengar penumpang di samping saya menelpon polisi dan melaporkan bahwa pengemudi bis dengan nomor sekian, telah membahayakan penumpang.

[irp posts="13086" name="Dalam Hal Tolong Menolong, Kita Kalah Oleh Orang Australia"]

Ketika bis tiba di tujuan dan penumpang sudah turun, saya menyaksikan ada kendaraan polisi yang bertuliskan"Ranger" sudah berhenti di sana dan 2 orang polisi mendatangi pengemudi. Tampak pengemudi wanita tersebut menyerahkan kunci bis kepada polisi dan ia ikut dalam kendaraan polisi.

Kejadian seperti ini sudah sering saya saksikan, yakni bilamana ada kendaraan yang ngebut atau dianggap membahayakan pengguna jalan lainnya, maka penumpang kendaraan lain, pasti akan menelpon polisi dan dalam waktu singkat kendaraan yang dilaporkan akan diburu oleh mobil patroli polisi.

Polisi Tak Pernah Libatkan Pelapor

Seperti yang sudah pernah di postingkan, di Australia, setiap orang adalah informan polisi. Tanpa diminta mereka akan melaporkan apa saja yang dianggapnya dapat membahayakan. Bahkan tetangga menyiksa anjing juga dilaporkan. Di dinding kereta api dan bis umum selalu ada tulisan, "Tell Police what you see or what you hear".

Dan polisi di sini,tidak pernah melibatkan orang yang melaporkan. Saya sudah pernah melaporkan ada anak muda yang  mabuk di cafe dan tingkah lakunya menghadirkan rasa tidak nyaman. Tidak sampai 5 menit, 2 orang polisi datang. Mengucapkan "thank you for good cooperation, Sir" kepada saya dan cuma itu saja. Saya sama sekali tidak di konfrontasi dengan anak muda yang mabuk tadi, karena ia menjadi urusan polisi.

Semoga di Indonesia juga bisa diterapkan seperti ini untuk meminimalkan tindakan ugal-ugalan oleh pengemudi angkutan umum. Baik angkutan daring maupun angkutan konvensional. Setidaknya dapat menekan angka kecelakaan dan tentunya menghindari korban berjatuhan.

***

Editor: Pepih Nugraha