Tulisan saya tentang hakim Artidjo dianggap tidak memihak Ahok karena tidak menyatakan Artidjo " jahat". Saya memilih tidak menghakiminya karena integritasnya terhadap kebenaran masih di atas rata-rata.
Latar belakang beliau dekat dengan RZS dan katanya pernah menjadi penasihat FPI bisa saja dikait-kaitan dengan keputusannya menolak PK Ahok, tapi apakah serendah itu moral Artidjo, apa dia berpikirnya sama dengan sari roti, atau alumni 212 atau sejenisnya.
Saya tidak akan menilai Artidjo "brengsek " justru saya menilai Artidjo wise, melarikan kegaduhan terkurung di mako brimob membiarkan Ahok tetap di sana dengan sisa hukumannya yang tidak lama.
Artidjo paham situasi di luar yang bisa saja liar, momentum Pilkada dan Pilpres makin banyak orang-orang lapar kekuasaan, mereka bisa berbuat apa saja untuk meninggikan nafsunya dengan jalan apa saja.
Tidak sebanding dengan sisa hukuman Ahok menukarnya dengan keributan yang sulit dikontrol, karena bisa saja orang-orang anti Ahok memancing di sana; Bakar rumahnya, rampok isinya.
Kita harus ingat strategi ini masih melekat kuat. Kekecewaan pasti ada bila kita hanya mau Ahok bebas. Kenapa tidak kita biarkan mereka puas yang bisa memasukkan Ahok ke penjara, setelah itu mereka akan bicara Ahok kami penjarakan dan kita menunggu Ahok bebas, dengan begitu banyak catatan yang bisa kita jadikan kehati-hatian ke depan.
[irp posts="13358" name="Saat Artidjo Tak Seperti Biasanya, PK Ahok Ditolak"]
Ahok bagi saya adalah tauladan sejati, dia bukan kelas asal-asalan yang merengek atas sebuah hukuman seperti yang katanya imam tapi selalu demam bila dipanggil polisi dan lari tak balik lagi. Ahok sebuah legenda buat kita. Dan kita tidak boleh lupa sebuah proses Pilkada Jakarta yang pura-pura demokrasi tapi menyakiti. Cukup sekali dan Indonesia harus bebas dari intimidasi kaum berpenampilan agama tapi berprilaku rendah.
Terima kasih Ahok, terima kasih Artidjo kalian telah memberi pelajaran untuk Indonesia ke depan.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews