Harap-harap cemas menanti saat Ahok mengajukan PK dan harapan sekaligus kecemasan bergulir manakala hakim yang akan memimpin adalah Artidjo. Hakim yang tidak ada kompromi atas kasus-kasus korupsi. Harapannya adalah kejernihan hatinya atas kasus Ahok di mana pelintiran Buni Yani yang menyebabkan hebohnya kasus itu dan design untuk membuat jebakan batman sukses besar.
Ahok diputus dengan tuduhan penistaan agama, dua tahun kurungan langsung, dia tak berdaya. Manusia luar biasa yang terkurung dalam status "minoritas" karena dia hidup di negara yang mayoritas penduduknya pemilik surga, dan enggan berbagi kepada sesama, walau sertifikatnya belum ada.
Penantian itu tiba, palu memapar meja, PK Ahok ditolak, untung saja Ahok tidak menerima tambahan kurungan seperti halnya kaum koruptor di tangan hakim Artidjo, nyaris semua diselesaikan dengan tambahan hukuman.
Sulit kita menebak, sama halnya saat Ahok harus dikorbankan, dibekukan, untuk tidak lagi mengurus Jakarta yang akan dibenahinya karena dia harus dikorbankan untuk Indonesia dari chaos dan incaran kaum pemimpi merubah Pancasila menjadi berideologi yang jauh dari pondasi ibu pertiwi.
Ahok kandas di tangan Artidjo, dengan kepala dingin kita harus menerima, tidak harus menyamakan Artidjo dengan jenis hakim yang biasa, dia tetap hakim yang luar biasa, keputusannya selalu atas istiharah yang dia lakukan, dia selalu melihat kepentingan yang lebih besar.
Artidjo adalah penengah soal menang-menangan antara Ahok dengan kaum pemarah yang punya rencana membuat kita bubrah dan kita diselamatkan oleh tangan Tuhan yang menjadikan Ahok sebagai anti klimak mengagalkan sebuah usaha kotor dalam target yang lebih besar, mengganti Jokowi dengan jalan memakzulkan.
[irp posts="12824" name="Nasib Ahok Ada di Tangan 3 Hakim ini"]
Ahok, tetap Ahok, dan Artidjo tetap Artidjo. Dua begawan dalam kebenaran ini adalah perpaduan yang tidak bisa dilihat dalam warna hitam putih, mereka terlalu murah bila hanya dibaluri dua warna. Dua manusia ini telah menciptakan banyak warna sebagai cara mereka menyampaikan kebenaran untuk Indonesia.
Terima kasih Artidjo, terima kasih Ahok. Kalian adalah dua manusia yang merubah tatanan otak kanan agar bisa bertindak bijak, tidak jadi pemalak, baik ideologi maupun akhlak.
Ahok engkau tetap luar biasa utk Indonesia, terima kasih atas pengorbanan dan ketabahanmu, kelak anak cucumu akan bangga karena kakeknya adalah keturunan Tionghoa yang begitu cintanya kepada Indonesia.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews