Saat Artidjo Tak Seperti Biasanya, PK Ahok Ditolak

Rabu, 28 Maret 2018 | 21:06 WIB
0
812
Saat Artidjo Tak Seperti Biasanya, PK Ahok Ditolak

Harap-harap cemas menanti saat Ahok mengajukan PK dan harapan sekaligus kecemasan bergulir manakala hakim yang akan memimpin adalah Artidjo. Hakim yang tidak ada kompromi atas kasus-kasus korupsi. Harapannya adalah kejernihan hatinya atas kasus Ahok di mana pelintiran Buni Yani yang menyebabkan hebohnya kasus itu dan design untuk membuat jebakan batman sukses besar.

Ahok diputus dengan tuduhan penistaan agama, dua tahun kurungan langsung, dia tak berdaya. Manusia luar biasa yang terkurung dalam status "minoritas" karena dia hidup di negara yang mayoritas penduduknya pemilik surga, dan enggan berbagi kepada sesama, walau sertifikatnya belum ada.

Penantian itu tiba, palu memapar meja, PK Ahok ditolak, untung saja Ahok tidak menerima tambahan kurungan seperti halnya kaum koruptor di tangan hakim Artidjo, nyaris semua diselesaikan dengan tambahan hukuman.

Sulit kita menebak, sama halnya saat Ahok harus dikorbankan, dibekukan, untuk tidak lagi mengurus Jakarta yang akan dibenahinya karena dia harus dikorbankan untuk Indonesia dari chaos dan incaran kaum pemimpi merubah Pancasila menjadi berideologi yang jauh dari pondasi ibu pertiwi.

Ahok kandas di tangan Artidjo, dengan kepala dingin kita harus menerima, tidak harus menyamakan Artidjo dengan jenis hakim yang biasa, dia tetap hakim yang luar biasa, keputusannya selalu atas istiharah yang dia lakukan, dia selalu melihat kepentingan yang lebih besar.

Artidjo adalah penengah soal menang-menangan antara Ahok dengan kaum pemarah yang punya rencana membuat kita bubrah dan kita diselamatkan oleh tangan Tuhan yang menjadikan Ahok sebagai anti klimak mengagalkan sebuah usaha kotor dalam target yang lebih besar, mengganti Jokowi dengan jalan memakzulkan.

[irp posts="12824" name="Nasib Ahok Ada di Tangan 3 Hakim ini"]

Ahok, tetap Ahok, dan Artidjo tetap Artidjo. Dua begawan dalam kebenaran ini adalah perpaduan yang tidak bisa dilihat dalam warna hitam putih, mereka terlalu murah bila hanya dibaluri dua warna. Dua manusia ini telah menciptakan banyak warna sebagai cara mereka menyampaikan kebenaran untuk Indonesia.

Terima kasih Artidjo, terima kasih Ahok. Kalian adalah dua manusia yang merubah tatanan otak kanan agar bisa bertindak bijak, tidak jadi pemalak, baik ideologi maupun akhlak.

Ahok engkau tetap luar biasa utk Indonesia, terima kasih atas pengorbanan dan ketabahanmu, kelak anak cucumu akan bangga karena kakeknya adalah keturunan Tionghoa yang begitu cintanya kepada Indonesia.

***