Presiden Republik Indonesia Joko Widodo atau Jokowi berkunjung ke Australia dan Selandia Baru. Foto di atas menunjukkan Jokowi baru saja mengakhiri kunjungannya ke Australia dan mulai mengunjungi Selandia Baru.
Terlihat Jokowi setibanya di Selandia Baru sedang diperkenalkan dengan Kaumatua (sebutan bagi tetua suku Maori, penduduk asli Selandia Baru), Piri Sciascia.
Sebelumnya, acara penting yang dihadiri Jokowi di Australia adalah menghadiri Sidang Pleno KTT Istimewa ASEAN-Australia di International Convention Centre, Sydney, pada hari Minggu, 18 Maret 2018. Dalam forum tersebut, presiden menyoroti proteksionisme ekonomi dan perang dagang sejumlah negara.
Jokowi mengatakan perdagangan bukanlah zero-sum game dan hendaknya tidak dilihat dari perspektif menang dan kalah. Dia menilai perdagangan harus menguntungkan kedua belah pihak.
"Kemitraan ASEAN-Australia harus dapat menjadi contoh sebaliknya. Menjadi contoh bahwa kerja sama ekonomi dapat saling menguntungkan. Menjadi contoh sebuah kemitraan yang membawa kebaikan bagi dunia," katanya saat berpidato dalam Sidang Pleno KTT Istimewa ASEAN-Australia, seperti dilansir dari keterangan tertulis.
Jokowi juga menyinggung Regional Comprehensive Economic Partnership Agreement (RCEP) yang merupakan pertaruhan komitmen terhadap sistem perdagangan multilateral di kawasan yang saling menguntungkan semua pihak. RCEP dapat menjadi pakta perdagangan bebas terbesar dunia karena mewakili hampir setengah populasi dunia, yaitu 31,6 persen dari gross domestic product (GDP) global dan 28,5 persen dari perdagangan dunia.
Di saat yang sama, RCEP akan menjadi antitesis gerakan proteksionisme global. Dia pun mengajak negara lain menguatkan komitmen untuk menyelesaikan perundingan RCEP pada tahun ini.
"Tentu dalam sebuah kesepakatan tidak semua yang kita inginkan dapat kita capai. Inilah sesungguhnya makna dari kerja sama, pendekatan win win dan bukan zero-sum," ucap Jokowi. Dia berharap ASEAN-Australia terus menjadi jangkar bagi sistem perdagangan bebas yang terbuka dan adil demi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat di kawasan.
Dari ucapan Jokowi di Australia dapatkah kita simpulkan bahwa Indonesia sekarang ini lebih menekankan hubungan ekonomi dari pada bidang politik. Jika di bidang politik, bangsa Indonesia sudah merasakan pasang surut hubungan kedua negara.
Hubungan politik itu terutama tentang masalah Timor Timur dan Papua (dulu disebut Irian Barat). Betapa kesalnya Indonesia, terutama tentang Papua, di mana Australia bekerjasama dengan Belanda agar menihilkan kembalinya Papua ke pangkuan RI. Untunglah Presiden AS waktu itu Kennedy menekan Belanda agar mau berunding dengan Indonesia, sehingga dari berbagai hasil perundingan itu, Belanda bersedia menyerahkan Papua ke tangan Indonesia.
Juga di bidang militer, sebenarnya Amerika Serikat-Australia-Selandia Baru telah membentuk Pakta Pertahanan yang disebut ANZUS. Ditandatangani pada tahun 1951 oleh ketiga negara.
Jadi kalau saya melihat kunjungan Jokowi ke Australia dan Selandia Baru sekarang ini, selain menghadiri KTT Istimewa Australia dan ASEAN, lebih dari itu mengajak Australia, Selandia Baru memikirkan hubungan ekonomi ketimbang politik. Apalagi Australia berminat menjadi anggota ASEAN.
Tulisan pernah dimuat di wartamerdeka.net
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews