Pasang Surut Hubungan Indonesia-Australia-Selandia Baru

Sabtu, 24 Maret 2018 | 14:36 WIB
0
761
Pasang Surut Hubungan Indonesia-Australia-Selandia Baru

Presiden Republik Indonesia Joko Widodo atau Jokowi berkunjung ke Australia dan Selandia Baru. Foto di atas menunjukkan Jokowi baru saja mengakhiri kunjungannya ke Australia dan mulai mengunjungi Selandia Baru.

Terlihat Jokowi setibanya di Selandia Baru sedang diperkenalkan dengan Kaumatua (sebutan bagi tetua suku Maori, penduduk asli Selandia Baru), Piri Sciascia.

Sebelumnya, acara penting yang dihadiri Jokowi di Australia adalah menghadiri Sidang Pleno KTT Istimewa ASEAN-Australia di International Convention Centre, Sydney, pada hari Minggu, 18 Maret 2018. Dalam forum tersebut, presiden menyoroti proteksionisme ekonomi dan perang dagang sejumlah negara.

Jokowi mengatakan perdagangan bukanlah zero-sum game dan hendaknya tidak dilihat dari perspektif menang dan kalah. Dia menilai perdagangan harus menguntungkan kedua belah pihak.

"Kemitraan ASEAN-Australia harus dapat menjadi contoh sebaliknya. Menjadi contoh bahwa kerja sama ekonomi dapat saling menguntungkan. Menjadi contoh sebuah kemitraan yang membawa kebaikan bagi dunia," katanya saat berpidato dalam Sidang Pleno KTT Istimewa ASEAN-Australia, seperti dilansir dari keterangan tertulis.

Jokowi juga menyinggung Regional Comprehensive Economic Partnership Agreement (RCEP) yang merupakan pertaruhan komitmen terhadap sistem perdagangan multilateral di kawasan yang saling menguntungkan semua pihak. RCEP dapat menjadi pakta perdagangan bebas terbesar dunia karena mewakili hampir setengah populasi dunia, yaitu 31,6 persen dari gross domestic product (GDP) global dan 28,5 persen dari perdagangan dunia.

Di saat yang sama, RCEP akan menjadi antitesis gerakan proteksionisme global. Dia pun mengajak negara lain menguatkan komitmen untuk menyelesaikan perundingan RCEP pada tahun ini.

"Tentu dalam sebuah kesepakatan tidak semua yang kita inginkan dapat kita capai. Inilah sesungguhnya makna dari kerja sama, pendekatan win win dan bukan zero-sum," ucap Jokowi. Dia berharap ASEAN-Australia terus menjadi jangkar bagi sistem perdagangan bebas yang terbuka dan adil demi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat di kawasan.

Dari ucapan Jokowi di Australia dapatkah kita simpulkan bahwa Indonesia sekarang ini lebih menekankan hubungan ekonomi dari pada bidang politik. Jika di bidang politik, bangsa Indonesia sudah merasakan pasang surut hubungan kedua negara.

Hubungan politik itu terutama tentang masalah Timor Timur dan Papua (dulu disebut Irian Barat). Betapa kesalnya Indonesia, terutama tentang Papua, di mana Australia bekerjasama dengan Belanda agar menihilkan kembalinya Papua ke pangkuan RI. Untunglah Presiden AS waktu itu Kennedy menekan Belanda agar mau berunding dengan Indonesia, sehingga dari berbagai hasil perundingan itu, Belanda bersedia menyerahkan Papua ke tangan Indonesia.

Juga di bidang militer, sebenarnya Amerika Serikat-Australia-Selandia Baru telah membentuk Pakta Pertahanan yang disebut ANZUS. Ditandatangani pada tahun 1951 oleh ketiga negara.

Jadi kalau saya melihat kunjungan Jokowi ke Australia dan Selandia Baru sekarang ini, selain menghadiri KTT Istimewa Australia dan ASEAN, lebih dari itu mengajak Australia, Selandia Baru memikirkan hubungan ekonomi ketimbang politik. Apalagi Australia berminat menjadi anggota ASEAN.

Tulisan pernah dimuat di wartamerdeka.net

***