Khadafi Disebut Terkait Penangkapan Mantan Presiden Perancis Sarkozy

Kamis, 22 Maret 2018 | 08:31 WIB
0
539
Khadafi Disebut Terkait Penangkapan Mantan Presiden Perancis Sarkozy

Perubahan begitu cepat di dunia politik bisa saja terjadi sewaktu-waktu, tidak terkecuali perubahan di dunia internasional.

Penahanan mantan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy oleh polisi yang diberitakan Kantor Berita Inggris "Reuters," hari Selasa, 20 Maret 2018, adalah salah satu contoh.

Banyak contoh yang lain jika berbicara tentang politik yang selalu membawa perubahan begitu cepat. Itu pula sebabnya tidak ada hal yang abadi dalam politik, yang abadi hanyalah kepentingan.

Sebagaimana diungkap "Reuters," mantan penguasa di Prancis itu ditahan sehubungan dengan meminta penjelasan atas dugaan aliran dana dari Libya terhadap kampanyenya pada 2007. Hal tersebut disampaikan oleh sumber di lembaga peradilan Prancis.

Presiden Prancis pada periode 2007-2012 ini sebelumnya membantah dugaan tersebut. Prancis memulai penyelidikan terhadap Sarkozy pada 2013. Ada dugaan kesuksesannya dalam memenangkan Pemilu Presiden pada 2007 didukung oleh aliran dana ilegal dari mantan pemimpin Libya Muammar Khadafi.

Brice Hortefeux, mantan menteri dan orang dekat Sarkozy, juga ikut ditanyai oleh polisi. Pada Januari 2018, seorang pengusaha Prancis yang dicurigai mengalirkan dana dari Khadafi ke Sarkozy ditangkap oleh tim penyelidik di Inggris. Tetapi, dia dibebaskan dengan jaminan setelah dihadirkan ke pengadilan di London.

Di awal kekuasaannya tidak seorangpun menduga bahwa Sarkozy bersahabat dekat dengan mantan pemimpin Lybia itu, karena negara itu termasuk radar perlawanan diam-diam oleh Barat, terutama AS. Lihatlah saat-saat penggulingan Khadafi, ia tewas dihakimi pihak oposisi di jalan. Wajahnya remuk dipukul dan darahnya menetes ke mana-mana.

Moammar Khadafi adalah musuh utama Barat. Ia banyak membantu bangsa tertindas, terutama bangsa Palestina. Begitu pula peranannya di mata gerilyawan Muslim Filipina waktu itu, Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) pimpinan Nur Misuari. Kelompok ini sering menerima bantuan dana dari Lybia untuk berjuang di Filipina Selatan.

Bahkan Presiden Filipina waktu itu,  Marcos yang sering ke Libya menemui Khadafi bagaimana mengusahakan perdamaian.

[irp posts="5272" name="Belajar dari Libya"]

Tanggal 24 Desember 1979 pernah terjadi usaha perdamaian antara Presiden Filipina Marcos dengan Pemimpin Gerilyawan Nur Misuari di Tripoli, Libya. Kemudian dilanjutkan perundingan Tripoli kedua, 7 Maret 1977. Meskipun tidak berjalan dengan baik, tetapi berhasil juga mengeluarkan kesepakatan Marcos-Khadafi yang terkenal dengan "Formula Khadafi."

Perkembangan terakhir menyebutkan bahwa putera Khadafi akan mencalonkan diri sebagai orang nomor satu di Libya. Seandainya berhasil, kemenangannya akan berdampak kepada perubahan di Libya. Tetapi ada juga pengamat berspekulasi hubungan ayahnya Khadafi dengan Amerika Serikat di Teluk Sidra tidak akan pernah dilupakan Presiden Amerika Serikat sekarang ini.

Tulisan pernah dimuat di wartamerdeka.net