Perdebatan siapa yang layak jadi tokoh Capres dari #ABJ2019 harus kita mulai akhiri. Kalau berangkat dengan fanatisme masing-masing tidak akan pernah selesai. Sesama kawan akan saling hantam dan berantam yang ujung-ujungnya menguntungkan lawan.
Bagaimana kalau saya menawarkan solusi lewat Lawan? Begini wahai para #ABjers. Masih ingat masa Pilpres 2014 dan akhirnya kita mendapatkan Rezim KW-3 sekarang? (maksudnya kerja woi...kerja woi...kerja woi).
Masa itu media-media seperti Kompas, Media Indonesia, Merdeka dan terutama Detik menjadi media buzzer yang memoles dan mencitrakan salah satu Capres gila-gilaan.
Kadang sampai kebelet pipis aja diangkat jadi berita, wajarlah setelah terpilih berita-berita tentang dia tetap ngga jauh dari sandal jepit, kaos oblong, dan kolor bolong.
Berita Pencitraan yang menjurus ke "brainwash" oleh media kala itu bisa sampai sepuluh kali setiap hari.
Kalah dosis minum obat orang sakit yang biasanya paling banyak cuma tiga kali.
Tapi bisa jadi yang menjadi target media adalah orang-orang sakit mental, cocoklah dengan jargon Re-polusi Mental mereka, dari sakit logika menjadi gila...
Jadi sekarang mari kita buat jadi sederhana, sama seperti logika Wanda Hamidah. Cukup dibolak-balik akan menjadi kue yang sempurna.
Kalau TGB, GN, Anies Baswedan atau siapa saja dianggap media jadi Calon Kuat melawan #ABJ2019, berarti sebenarnya mereka-mereka adalah lawan paling lemah.
Sebaliknya kalau Prabowo diberitakan dengan massif tidak layak maju lagi dan lebih baik jadi King Maker saja, itu karena Prabowo dianggap lawan terkuat bahkan diprediksi akan menang dengan mudah.
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews