Ahmad Akhyar, seorang sarjana teknik Institut Teknologi Bandung merasa prihatin terhadap kondisi utang luar negeri Indonesia saat ini.
Lebih membuat Akhyar sedih dalam penjelasan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang dibagikan Fadjroel Rachman melalui akun Facebooknya, utang Indonesia dibandingkan Jepang.
Ahkyar pun menuliskan surat terbuka yang ditujukan kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Berikut isi lengkap surat terbuka dari akhyar98:
Mba Sri, saya sedih kalau mba membandingkan utang Indonesia dengan Jepang. Jangan melihat hanya dari nominalnya saja. Atau Rasio utangnya saja. Utang Jepang secara nominal memang jauh lebih tinggi dari Indonesia. Rasio utangnya juga lebih dari 200%. Tertinggi di dunia.
Rate Bunga Utangnya juga sangat-sangat rendah. Hanya sekitar 1 koma sekian persen. Bandingkan dengan rate yang mba Sri berikan ke pemegang Government Bond Indonesia. Berapa mba Sri? Mba kok baik sekali?
Mba Sri juga senang credit rating Indonesia naik. Mba tau kan credit rating jepang? Coba mba Sri bandingkan. Mba tau kan bedanya BBB- dan A+?
Mba juga tau kan apa itu NIIP? Saya yakin mba Sri tau lah. Mba kan katanya menteri keuangan terbaik dunia. Tapi saya tulis saja ya supaya yang lain tahu juga. NIIP itu net international investment positions (NIIPs). Negara dengan NIIP positif artinya negara yang memiliki net external Assets, bukan net external Liabilities. Negara itu adalah negara kreditor.
Nah, Jepang itu memiliki NIIP tertinggi di dunia lho mba Sri. 2,812,543,005,181 USD. Bandingkan dengan Indonesia, -413,106,000,000 USD. Minus mba. Malu kita. Artinya kita termasuk negara debitur. Aduh maaf. Mba Sri pasti sudah tau juga ya.
Makanya mba Sri, jangan lihat hanya dari satu sisi saja. Nominal utang Jepang memang tinggi. Tapi utang itu dipegang mayoritas dalam negeri sendiri. Sehingga Jepang sebenarnya adalah negara kreditur. Sedangkan kita ya negara debitur.
Tahu diri lah kita mba...
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews