Untuk Menteri Terbaik Dunia, Saudari Sri Mulyani

Jumat, 16 Maret 2018 | 22:23 WIB
0
606
Untuk Menteri Terbaik Dunia, Saudari Sri Mulyani

Ahmad Akhyar, seorang sarjana teknik Institut Teknologi Bandung merasa prihatin terhadap kondisi utang luar negeri Indonesia saat ini.

Lebih membuat Akhyar sedih dalam penjelasan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang dibagikan Fadjroel Rachman melalui akun Facebooknya, utang Indonesia dibandingkan Jepang.

Ahkyar pun menuliskan surat terbuka yang ditujukan kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani.

Berikut isi lengkap surat terbuka dari akhyar98:

Mba Sri, saya sedih kalau mba membandingkan utang Indonesia dengan Jepang. Jangan melihat hanya dari nominalnya saja. Atau Rasio utangnya saja. Utang Jepang secara nominal memang jauh lebih tinggi dari Indonesia. Rasio utangnya juga lebih dari 200%. Tertinggi di dunia.

Rate Bunga Utangnya juga sangat-sangat rendah. Hanya sekitar 1 koma sekian persen. Bandingkan dengan rate yang mba Sri berikan ke pemegang Government Bond Indonesia. Berapa mba Sri? Mba kok baik sekali?

Mba Sri juga senang credit rating Indonesia naik. Mba tau kan credit rating jepang? Coba mba Sri bandingkan. Mba tau kan bedanya BBB- dan A+?

Mba juga tau kan apa itu NIIP? Saya yakin mba Sri tau lah. Mba kan katanya menteri keuangan terbaik dunia. Tapi saya tulis saja ya supaya yang lain tahu juga. NIIP itu net international investment positions (NIIPs). Negara dengan NIIP positif artinya negara yang memiliki net external Assets, bukan net external Liabilities. Negara itu adalah negara kreditor.

Nah, Jepang itu memiliki NIIP tertinggi di dunia lho mba Sri. 2,812,543,005,181 USD. Bandingkan dengan Indonesia, -413,106,000,000 USD. Minus mba. Malu kita. Artinya kita termasuk negara debitur. Aduh maaf. Mba Sri pasti sudah tau juga ya.

Makanya mba Sri, jangan lihat hanya dari satu sisi saja. Nominal utang Jepang memang tinggi. Tapi utang itu dipegang mayoritas dalam negeri sendiri. Sehingga Jepang sebenarnya adalah negara kreditur. Sedangkan kita ya negara debitur.

Tahu diri lah kita mba...

***

Editor: Pepih Nugraha