Ghouta Timur Bisa Menyeret Rusia dan Amerika Perang Terbuka

Kamis, 15 Maret 2018 | 06:07 WIB
0
718
Ghouta Timur Bisa Menyeret Rusia dan Amerika Perang Terbuka

Perang Suriah terhadap teroris dari negara-negara asing semakin panas di wilayah Ghouta Timur, Damaskus, Suriah.

Setelah tentara pemerintah Suriah bisa mengalahkan teroris, ISIS, Jabhat Al-Nusra atau kelompok militan lainya dari wilayah atau provinsi Allepo, dan wilayah ini sudah relatif tenang dan aman dari serangan atau dentuman bom.

Wilayah Raqqa juga hancur lebur akibat perang dan masih di bawah pengaruh atau kontrol Amerika.

Konflik pindah ke wilayah Idlib dan sampai sekarang masih terjadi saling serang antara tentara Turki dan militan Kurdi, bahkan tentara Turki sudah memasuki wilayah Suriah dan ini akan bertambah runyam karena ini menyangkut kedaulantan negaranya.

Nah, sekarang yang lagi ramai adalah perang di wilayah Ghouta Timur yang menghiasi berita-berita, bahkan ada pengumpulan atau penggalangan donasi untuk masyarakat Ghouta Timur.

Ghouta Timur adalah wilayah dekat Damaskus atau ibu kota Suriah dan wilayah ini dikuasai oleh kelompok militan Jabhat Al-Nusra atau militan lainnya yang menentang pemerintah Assad, bahkan serangan-serangan rudal dilancarkan oleh militan ke Damaskus sebagai ibu kota.

Akibat serangan yang terus menerus dilancarkan oleh militan, maka tentara pemerintah Suriah melakukan serangan balasan dan menggempur posisi militan dengan senjata berat. Akibat perang di Ghouta Timur, banyak masyarakat sipil yang terjebak dan menjadi korban.

Dan masyarakat juga tidak mudah untuk keluar karena dicegah oleh kelompok militan dan dijadikan tameng hidup. Bahkan lembaga Internasional yang untuk menyalurkan bantuan dan evakuasi juga mendapat hambatan dan tidak bisa masuk. Akibatnya banyak masyarakat sipil yang meninggal kekurangan makanan atau air minum. Masyarkat juga mulai mengungsi atau meninggalkan desanya untuk menghindari konflik.

[irp posts="10831" name="Perang Dunia III Semakin Nyata Berawal di Suriah?"]

Tetapi, sekarang lambat laut wilayah Ghouta Timur bisa dikuasai oleh tentara pemerintah dan mulai memisahkan antara militan dan masyarakat sipil. Dan militan mulai meninggalkan Ghouta Timur, bahkan dipindahkan ke wilayah lain sesuai permintaan atau kesepakatan para militan.

Konflik ini bukan hanya antara para militan dengan tentara pemerintah Suriah, tetapi konflik antara Amerika dan Rusia, rebutan pengaruh. Sekedar informasi, Rusia adalah mitra atau sekutu Suriah. Tanpa dukungan Rusia, Presiden Assad sudah jatuh dari kemarin-kemarin dan kelompok militan yang anti Assad adalah mitra atau sekutu Amerika.

Bahkan untuk menyerang Suriah dan menjatuhkan presiden Assad harus ada alasan yang bisa dibenarkan, dan alasan itu, yaitu penggunaan senjata kimia. Amerika mempropagandakan bahwa tentara Suriah menggunakan senjata kimia tersebut untuk menyerang masyarakat sipil. Skenario itu mereka ciptakan dengan membuat film dokumenter yang seakan-akan benar adanya senjata kimia itu dan memakan korban masyarakat sipil.

[caption id="attachment_7415" align="alignright" width="564"] Nikki Haley (Foto: Nypost.com)[/caption]

Baru-baru ini Dubes Amerika untuk PBB Nikki Haley melontarkan ancaman bahwa Amerika kemungkinan menempuh tindakan militer secara sepihak di Suriah, sebagaimana serangan rudal yang pernah dilakukan pada tahun lalu.

Pemerintah Irak pada masa Saddam Husein juga di serang atas tuduhan senjata nuklir oleh Amerika, bahkan sejak tergulingnya Saddam Husein konflik di Irak sampai sekarang belum berakhir, bahkan sempat jatuh ke ISIS. Ternyata tuduhan senjata nuklir itu akhirnya tidak terbukti dan itu hanya isu untuk dijadikan alasan untuk menyerang Irak.

Dan kasus senjata kimia di Suriah juga dijadikan isu untuk menyerang negara tersebut oleh Amerika dan sekutunya.

Atas ancaman Dubes Amerika untuk PBB Nikki Haley, maka pemerintah Rusia lewat kementerian luar negeri bereaksi keras atas ancaman Amerika yang mau menyerang Suriah yang merupakan mitranya.

"Pernyataan tak bertanggungjawab sedemikian rupa dari Dubes Amerika (Nikki Haley) menyebabkan kekecewaan dan keprihatinan yang sangat," kata Kemenlu Rusia, Selasa, 13 Maret 2018.

Bahkan menteri luar negeri Rusia Sergey Lavrov menegaskan, negaranya akan memberikan reaksi yang diperlukan jika Amerika menyerang pemerintah Suriah.

Amerika melakukan ancaman tersebut karena mitranya yaitu para militan mulai terdesak dan mundur dari Ghouta Timur oleh serangan tentara Suriah dan Rusia. Mereka kocar-kacir dan mencari wilayah yang baru dan aman.

Menlu Sergey Lavrov juga mengingatkan serangan Amerika ke Suriah bisa mencelakakan para penasehat Rusia yang ada di Suriah dan alat-alat tempur milik Rusia di Suriah.

Kalau konflik antara Amerika dan Rusia ini benar terjadi, maka perang akan semakin ramai dan kedamaian di Suriah masih akan jauh tercapai. Karena banyak kepentingan dari negara-negara besar tersebut.

Mudah-mudahan konflik di Suriah bisa segera diatasi dan masyarakat sipil bisa beraktifitas kembali secara normal.

***

Editor: Pepih Nugraha