Di mana-mana politikus melancarkan "call tinggi" dengan mencalonkan diri sebagai peresiden. Kalau dalam ilmu dagang, kena-kenanya saat harga ditutunkan menjadi calon wakil presiden. Namun, Muhaimin Iskandar adalah perkecualian. Politikus PKB yang biasa dipanggil Cak Imin secara resmi mendeklarasikan diri sebagai "calon wakil presiden" saja.
Lagi-lagi kalau memakai ilmu dagang, jika harga diturunkan kenanya ya, menteri dan jabatan menteri pernah disandangnya saat Susilo Bambang Yudhoyono menjadi Presiden RI.
Deklarasi Cak Imin selaku calon wakil presiden ini mengakhiri spekulasi yang beredar apakah akan membentuk poros baru dalam pilpres 2019?
Jika jeli memandang, maka wilayah DKI Jakarta serasa dikepung oleh baliho-baliho dan iklan reklame yang memasang foto Cak Imin dan secara terus terang Cak Imin mengakui ingin menjadi cawapres untuk mendampingi Joko Widodo yang maju sebagai calon presiden.
"Ya, saya mendeklarasikan sebagai cawapres," kata Cak Imin dalam pertemuan dengan Forum Pemred di restoran Bunga Rampai, Jalan Teuku Cik Di Tiro, Jakpus Rabu, 14 Maret 2019.
Cak Imin menjelaskan, keinginan maju sebagai cawapres karena adanya desakan dari bawah untuk mencalonkan sebagai cawapres, dipasangkan dengan Joko Widodo.
Dan alasan kenapa hanya mencalonkan sebagai cawapres tidak sebagai capres? Ia menjelaskan karena partai PKB perolehan suaranya pada 2014 tidak bisa mencalonkan sendiri sebagai capres, maka sebagai pilihan realistis mencalonkan sebagai cawapres, begitu penjelasan Cak Imin.
Akhirnya kader-kader partai dan relawan tingkat bawah secara ramai-ramai memasang baliho dan iklan reklame dengan foto dirinya, kata cak Imin lagi.
"Sekarang hampir tak ada lembaga survey yang tak memunculkan nama saya," kata Cak Imin, merujuk pada keberhasilan dan efektivitas pemasangan baliho yang ada di mana-mana itu.
Tetapi, sekalipun sudah mendeklarasikan-diri sebagai cawapres untuk mendampingi Joko Widodo sebagai calon presiden, PKB juga belum menyampaikan dukungan atau ikut berkoalisi dengan partai pendukung lainnya.
Bahkan dalam acara Mata Najwa semalam, Cak Imin menyampaikan kalau Joko Widodo sebagai calon presiden salah memilih calon wakil presiden, bisa berakibat kalah dalam pilpres 2019.
Kata-kata Cak Imin ini bisa berarti memberikan tekanan atau perang urat syaraf supaya calon wakil presiden yang lain mundur dan hanya dirinya yang layak karena warga Nahdliyin memberikan suara yang sangat banyak untuk Joko Widodo sebagai calon presiden.
[irp posts="11335" name="Cak Imin Yang Kepengen Jadi Calon Wakil Presiden"]
Omongan Cak Imin itu, kalau sebagai pengamat adalah ada benarnya, maksudnya kalau Joko Widodo salah memilih calon wakil presiden bisa berakibat kalah dalam pilpres, tetapi kalau yang mengucapakan itu adalah orang yang ingin menjadi wakil presiden, tentu punya makna dan maksud lain. Istilahnya "pilihlah aku jadi pacarmu yang lain belum tentu setia", ehem-ehem....
Jadi secara resmi yang baru mencalonkan presiden dan wakil presiden adalah Joko Widodo dan Muhaimin Iskandar atau Cak Imin.
Sampai di sana, topi harus diangkat tinggi-tinggi kepada Cak Imin. Bagaimanapun, sisi beraninya seorang politikus sudah muncul untuk dicontoh para kadernya, secara kedudukannya sebagai ketua umum partai. Keberanian itu masih milik Cak Imin jika dibanding dengan Ketua Umum PPP Romahurmuziy dan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, atau bahkan sebutlah Sohibul Imam Presiden PKS sekalipun.
Khusus untuk PKS, sepertinya garang dan galak dalam melempar isu, termasuk yang digagas salah satu kadernya Mardani Ali Sera. Tapi soal keberanian, Rommy, Zulkifli dan Sohibul harus angkat topi kepada Cak Imin.
Betul?
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews