Dalam sebuah kesempatan Ustad Abdul Somad melontarkan omongan; Nabi Muhammad gagal menjadikan Islam sebagai rahmatan lilalamin. Hanya khilafah yang mampu menegakkan itu. Kata Somad dalam ceramahnya di depan anggota HTI, Rasulullah SAW hanya rahmatan lil alamin untuk dirinya dan keluarganya saja.
Orang-orang protes dengan pernyataan itu. Tapi tidak ada penjelasan berarti dari Somad. Isu berlalu begitu saja. Dan orang percaya bahwa Somad adalah seorang dai.
Pada kesempatan lain, Somad juga bicara bahwa penganut Islam bermazhab Syiah pantas diusir dari masjid. Dia memprovokasi orang untuk melakukan tindakan buruk kepada saudaranya sesama muslim. Padahal sejak dulu jutaan jamaah haji dari berbagai mazhab dalam Islam bebas memasuki dan beribadah di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.
Tidak pernah ada larangan untuk penganut mazhab manapun untuk bertamu ke rumah Allah dan bersimpuh di masjid Nabi. Tapi Somad rupanya merasa dirinya lebih dari para ulama besar dunia. Dia menyerukan sebaliknya. Dan ada orang yang lebih mengikuti anjuran Somad ketimbang mengkuti anjuran ulama-ulama besar agar umat Islam menjalin persatuan dan ukhuwah dengan berbagai mazhab pemikiran.
[irp posts="6810" name="Ustad Abdul Somad Ingin Dijadikan Ikon Baru"]
Ketika para ulama besar sedang menyerukan suara persatuan dan ukhuwah, Somad datang menyerukan pengusiran.
Pada kesempatan lain, Somad bicara soal Bashar Assad. Katanya Assad adalah rezim yang membunuhi rakyatnya. Dia menuding Asaad dengan keji, seolah paling memahami kondisi Suriah.
Sebetulnya gak aneh. Tudingan Somad senada dengan tudingan Israel soal Assad. Senada dengan tudingan AS. Senada dengan tudingan Saudi Arabia. Bahkan senada dengan tudingan kaum teroris yang menghancurkan kehidupan rakyat Suriah dari segala penjuru.
Tentu saja banyak orang gerah dengan tudingan itu. Kemarin para alumnus lulusan Suriah menggelar pertemuan. Mereka bermaksud mengundang Somad. Tujuannya agar Somad mau mengklarifikasi pernyataan Somad mengenai kondisi Suriah dan peran Assad.
Undangan disampaikan secara resmi. Tapi tampaknya tidak ada reaksi positif dari Somad. Sampai pertemuan berakhit tidak ada kabar bahwa Somad bersedia hadir.
Lalu siapakah yang sudah mendengar dan membaca tulisan Somad? Saya rasa banyak banget. Jikapun tabayyun itu didatangi Somad, rasanya belum tentu bisa mengikis habis informasi melenceng tentang Suriah yang sudah telanjur dilontarkan. Apalagi jika tanpa tabayun.
Betapa ruwetnya hidup di jaman ini. Ketika sebuah informasi dilemparkan begitu saja dan orang malas mencari fakta. Akibatnya yang mereka percayai adalah kekacauan.
[irp posts="6914" name="Ustad Abdul Somad Mulai Dimusuhi oleh Pemegang Kekuasaan"]
Informasi mempengaruhi pandangan. Pandangan mempengaruhi sikap. Sikap terefleksi dalam perbuatan.
Dengan segala tingkah lakunya yang sembarangan mengobral informasi, plus tidak ada niat tulus untuk mengkoreksi ketika salah, Somad berisiko ikut membodohi publik.
Dalam ilmu logika, akan ada kesalahan berfikir di masyarakat. Sebab orang cenderung mempercayai kebenaran melihat dari siapa yang mengatakan bukan dari apa yang dikatakannya.
Istilahnya argumentum ad authority.
Kalau yang ngomong dai kondang, isinya pasti paten. Padahal dainya sendiri malas tabayyun. Kacau, kan?
Kalau belakangan terjadi kekacauan cara berfikir umat, saya rasa, salah satunya disumbang oleh para dai yang asal njeplak kayak gini.
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews