Setelah Myanmar, Srilanka Ikut Bergejolak Bernuansa SARA

Sabtu, 10 Maret 2018 | 08:59 WIB
0
854
Setelah Myanmar, Srilanka Ikut Bergejolak Bernuansa SARA

Sebenarnya tidak ada kaitan antara Myanmar dan Srilanka dalam hal permasalahan di dalam negeri. Karena lain negara, lain pula masalah yang dihadapinya.

Tetapi kali ini permasalahan yang muncul di Srilangka berbeda dengan masalah yang selama ini terjadi, yaitu lebih banyak ke politiknya.

Kali ini yang muncul adalah konflik agama antara Islam dan Budha. Hal ini yang menyebabkan kasusnya sama dengan Myanmar baru-baru ini. Konflik penduduk mayoritas Myanmar yang beragama Budha dengan penduduk Muslim yang minoritas.

Perkembangan terakhir di Myanmar, penduduk Muslim yang mengungsi ke perbatasan di Bangladesh, takut pulang. Laporan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan, meski sudah ada upaya damai dilakukan, termasuk oleh Menlu RI, tetapi mereka takut pulang lagi ke daerah semula di Myanmar.

[irp posts="12030" name="Gara-gara Hoax Pil Mandul" di Facebook, Srilanka Pun Membara"]

Peristiwa ini bisa dikatakan sama, karena di Srilanka akhir pekan ini yang menyebabkan negara itu menerapkan keadaan darurat, pun sama dengan di Myanmar, yaitu konflik penduduk beragama Budha mayoritas (Sinhala) dengan penduduk Muslim minoritas. Dua negara ini sama-sama terletak di Asia Selatan. Memang etnis Sinhala beragama Budha mayoritas di Srilanka.

Di Srilanka lebih berpengaruh ke bidang politik. Sebagian besar pengikut Partai Muslim ikut meninggalkan pemerintahan Srilanka.

Masalah ini menjadi serius awal mulanya ketika di Distrik Kandy minggu lalu seorang Sinhala (Budha) mengaku diserang oleh seorang Muslim.

Setelah itu terjadilah kemarahan penduduk mayoritas Budha. Pembakaran, penjarahan toko-toko dan serangan ke masjid, tidak dapat dielakkan. Kemudian pemerintah Srilangka menerapkan keadaan darurat serta menyebarkan polisi untuk menghentikan kerusuhan.

Keadaan darurat diberlakukan selama 10 hari dan Pemerintah Srilangka menghimbau agar penduduk tetap tenang.

Di Srilangka, dari 75 persen penduduknya, 21 jutanya adalah penduduk Sinhala dan 10 persen penduduk Muslim. Sebetulnya benih pertikaian sudah mulai terjadi tahun lalu di mana kelompok garis keras agama Budha menuduh kelompok Islam menyerang tempat peribadatan mereka.

Tulisan pernah dimuat di wartamerdeka.net

***