"As Long As You Happy", Cerita Ganjar dan Bawang Merah

Kamis, 8 Maret 2018 | 07:45 WIB
0
768
"As Long As You Happy", Cerita Ganjar dan Bawang Merah

Mungkin sekitar tahun 2013-an, saya sempatkan ke Brebes dalam rangka urusan usaha yang ingin saya kembangkan. Menjadi supplier bawang ke pasar induk. Pak Ganjar saat itu masih jadi anggota DPR, masih duduk manis diruang AC dan kemana-mana bawa asisten dan terima data lalu jadi bahan omongan.

Saya sempatkan begadang dengan petani bawang saat panen. Terasa sekali budaya gotong royong, dengan lampu penerangan petromak saya banyak menyelami seluk beluk usaha bawang dari petani bawang langsung.

Saat hujan, bawang mereka jatuh sekali, tapi saat musim panas, seharusnya harga bawang naik, tapi tidak juga dirasakan petani bawang, karena kartel dan tengkulak bermain.

Tengkulak meng-ijon, hal ini terjadi karena para petani bawang sudah mengalami kerugian saat musim hujan, jadi tidak ada modal buat memulai bertani sehingga harus pinjam ke tengkulak. Siklus seperti ini terus terjadi hingga saat ini.

Dampaknya, petani bawang tidak pernah sejahtera, sementara istri saya selalu cemberut ketika harga bawang naek ke langit, nah dampak ke saya juga kan.

Padahal seandainya pemerintah daerah mau turun memediasikan, tentu situasi ini tidak perlu terjadi.

Saya yakin, banyak emak-emak senasib dengan istri saya, cuman mau ngadu ke siapa? ke petani bawang? mereka aja perlu dibantu.

Apakah ada perubahan saat ini? tidak. Lalu jika tidak ada perubahan, untuk apa bertahan dengan situasi seperti ini? Carilah pemimpin yang mau memperhatikan rakyatnya, jangan diam, atau jangan termakan dengan pencitraan sesaat waktu kampanye seperti saat ini.

Kesalahan 3 detik waktu pencoblosan, sama saja menyuramkan 5 tahun lagi.

Okeh, sekarang apa hubungannya tulisan ini dengan judul diatas? GAK ADA.

Cuman ingin menyentil aja, tidak selalu mangan ora mangan yang penting kumpul itu baik, atau pasrah itu baik. Nah subtansi judulnya sama, seperti mangan ora mangan yang penting kumpul.

Jateng, bersikaplah, ubahlah dengan harapan yang lebih baik.

Tentu tau dong maksud saya.

***

Editor: Pepih Nugraha