.
- Hai.
- Halo.
- Apa kabar?
- Sudah tiga bulan. Saya baik-baik saja.
- Tiga bulan? Wow, aku tak menyadarinya.
- Saya tahu kamu itu pikun .
- Kalau tujuanmu menelepon hanya untuk mencari tahu bagaimana keadaan saya, saya rasa saya sudah menjawabnya.
- Tidak, tidak ... aku ingin ngobrol. Jangan kejam gitu, dong.
- KEJAM? Kamu pikir saya kejam?
- Bukan, bukan itu maksudku ... aku—
- Memang bukan itu maksudmu ... kamu cuma bilang ‘jangan kejam’.
- Baiklah, aku minta maaf.
- Tidak perlu minta maaf, sudah sifatmu memang begitu.
- Apa maksudnya?
- Apa maksudnya?
- Aku menelepon bukan untuk memulai pertengkaran—
- Tentu.
- Kamu kok tidak berubah sedikitpun, sih?
- Apa?
- Sudahlah.
- Baik.
- Apakah kamu takkan pernah memaafkanku?
- Memaafkanmu—Memaafkanmu untuk apa?
- Untuk semua ini ... seluruh kekacauan yang telah kubuat.
- Oh itu ... Sudah tiga bulan, bos. Saya enggak mungkin menyimpan dendam selama itu.
- Hmm ... begitu.
- Iya.
- Aku sungguh-sungguh... aku sangat menyesal.
- Lupakan saja. Kamu takkan bisa enyakitiku untuk kedua kalinya.
- Apa maksudnya?
- Lupakan saja.
- LUPAKAN APA?
- Heeei! Tenang, bos.
- BERHENTI MEMANGGIL AKU BOS!
- Oke, pak, tenanglah.
- JANGAN SEBUT AKU ‘PAK’!
- Baiklah, saya akan diam saja.
- Aku minta maaf-
- Mulai lagi, deh.
- Tolong dengarkan aku.
- Saya ... baiklah, saya memang sudah lama menunggu untuk emndengarkan penjelasan darimu.
- Aku minta maaf untuk segalanya. Aku terlalu terburu-buru mengambil keputusan yang kini aku sesali. Aku mohon maaf telah meninggalkanmu, untuk kata-kata yang pernah kuucapkan. Aku harap aku bisa melakukan ini dengan lebih baik. Saya tidak memintamu kembali. Aku hanya perlu mendengarkanmu mengatakan bahwa kamu memaafkanku.
- Halo? Kamu masih di sana?
- Saya sedang mendengarkan.
- Aku sudah selesai bicara.
- Oh ... Baiklah.
- Baiklah? Itu saja?
- Dengar, sudah saya katakan. Sudah tiga bulan. Saya sudah melupakannya. Saya—
- Apakah kamu memaafkanku?
- Tidak penting jika saya memaafkanmu atau enggak. Saya—
- Tapi itu penting bagiku!
- Cukup adil, tapi tidak semuanya selalu tentang kamu, bos! Kamu masih belum menyadarinya. Tiga bulan dan kamu masih belum menyadari bahwa itu tidak selalu tentang kamu dan kamu saja. Kita menjalin hubungan. 'KITA', bukan hanya kamu. Kamu gagal memahaminya dan jelas kamu belum berubah. Masihkah tentang kamu bukan?
- Tidak, aku—
- Saya belum selesai bicara. Sekarang waktu 'saya', ok? Biarkan SAYA selesai bicara! Kamu belum berubah dan saya ragu kamu akan pernah berubah. Bahwa saya pernah mencintaimu, hanya Tuhan yang tahu. Tapi sekarang semuanya telah berubah ... dan saya ragu saya bisa mencintaimu lagi. Sebaiknya kamu tidak meminta saya untuk kembali. Apakah saya memaafkan kamu? Ya, saya memaafkanmu. Memaafkanmu bahkan saat kamu melakukan hal yang tak pantas dimaafkan. Saya sudah memaafkanmu, tapi saya belum lupa. Dan hal terakhir yang saya butuhkan darimu adalah menelepon saya 3 bulan lagi untuk mengingatkan saya. Nah, jika Anda tidak keberatan, ada hal lain yang harus saya kerjakan.
- Aku mencintaimu.
- Kamu benar-benar bajingan!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews