Situasi di Yaman semakin pelik. Hal ini terlihat ketika Pakistan ikut mengirim 1.000 pasukannya ke Arab Saudi untuk membantu konflik di Yaman. Sudah tentu dapat kita pastikan, Arab Saudi sejauh ini segaris dengan Amerika Serikat (AS).
Tidak sulit untuk mengatakan Arab Saudi segaris dengan AS. Lihatlah ketika terjadi serangan AS dan sekutunya ke Irak, bukankah Arab Saudi menyediakan pangkalannya untuk menyerang Irak?
Tentang konflik di Yaman, kebijakan AS sudah memperoleh kritikan dari Senator Bernie Sanders yang mengatakan banyak warga AS tidak peduli dengan dukungan AS kepada Arab Saudi yang memimpin koalisi menentang gerilyawan Houthi.
Foto di atas memperlihatkan Bernie Sanders (kiri), dan Mike Lee yang menyusun resolusi agar pasukan AS tidak lagi bersinggungan dengan perang di Yaman. .
Senator AS telah menyusun draf resolusi untuk mengimbau militer AS tidak lagi perang di Yaman. Dukungan senator terhadap draf resolusi ini didukung Senators Bernie Sanders, Mike Lee dan Chris Murphy.
"Kami percaya, sebagaimana Kongres, tidak akan mendekarasikan perang atau mengedepankan kekuatan militer dalam konflik ini. Itu tidak konstitusional untuk mendukung koalisi Arab Saudi. Peranan AS harus diakhiri," tegas Sanders dalam pernyataannya hari Rabu lalu.
Sanders mengingatkan bahwa di dalam UU AS, hanya Kongres AS yang bisa mendeklarasikan perang. Memang sejak November 2017, AS sudah terlibat dalam konflik di Yaman.
Konflik di Yaman dimulai sejak 2014, ketika gerilyawan Houthi bersekutu dengan pasukan yang loyal kepada mantan Presiden Ali Abdullah Saleh.
Pasukan Arab Saudi kemudian melancarkan serangan udara besar-besaran menentang gerilyawan ini pada bulan Maret 2015.
Houthi merupakan kelompok gerilyawan yang berbasis di utara Yaman. Pengikut Houthi terkenal dengan sebutan Houthis. Nama ini diambil dari nama pencetusnya, Husein Badaruddin Houthi. Ia nerupakan pengikut Syiah Zaidiyah Jurudiyah yang lebih dekat dengan Syiah Isna Asyriyah (Syiah 12) yang ada di Iran.
Sebagai penganut Syiah Zaidiyah Jurudiyah, Badaruddin Houthi berbeda pandangan dengan mayoritas ulama Zidiyah di Yaman. Bahkan Badaruddin menolak fatwa ulama Syiah Zaidiyah yang terkait fatwa sejarah. Kedekatan paham dan ideologi antara Zaidiyah Juruddiyah dan Syiah 12 inilah mengapa Hothi sempat menetap di Iran dalam waktu yang cukup lama.
Sementara, menurut PBB, perang telah menewaskan lebih dari 10.000 orang dan melukai lebih dari 40.000 orang.Ditambahkan, Yaman tengah menghadapi tragedi kemanusiaan terburuk di dunia. Sebelumnya sebagaimana kita ketahui, Irak juga mengalami tragedi kemanusiaan terburuk, tetapi dunia tidak pernah menghentikannya.
Pesawat tempur Arab Saudi telah memblokir negara itu, lebih dari tiga perempat dari jumlah penduduk Yaman, sekitar 22 juta, yaitu 11 juta penduduk memerlukan, bantuan kemanusiaan agar bisa bertahan hidup.
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews