Presiden Joko Widodo pada hari Sabtu, 3 Maret 2018 melakukan aktivitas yang tidak biasa; latihan tinju!
Boleh dibilang, dialah presiden pertama di Asia yang berlatih tinju secara serius. Kalau cuma pencitraan agar fotonya viral di media sosial, rasanya ia cukup berpose saja di atas ring tinju beneran, lengkap dengan sarung tinju yang terkepal di tangan.
Yang ini tidak. Serius. "Sparring partner"-nya adalah ajudannya sendiri bernama Teddy. Dalam foto-foto di media sosial dan media massa yang telah beredar memperlihatkan Presiden Joko Widodo berlatih tinju sungguh-sungguh dengan ajudannya.
Bukan kali ini saja Presiden Joko Widodo melakukan kegiatan seperti berlari atau memanah dan hasil foto atau videonya kemudian diunggah di media sosial untuk mendapatkan berbagai ragam komentar dari masyarakat. Komentarnya beragam; ada yang positif, negatif, memuji, mencela, dari komentar yang wajar sampai kurang ajar pun ada.
Karena Presiden Rusia Vladimir Putin jago karate atau bahkan mix martial art dan kini Joko Widodo berlatih tinju, tentu saja tidak lepas dari "komunikasi politik" yang disampaikan kepada publik. Di sisi lain, publik Rusia maupun Indonesia sama-sama tebak-tebak buah manggis tanpa diminta. Sama juga, tatkala pose Putin beredar, media massa Rusia juga ramai oleh komentar. Demikian pula tatkala foto dan video Jokowi beredar luas di linimasa; sebenarnya Jokowi mau ngomong apa, sih?
Dalam dunia ring tinju dunia, pernah terjadi "duel maut" antara petinju negara jiran Filipina Manny Pacquiao vs Mayweather dari Amerika Serikat. Duel itu dimenangkan oleh Mayweather. Tidak dengan Knock Out alias mengkanvaskan lawan, melainkan menang angka dengan susah payah.
Karena cuma kalah angka dalam pertarungan pertamanya itu, maka Manny Pacquiao menantang kembali untuk duel kedua kalinya. Promotor merasa masih bisa menjual nama Pacquaio yang memang masih punya nilai jual yang tinggi atau menggiurkan. Ndilalah, Manny Pacquiao kalah angka lagi.
Nah, apakah latihan tinju Presiden Joko Widodo ini seperti isyarat atau sasmita sebagai kesiapannya kembali untuk duel babak kedua dengan penantangnya yang sama, Prabowo Subianto?
Dulu waktu Pacquaio akan duel yang kedua kalinya dengan lawan yang sama, ia yang posisinya penantang justru yang berlatih sangat keras, Mayweather boleh dibilang santai-santai saja karena sudah mengetahui kelemahan lawannya. Tetapi yang menarik, kali ini sang juara bertahan yang justru berlatih tinju dengan keras meski mungki sudah sangat mengetahui kelemahan lawan.
Tentu ini hanya tafsir pribadi semata, bisa salah tapi mungkin bisa benar juga karena dalam dunia politik ada pepatah Suriname: othak-athik-gathuk-manthuk, maksudnya diotak-atik nyambung cocok, dan masih banyak tafsir juga dari yang lain. Silakan bagi penulis lain kalau ingin menulis dari sudut pandang yang berbeda dan pembaca punbebas menilai. Asyik, bukan?
[irp posts="11483" name="Rencana Duet Jokowi-Prabowo dan Pentingnya Poros Tengah Jilid II"]
Sudah bukan rahasia lagi pada duel pilpres pertama antara Joko Widodo vs Prabowo Subianto tahun 2014 Jokowi menang angka (baca: suara) dengan suara tipis, 7-8 juta-an dari 120 juta pemilih. Selisih suara secara persentasi terlihat kecil, 52 sekian persen untuk Joko Widodo dan 46 sekian persen untuk Prabowo Subianto. Tapi dalam aturan demokrasi, jangan berbeda angka juta-juta, bahkan beda 1 suara pun menentukan, betul?
Orang berspekulasi Prabowo akan menggantung sarung tinjunya, meski belum terlihat latihan tinju seperti Jokowi, dan tidak akan duel ulang dengan Jokowi. Tetapi sejujurnya, hanya Prabowo-lah lawan yang sepadan dan layak buat Jokowi, yang lain minggir, karena secara elektabilitas maupun popularitas, Prabowo-Jokowi 11-12. Artinya mepetlah.
Dengan demikian, pada "President Cup" pilpres tahun 2019 nanti, kemungkinan Prabowo Subianto menantang kembali Jokowi dalam perebutan gelar “Presiden” masih besar. "Rematch" ini akan menjadi pertandingan yang akan seru di mana semua pendukung akan memberikan semangat dan bersorak-sorai untuk meramaikan pertandingan piala “Presiden” dengan hadiah utama merebut Kursi RI-1 itu.
[embed]https://youtu.be/P2xyhiuVh2Q[/embed]
Sebentar... kembali ke tinju, ada sedikit keanehan yang cukup mengganjal. Secara fisik, Presiden Joko Widodo memiliki berat badan yang lebih ringan dan kurus dari penantangnya, yaitu Prabowo Subianto dengan postur badan yang tegap dan berisi. Iyaklah, beliau 'kan mantan Pangkostrad bintang tiga yang mungkin dulu saat di militer rutin latihan tinju.
Tetapi, dengan tubuh yang dalam tinju mungkin masuk "kelas nyamuk" itu Presiden Joko Widodo jauh lebih mudah bergerak ke sana-ke mari dan lebih lincah saat meluncurkan pukulan-pukulan jab-jab ringan sekedar untuk memberi pancingan. Prabowo Subianto dengan bobot yang jauh lebih berat, bahkan masuk kategori "kelas berat-ringan", tentu gerakannya tidak selincah "kelas nyamuk".
Meski tidak selincah macan luwih atau harimau lapar, tetapi yang namanya macan luwih tetap saja berbahaya. Gerakannya boleh lamban, tetapi sekali menerkam, lawan bisa kena tekuk juga. Masih sangat berbahaya!
[irp posts="11633" name="Begini Cara Menurunkan Jokowi dari Panggung Politik"]
Foto-foto dan video “sparing partner” yang telah beredar antara Presiden Joko Widodo dengan sang ajudan Teddy, ini menandakan Presiden telah mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang dan siap untuk duel dalam laga yang sebenarnya dalam piala “Presiden” nanti. Ini sinyal atau isyarat dari sang Presiden untuk penantangnya sehingga siapapun dia juga harus siap dan berlatih dengan sungguh-sungguh kalau ingin menang.
Jangan sampai nanti kalah lagi dan angkanya telak seperti dalam laga babak kedua antara Manny Pacquiao lawan Mayweather.
Mudah-mudahan laga pertandingan piala “Presiden” babak kedua akan menjadi pertarungan yang menarik dan sportif, pendukung boleh memberikan dukungan dengan caranya masing-masing tetapi tetap sportif, laga ini sebagai penentuan dan pembuktian, siapakah juara bertahan sesungguhnya.
Publik tidak ingin dikejutkan oleh foto atau video viral di media sosial yang memperlihatkan Prabowo Subianto sedang serius berlatih main ketoprak.
Paling tidak kalau bukan berlatih tinju, minimal berlatih kungfu, betul?
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews