Sadar atau tidak, banyak dari kita berhayal akan hadirnya 'manusia Indonesia' yang mampu menyelesaikan permasalahan bangsa. Berharap Indonesia maju seperti Jepang atau Korea, Indonesia bisa disegani seperti Amerika dan berharap Indonesia menjadi kiblat peradaban moral kemasyarakatan seperti jaman Rasulullaah di Madinah.
Harapan tersebut digantungkan pada satu tokoh. Bagi kelompok di luar pemerintah, mulai menyandingkan tokoh ini itu untuk menjadi capres dan cawapres. Sementara kelompok yang sedang berkuasa, berharap nikmat kekuasaannya tidak berubah dengan mempertahankan dengan segala cara, dari menyiapkan cawapres yang akan datang, memake-up prestasi gunting pita seolah menjadi prestasi luar biasa, hingga membonsai aturan dan undang-undang, bahkan menenggelamkan suara-suara kritis dengan menyematkan pasal kebencian.
Semuanya bergantung pada seseorang, sehingga melupakan potensi yang ada di dirinya masing-masing. Potensi untuk melakukan perubahan. Jika tiap orang memberdayakan kemampuannya secara maksimal, maka menggantungkan harapan yang berlebih niscaya akan hilang. Bagi yang diluar kekuasaan tetaplah kritis dengan fakta (bukan hoax), dan bagi yang didalam kekuasaan sadarlah bahwa kekuasaan tidak akan bertahan dengan pencitraan.
[irp posts="9808" name="Duduk Perkara Utang Pemerintah Indonesia Sekarang"]
Bahkan Rasulullah tidak ingin dikultuskan, sehingga paras mukanyapun umat Islam yang hidup saat ini tidak ada yang mengetahui. Mengkultuskan dan menggantungkan ke seseorang, membuat kita lemah. Hidup kita di isi oleh hayalan-hayalan, sementara jurang kehidupan didepan.
Tidak ada satu anak bangsa yang mampu melakukan perubahan secara instan. Mengharapkan terlalu berlebihan, justru memberatkan ke tokoh-tokoh yang dibanggakan. Dan saya yakin, tokoh-tokoh tersebut juga tidak berharap dianggap Superman, laksana Bondowoso menyulap keinginan Roro Jonggrang dalam semalam.
Indonesia terlalu kompleks dengan ketertinggalannya, tapi tidak juga kita membisu dan membenarkan kesemerawutan saat ini lalu stagnan.
Akhirnya kembali ke diri kita masing-masing, lupakan Superman, lupakan Bondowoso, karena semua hanya dongeng. Mulailah bergerak maju, bahwa perubahan dimulai dari kesadaran, dan adanya dalam diri kita sendiri.
Lihatlah angka-angka pertumbuhan yang tidak lebih baik dibanding era sebelumnya, simaklah akumulasi utang yang sudah mencapai 4700 T dalam 3 tahun atau 34% dari GDP negeri ini. Lihatlah sekeliling kita, ada pihak meradang karena idolanya dibui karena mulutnya. Sementara disudut lain kemiskinan begitu menganga.
Penjarah uang negara hingga trilyunan melenggang ke negara tetangga. Dan sosial kemasyarakatan makin panas, sementara kebijakan penguasa untuk meredamnya tidak dirasakan, malah ditekan dengan pasal kebencian.
Akhinya semuanya kembali ke kita masing-masing, hilangkan harapan yang terlalu tinggi dengan seseorang (bagaimana jika umur tokoh tersebut menjelang), karena bangsa ini terlalu besar hanya berharap dan membebankan ke seseorang.
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” Q. S. [13] : 11
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews