Sesungguhnya, jatah waktu untuk kita sangat terbatas. Kalau mau dimatematikkan. 25 persen hidup kita dihabiskan untuk tidur, yakni 6 jam setiap hari. Ketika tertidur, tidak ada yang dapat dilakukan. Kemudian ada waktu untuk mandi dan bersih bersih diri, plus menghabiskan waktu berjam jam untuk transportasi pulang pergi. Belum lagi bila menemukan kemacetan di perjalanan.
Tapi sayang sekali, walaupun kita berpacu dengan waktu, banyak orang entah sadar ataupun tidak menghabiskan waktunya untuk hal-hal tidak berguna. Bahkan terkadang justru merugikan diri sendiri dan orang lain. Antara lain:
Tidak Ada Orang Yang Tahu Berapa Tahun Jatah Untuk Dirinya
Tidak ada manusia yang tahu berapa jatah waktu yang sesungguhnya bagi dirinya. Karena kematian bisa mendatangi siapapun tanpa perlu minta izin dan tanpa memandang suku bangsa, budaya dan agama. Buktinya ada orang kaya yang meninggal dalam usia muda dan ada juga orang miskin yang meninggal. Bukti tak terbantahkan bahwa kita tidak tahu jatah sejati untuk diri kita dan orang lain.
Belum lagi gangguan kesehatan yang mengerogoti tubuh, baik secara phisik maupun batin atau malah kedua duanya. Tapi herannya cukup banyak orang yang duduk murung dan melamun berjam jam untuk sesuatu yang tidak jelas. Atau membiarkan dirinya hanyut dalam nostalgia masa lalu yang penuh berkelimpahan. Semakin orang terbelenggu oleh masa lalu, semakin tenggelam menjerumuskan dirinya masuk kejurang frustasi.
Time is Life
Waktu bukan hanya berarti uang, tapi lebih mendalam lagi, waktu adalah hidup. Setiap orang yang kehabisan waktu berarti tugasnya di dunia ini sudah selesai. Karena itu perlu kita sadar diri untuk mengisi setiap detik dari waktu yang diberikan kepada kita untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat. Baik bagi diri sendiri, maupun untuk keluarga dan orang banyak. Pengertian bermanfaat, tidak musti bermakna uang atau dalam bentuk materi.
Saling menyapa dan memberikan perhatian yang tulus, kita sudah mengisi hidup menjadi bermakna. Kita tidak mungkin dapat membagi bagi materi kepada semua orang, tapi yang dapat dilakukan adalah memberikan perhatian dan berupaya meringankan penderitaan orang lain, sesuai dengan kemampuan yang ada dalam diri kita.
Membayangkan Pensiun Duduk Dikursi Goyang? No,way!
Sebuah paradigma yang keliru, namun masih menjadi panutan banyak orang adalah:"bahwa pensiun berarti duduk santai dikursi goyang" Padahl pensiun adalah dari pekerjaan rutin yang dilakukan. Atas jasa pengabdian, maka perusahaan memberikan pensiun. Artinya walaupun tidak masuk kerja lagi, tapi tetap menerima gaji, sesuai dengan aturan yang berlaku di masing-masing perusahaan. Tapi jelas bahwa pensiun bukanlah berarti menghabiskan sisa hidup dengan makan tidur dan duduk di kursi goyang. Melamun tak tentu ujung pangkal, tanpa berusaha mengisi hidup dengan hal-hal yang bermanfaat.
Padahal pensiun justru memberikan kebebasan bagi diri kita untuk dapat berbuat lebih banyak untuk hal-hal yang bersifat sosial. Di samping memberikan keuntungan bagi diri kita, yakni jauh dari kepikunan dan kejenuhan hidup, sekaligus menjadikan hidup kita bermanfaat. Tidak hanya bagi diri sendiri dan keluarga, tapi juga untuk orang lain.
Seperti kata pribahasa: "The beauty of life not depend on how happy my life, but how happy the others, because of me" Bahwa keindahan hidup tidaklah semata-mata, betapa bahagianya hidup saya, tetapi seberapa banyak orang lain yang dapat berbahagia karena sesuatu yang saya lakukan."
Hidup adalah sebuah pilihan dan setiap orang berhak menentukan jalan hidupnya masing-masing. Tulisan ini hanya merupakan sebuah masukan yang diharapkan ada manfaatnya.
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews