Reaksi yang diperlihatkan ibu penggigit tangan Pak Polisi tersebut bukanlah reaksi wajar. Itu merupakan tanda dari salah satu jenis gangguan kejiwaan. Keawaman mayoritas kita akan ilmu jiwa membuat kita tidak mampu mencerna bahwa gangguan kejiwaan itu memiliki banyak sekali varian, juga tingkatannya.
Ketidaktahuan kitalah yang kemudian membuat kita jadi mencibir, "Gangguan jiwa kok bisa naik motor".
Gangguan jiwa tidak identik dengan orang gila yang sudah kehilangan akal sehat secara keseluruhan. Gangguan kejiwaan tidak identik dengan orang yang telanjang bulat berjalan di kerumunan orang banyak tanpa malu. Tidak pula dengan bicara sendiri padahal tidak ada mitra bicaranya.
Gangguan kejiwaan seperti ini dialami oleh sebagian dari sahabat dan saudara kita. Mudah sekali terpancing emosi dan defensif tanpa mampu mengendalikan diri. Ini berlangsung sesaat dan temporar. Karena itu, dibutuhkan orang-orang tercinta untuk mendampingi dan menyayanginya.
[embed]https://www.youtube.com/watch?v=jcmVKdHOaz0[/embed]
Bukan malah memposisikan mereka sebagai kaum yang "gila". Inilah yang membuat mengapa orang-orang ini susah sekali disembuhkan. Alih-alih menjadi sahabat yang baik, malah kita memasang diri membuat orang lain menjadi gila.
Kita akan merinding jika mendengar pengakuan langsung yang diutarakan oleh para penderitanya, jika kita mampu bicara dari hati ke hati. Sebab, mereka menderita lahir batin akan keadaan tersebut. Hanya ada satu yang bisa kita ungkapkan, "Alhamdulillah, bukan saya yang mengalami. Semoga tidak ada anak turun yang tertimpa cobaan seberat ini".
Karena itu, berhentilah menghakimi. Toh, sudah diurus oleh pihak berwajib, yang sebaiknya juga bersikap bijaksana. Bagian mana yang merupakan tindak pidana, bagian mana yang dibutuhkan untuk diambil tindakan rehabilitasi.
Kita yang melihat sebaiknya turut mendoakan yang baik buat ibu tersebut. Dikhawatirkan jika malah sibuk membully, mencaci maki, menghina dan melaknat serta menyebarluaskan, hal ini akan menjadi dosa sosial bagi kita secara berjamaah. Jatuhnya, bukan lagi ghibah melainkan sudah masuk pada ranah fitnah.
Bukankah di atas hukum ada kemanusiaan? Mari kita senantiasa tidak lelah untuk memanusiakan manusia.
Perlu dicatat, kasus yang menyebabkan si Ibu over reaktif ternyata dipicu oleh perkara yang sangat urgent, yakni kios/toko tempat si ibu mencari nafkah kebakaran di Matahari Mall Kudus. Jadi, beliau sangat panik.
Bisa jadi karena sifat tersebut di atas, beliau jadi kelupaan membawa surat penting dan juga helm. Kemudian ketika ditilang, beliau tidak mampu menjelaskan, maka terjadilah tragedi tersebut.
Semoga penjelasan ini bermanfaat.
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews