Bagusnya sih emang Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan harus dirapatkan dengan Presiden Jokowi kemana mana, biar tau kelakuan Anies 'kan. Dalam politik Indonesia gesture dalam berbicara itu sudah menunjukkan posisi, bahkan dalam sopan santun ala timur gesture itu sangat berpengaruh.
Dalam Psikologi kekuasaan gesture tubuh adalah menunjukkan sikap hormat pada seseorang yang secara kuasa lebih tinggi.
Namun dalam kasus Anies, saat ini adalah dia-lah satu satunya orang di luar Prabowo Subianto yang secara potensial secara politis berhadapan dengan Jokowi dalam pertarungan Pilpres 2019.
Pesan yang disampaikan dalam gesture ini adalah sikap Anies yang sejajar dengan Jokowi, bahwa dia adalah pesaing yang sepadan terhadap Jokowi sementara lihat gesture tubuh Menpora yang bersikap tidak seperti Anies.
Ini biasa dalam pertarungan kekuasaan dan bisa dibaca sebagai sebuah bentuk narasi panggung yang ingin disampaikan,
Berbeda dengan Jokowi yang sikapnya selalu menghormat pada orang yang dianggap lebih, seperti mencium tangan, bahkan sikap ini ia tunjukkan pada Bibit Waluyo juga yang saat itu berseteru dengannya. Ia terus menunduk, dengan SBY saat itu, bahkan Jokowi mengangkat angkat gong besar dan ditepukin banyak orang.
[irp posts="10917" name="Apakah Politik Penzoliman" Akan Melambungkan Nama Anies?"]
Anies berusaha menjadi antitesis Jokowi, tapi ada satu kekurangan Anies ia tidak punya popularitas yang menyamai Jokowi di tingkat massa. Jadi ketika Jokowi dan Anies dipasang bareng terus dalam satu frame pemberitaan, bisa saja rating Anies akan kurang karena berhadapan dengan popularitas Jokowi.
Foto di atas ini saja secara perlahan mengurangi popularitas Anies. Jadi rupa rupanya pertarungan politik sekarang dilakukan dengan sangat senyap dan berbentuk interaksi panggung, beda dengan di masa Pilkada Ahok panggung politik adalah "panggung statement" siapa yang memenangkan opini atas statement dialah yang menang...
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews