Dua orang teman dari 2 kubu yang berbeda baru saja saya un-friend dari Facebook, alasannya sangat sederhana, mereka sama-sama "TERLALU".
Saya tidak merasa menyesal sedikitpun memutuskan pertemanan dengan mereka berdua. Sudah beberapa lama saya pantau status-status mereka tetapi mereka berdua benar-benar telah kehilangan akal sehat.
Yang satu "terlalu" membenci membabi buta, yang satu lagi "terlalu" mendukung membabi buta.
Mereka ber-2 kan sama-sama manusia tetapi mengapa mereka berubah menjadi ****? Buta lagi. Alasannya adalah karena mereka telah kehilangan akal sehat. Akal mereka sudah kritis dan perlu dilarikan ke ICU. Kalau tidak, bisa makin gawat.
Sahabat-sahabatku yang Budiman! Kata-kata di atas adalah salah satu status dalam Facebook saya pada, 15 Mei 2017 yang silam, ketika Ahok-Djarot bertarung melawan Anies-Sandi untuk merebut kursi DKI-1.
Ketika itu pendukung fanatik dari 2 kubu melakukan "perang" komentar di media sosial. Saling menghujat dan merendahkan kubu lawan dengan kata-kata yang tidak senonoh dan menyanjung dan meninggikan kubu sendiri dengan mereka-reka kabar yang berlebihan yang kebenarannya tidak dapat dipertanggungjawabkan.
[caption id="attachment_11267" align="alignleft" width="467"] Pilkada Taput (Foto" Patrolinews.com)[/caption]
Hal yang sama juga sekarang sedang terjadi di Kabupaten saya Tapanuli Utara. Hal tersebut dapat dipantau langsung di grup Facebook "Tapanuli Okey" dan " MTU-1". Saya pikir hal ini sudah sangat serius dan tidak boleh dibiarkan berlarut-larut.
Pendukung Nikson-Sarlandy dan pasangan JTP-Frengky saling menghujat satu sama lain dengan kata-kata kotor tak bermartabat. Kedua kubu saling membongkar aib pasangan lawan dan sangat jarang adu program. Mereka mengabaikan hubungan kekerabatan yang sangat erat dalam suku Batak hanya demi calon mereka dukung.
Tak jarang mereka mengabaikan falsafah "Dalihan na Tolu: Somba marhula-hula, manat mardongan tubu dan elek marboru". Yang berkeluarga, berkerabat dekat, saudara semarga dsb. rela mengorbankan semuanya itu hanya karena perbedaan pilihan. Bahkan mereka juga tak jarang mengabaikan nilai-nilai keagamaan.
[irp posts="4841" name="Pengakuan Bondan Winarno di Facebook sebelum Meninggal"]
Sebenarnya periode ini ada 3 pasangan calon pada Pilkada Taput. mereka adalah: Paslon Drs. Nikson Nababan, M.Si - Sarlandy Hutabarat, SH (nomor urut 1), Taripar Hutabarat - Frengki Simanjuntak (nomor urut 2) dan Paslon Chrismanto Tobing - Hotman Hutasoit (nomor urut 3)
Tetapi hubungan yang memanas adalah antara Paslon nomor urut 1 dan 2, yang dianggap sebagai pasangan terkuat dan memiliki rivalitas. Sedangkan Paslon nomor urut 3 cenderung menjauhi facebook dan memilih "diam".
Sahabat-sahabatku yang budiman!
Berapa seringkah kita bermaksud mendukung seseorang tetapi kita justru menjatuhkannya? Kita menyanjung calon pilihan kita dan merendahkan kubu lawan dengan kata-kata kotor?
Tahukah Anda ketika Anda merendahkan kubu lawan dengan mengabaikan etika dan norma berarti Anda juga telah ikut menjatuhkan pasangan calon yang Anda dukung?
Terkadang juga ada yang mereka-reka suatu cerita yang tidak benar sebagai propaganda, ada yang menjawab makian lawan dengan makian yang tak kalah "gila"-nya, dan tak jarang ada menyamakan calon yang didukungnya seakan-akan sama dengan TUHAN, bahkan mencintainya lebih dari TUHAN.
Ini namanya bukan mendukung tetapi menjatuhkan. Orang yang kita dukung tersebut adalah manusia biasa dan sama sekali tidak ingin disamakan dengan TUHAN. Tidak ingin dipropaganda dengan berita bohong sekalipun itu seakan-akan meninggikan dirinya.
Mereka hanya ingin didukung dengan benar dalam doa dan usaha yang benar.
Mari mendukung dengan benar-benar dan benar-benar mendukung bukan menjatuhkan!
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews