Setelah Persija Menang, Anies Dihadang, Ara Minta Maaf, Lalu Apa Lagi?

Sabtu, 24 Februari 2018 | 11:57 WIB
0
484
Setelah Persija Menang, Anies Dihadang, Ara Minta Maaf, Lalu Apa Lagi?

Kemenangan Telak 3-0 Persija FC atas Bali United FC pada perhelatan Piala Presiden 2018 lalu masih menyisakan kegembiraan bagi warga Jakarta penyuka Club Sepakbola dengan ciri khas warna otanye ini, terlebih Jackmania sebutan salah satu pendukung klub sepak bola Persija ini bahkan beramai ramai mengarak tim pemenang Persija ke Balaikota DKI Jakarta, tempat di mana Gubernur DKI Anies Rasyid Baswedan menjalankan aktivitas sehari harinya sebagai pemimpin warga Jakarta.

Perhelatan Piala Presiden inipun sempat diciderai oleh aksi anarkis oknum suporter yang merusak sebagian fasilitas di Stadion GBK dan seperti yang kita ketahui bersama, linimasa di dunia maya maupun di pemberitaan media-media beberapa hari terakhir, justru menyoroti penghadangan Gubernur DKI Jakarta oleh sejumlah personil Paspampres saat akan mendampingi Presiden Joko Widodo untuk Menyerahkan Piala dan menyalami para pemain Persija.

Peristiwa ini mengundang reaksi beragam dari netizen. Saya sendiri bahkan merasakan tensi di laman Facebook sempat menghangat, pro-kontra diluapkan melalui celaan sarkas kepada Gubernur Anies, ada juga celaan sarkas kepada Presiden Jokowi, ada yang protes atas insiden tersebut, bahkan beberapa dia ntaranya mengkait-kaitkan insiden dengan analisa analisa politik kekininian.

Pada tulisan sebelumnya yang berjudul Tetaplah Sabar Pak Anies saya menjabarkan opini pribadi saya, terkait kenapa insiden penghadangan tersebut bisa terjadi, di akhir tulisan pun saya membuat kesimpulan bahwa kesalahan sepenuhnya ada di panitia acara, bukan di Presiden, bukan di Gubernur DKI, bukan pula di Paspampres, mereka semua adalah undangan/tamu, bukan pelaksana. Intinya panitia acara menciptakan kesalahan fatal, dan kesalahn tersebut bisa dikatakan mempermalukan Presiden Jokowi, mempermalukan Gubernur dan juga mempermalukan Paspampres.

[irp posts="10747" name="Video Dicegah Paspampres Viral, Kemenangan Kecil Anies atas Jokowi"]

Tak lama setelah tulisan saya di artikel sebelumnya saya publish, Maruarar Sirait menyatakan minta maaf kepada Presiden Jokowi dan Gubernur Anies atas insiden yang sudah terjadi, dan menyatakan dirinya yang paling bertanggung jawab dan patut untuk pipersalahkan, Bang Ara sapaan akrab Maruarar Sirait mengaku bersalah.

Maruarar Sirait Minta Maaf

Bisa jadi ternyata analisa aaya sebelumnya benar, Sterring Comitte lah yang paling berdosa, hehehe …

Namun saya tertarik dengan beberapa opini netizen di lini masa terkait insiden tersebut, berikut adalah kutipan komentar-komentar netizen, beberapa di antarnya juga me-reshare akun fanpage buzzer-buzzer politik

 

 

  • Persija Bukan milik Pemprov, Persija itu milik Pengusaha Bali asal Surabaya, jadi gubernur selaku perwakilan pemprov ga punya keterkaitan dengan Klub, jadi gak bisa ikut2 turun ke lapangan untuk mengucapkan selamat bersama Presiden, cukup duduk saja di Tribun

 

 

  • Piala Presiden itu event Presiden, ya wajar klo Presiden yang menyerahkan Piala, bukan Gubernur, karena bukan Piala Gubernur

 

 

  • Masih mending Gubernur dihadang paspampres buat turun ke lapangan, daripada Penghadangan Jenazah gaboleh disholatin karena memilih Pak Ahok

 

 

  • Pak Ahok boleh turun ke lapangan waktu Piala Presiden pertama, karena Persija gak menang

 

 

  • Pak Anies dihadang paspampres, karena Paspampres ikuti Arahan MC Acara

 

 

  • GBK itu wilayahnya setneg, Protokoler yang bertanggung jawab Ya Setneg dan paspampres sebagai Tuan Rumah

 

 

Berikut tadi beberapa kutipan komentar komentar sebagian netizen, saya tertarik untuk mencoba memberikan argumentasi pribadi saya terhadap komentar komentar diatas, mencoba meluruskan dengan opini versi saya apakah komentar diatas relevan dengan apa yang sebetulnya terjadi dibalik insiden tersebut

 

 

  • Saya pribadi belum mendapatkan informasi / sumber pasti Mengenai Komposisi kepemilikan Saham dari Klub Persija, jadi saya belum bisa mengkomentari soal Dominasi Kepemilikan Klub ini ada pada Siapa, Namun terkait posisi Kepengurusan Persija, yang saya tau adalah bahwa Presiden Klub tetap dipegang oleh Bpk Ferry Paulus, sedangkan Pak Gede widhiade menjabat sebagai Direktur Utama Klub sejak Bulan Maret 2017 setelah menyuntik dana sebesar kurang lebih 30 Milyar pada saat itu sebagai modal awal Persija. Lalu dimana posisi Pemprov DKI ??? yaaaa, posisi pemprov DKI dalam hal ini Gubernur DKI Jakarta Bpk Anies Rasyid Baswedan adalah sebagai salah satu Dewan Pembina Klub, Bersama dengan Sekdaprov DKI Jakarta dan Wakapolri, Artinya apa ?? tidak ada relevansi terkait Dilarangnya Gubernur Anies mendampingi Presiden untuk menyerahkan Piala Presiden.

 

 

  • Piala Presiden adalah event non Kenegaraan, tidak disuplai APBN secara langsung, pengelolaan event ada pada Steering Comittee yang di Komando langsung oleh Maruarar Sirait bersama dengan Mahaka Group milik Pengusaha Erick Tohir, jadi sebetulnya klo itung itungan Materi, ya Presiden sama Gubernur, sama-sama ndak keluar duit untuk event ini, kecuali ada sumbangan sumbangan lain seperti tambahan hadiah dll, Mengenai penyerahan Piala ya Memang Presiden lah yang didapuk oleh Panitia untuk Menyerahkan Piala, namanya juga Piala Presiden, Gubernur itu hanya Mendampingi Pak Presiden selaku atasannya, ingat Hanya Mendampingi …

 

 

  • Argument di Nomor tiga ini kok RASIS, asli RASIS, gak ada relevansi sama sekali dgn substansi Persoalan, Dari sepak bola kok di kait-kaitkan sama Urusan Sholat Jenazah segala, lagipula apakah memang Insiden Sholat jenazah itu Real ?? ato Hoax ?? Hoax karena tendensi Pilihan Politik pada saat pilkada DKI Tahun lalu ??? duh … miris, jaka Sembung … !@43sda

 

 

  • Argumen nomor 4 juga gaada relevansi sama sekali, Gak ADA !!!! Pak Ahok pada saat itu masih sebagai Gubernur DKI  Justru mendampingi Presiden JOKOWI bersama-sama dengan Walikota Bandung Pak Ridwan Kamil saat penyerahan Piala dan Hadiah serta Memberikan ucapan Selamat kepada Pemenangnya, karena Pak Ahok merasa itu kewajiban dirinya sebagai Bawahan Presiden untuk mendampingi Atasannya, Naaaah dalam Insiden Piala Presiden 2018 ini justru kenapa Gubernur DKI Jakarta Pak Anies tidak diikut sertakan oleh Panitia Acara sebagai Pejabat yang ikut serta turun kelapangan Mendampingi Presiden ? Kenapa ??

 

 

  • Betul, Paspampres tidak salah, karena Paspampres mengikuti Daftar Orang orang yang sudah ditentukan oleh Panitia untuk mendampingi Presiden, lagi2 dalam argumen ini, jelas Panitia yang paling bersalah dan bertanggung jawab, karena mengakibatkan pejabat Tuan Rumah yakni Gubernur DKI Jakarta dipermalukan didepan Publik karena ditolak Paspampres

 

 

  • SUGBK adalah Asset Pemerintah Pusat, dalam Hal ini supervisi Penglolaannya langsung di lakukan oleh Setneg RI dan berstatus sebagai BLU (Badan Layanan Umum), Jelas ini adalah Struktur Fundamental  SUGBK sebagai Herritage Asset Bangsa, Lalu apa Kaitannya dengan Pemprov ? Jelas saja, SUGBK berdiri di wilayah administrasi DKI Jakarta, yakni Kelurahan Senayan, Kebayoran Baru, tidak ada kaitannnya dengan Protokoler, karena Protokoler berlaku Saat Presiden RI hadir ditempat ini,  klo tidak ada Presiden RI, protokoler yang tidak ikut ikut mengurusi Acara di SUGBK secara langsung, Jadi tataran teknis Acara-acara yang berlangsung di SUGBK ya penyelenggara acara itu sendiri. Lalu Apa yang dimaksud sebagai Tuan Rumah ?? dalam event Piala Presiden Kemarin, Bapak Anies selaku Gubernur DKI Jakarta adalah Pejabat Tertinggi yang mewakili Tuan Rumah dalam Hal ini pemprov DKI, karena Letak Geografis / Letak Administrasinya ada di Pemprov DKI,  Istana Negara pun secara geografis dan Administratif, ya Berada di Wilayah DKI Jakarta, dan yang paling berkuasa dalam Manajerial Piala Presiden ya ada di Stering Comitee, bukan di Paspampres, karena Domain Jobdesk Paspampres ada pada Pengamanan Standar kepada Presiden, Sedangkan Steering Comitee adalah Pelaksana Teknis Acara, Intinya Paspampres dan Sterring Comitte berbeda konteks Jobdesknya, meskipun pada praktek dilapangan, semua stakeholder saling berkaitan / berkolaborasi agar jobdesk masing masing berjalan sesuai prosedur.

 

 

Jadi kesimpulannya, enam argumen netizen di atas yang sudah saya coba luruskan, sama sekali tidak menyentuh persoalan insiden penghadangan. Keenam argumen tersebut juga tidak ada yang substansial dengan persoalan, alias meluber kemana-mana, dan lebih sarat dengan sikap/tendensi ketidaksukaan pada figur seorang Anies Baswedan.

Seperti yang sudah saya tulis di artikel saya yang sebelumnya, bahwa persoalan penghadangan Gubernur Anies adalah persoalan teknis, kesalahan teknis yang berakibat fatal, karena dianggap mempermalukan dua pejabat negara, terlebih hal ini memungkinkan berdampak pada citra presiden Jokowi (Penghadangan Anies, Ciderai Image Presiden Jokowi).

Pada akhirnya Maruarar Sirait selaku Ketua Panitia acara atau Steering Comittee pun mengakui, kesalahan ada pada dirinya dan panita yang dia pimpin, lalu berujung pada permintaan maaf.

Clear, kan!?

 

Jakarta, 20 Februari 2018, *OMW*

***

Editor: Pepih Nugraha