Kemenangan Telak 3-0 Persija FC atas Bali United FC pada perhelatan Piala Presiden 2018 lalu masih menyisakan kegembiraan bagi warga Jakarta penyuka Club Sepakbola dengan ciri khas warna otanye ini, terlebih Jackmania sebutan salah satu pendukung klub sepak bola Persija ini bahkan beramai ramai mengarak tim pemenang Persija ke Balaikota DKI Jakarta, tempat di mana Gubernur DKI Anies Rasyid Baswedan menjalankan aktivitas sehari harinya sebagai pemimpin warga Jakarta.
Perhelatan Piala Presiden inipun sempat diciderai oleh aksi anarkis oknum suporter yang merusak sebagian fasilitas di Stadion GBK dan seperti yang kita ketahui bersama, linimasa di dunia maya maupun di pemberitaan media-media beberapa hari terakhir, justru menyoroti penghadangan Gubernur DKI Jakarta oleh sejumlah personil Paspampres saat akan mendampingi Presiden Joko Widodo untuk Menyerahkan Piala dan menyalami para pemain Persija.
Peristiwa ini mengundang reaksi beragam dari netizen. Saya sendiri bahkan merasakan tensi di laman Facebook sempat menghangat, pro-kontra diluapkan melalui celaan sarkas kepada Gubernur Anies, ada juga celaan sarkas kepada Presiden Jokowi, ada yang protes atas insiden tersebut, bahkan beberapa dia ntaranya mengkait-kaitkan insiden dengan analisa analisa politik kekininian.
Pada tulisan sebelumnya yang berjudul Tetaplah Sabar Pak Anies saya menjabarkan opini pribadi saya, terkait kenapa insiden penghadangan tersebut bisa terjadi, di akhir tulisan pun saya membuat kesimpulan bahwa kesalahan sepenuhnya ada di panitia acara, bukan di Presiden, bukan di Gubernur DKI, bukan pula di Paspampres, mereka semua adalah undangan/tamu, bukan pelaksana. Intinya panitia acara menciptakan kesalahan fatal, dan kesalahn tersebut bisa dikatakan mempermalukan Presiden Jokowi, mempermalukan Gubernur dan juga mempermalukan Paspampres.
[irp posts="10747" name="Video Dicegah Paspampres Viral, Kemenangan Kecil Anies atas Jokowi"]
Tak lama setelah tulisan saya di artikel sebelumnya saya publish, Maruarar Sirait menyatakan minta maaf kepada Presiden Jokowi dan Gubernur Anies atas insiden yang sudah terjadi, dan menyatakan dirinya yang paling bertanggung jawab dan patut untuk pipersalahkan, Bang Ara sapaan akrab Maruarar Sirait mengaku bersalah.
Bisa jadi ternyata analisa aaya sebelumnya benar, Sterring Comitte lah yang paling berdosa, hehehe …
Namun saya tertarik dengan beberapa opini netizen di lini masa terkait insiden tersebut, berikut adalah kutipan komentar-komentar netizen, beberapa di antarnya juga me-reshare akun fanpage buzzer-buzzer politik
Berikut tadi beberapa kutipan komentar komentar sebagian netizen, saya tertarik untuk mencoba memberikan argumentasi pribadi saya terhadap komentar komentar diatas, mencoba meluruskan dengan opini versi saya apakah komentar diatas relevan dengan apa yang sebetulnya terjadi dibalik insiden tersebut
Jadi kesimpulannya, enam argumen netizen di atas yang sudah saya coba luruskan, sama sekali tidak menyentuh persoalan insiden penghadangan. Keenam argumen tersebut juga tidak ada yang substansial dengan persoalan, alias meluber kemana-mana, dan lebih sarat dengan sikap/tendensi ketidaksukaan pada figur seorang Anies Baswedan.
Seperti yang sudah saya tulis di artikel saya yang sebelumnya, bahwa persoalan penghadangan Gubernur Anies adalah persoalan teknis, kesalahan teknis yang berakibat fatal, karena dianggap mempermalukan dua pejabat negara, terlebih hal ini memungkinkan berdampak pada citra presiden Jokowi (Penghadangan Anies, Ciderai Image Presiden Jokowi).
Pada akhirnya Maruarar Sirait selaku Ketua Panitia acara atau Steering Comittee pun mengakui, kesalahan ada pada dirinya dan panita yang dia pimpin, lalu berujung pada permintaan maaf.
Clear, kan!?
Jakarta, 20 Februari 2018, *OMW*
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews