Maruarar Minta Maaf, "Iki" Dadaku "Endi" Dadamu!?

Selasa, 20 Februari 2018 | 09:42 WIB
0
488
Maruarar Minta Maaf, "Iki" Dadaku "Endi" Dadamu!?

Ara, mengapa kau harus menanggung lara?

Muruarar Sirait atau yang dikenal Ara adalah kader partai PDIP, termasuk dari sedikit kader partai yang menunjukkan kedewasaan atau kesantunan dalam politik. Ia rela tidak menjadi menteri demi menjaga nama baik Presiden dan nama baik ketua umum PDIP, yaitu Ibu Megawati Soekarnoputri. Ara tidak ingin menimbulkan kegaduhan politik, biarlah itu menjadi pelajaran bagi dirinya sendiri.

Ara yang juga peduli dalam dunia olah raga, yaitu dunia sepak bola, dan ia juga sudah dua kali menjadi panitia Piala Presiden. Dari tahun ke tahun Piala Presiden ada kemajuan, yaitu klub-klub peserta turnamen yang pemainnya bagus, tidak ada keributan di lapangan,seperti mengejar-ngejar wasit atau main fisik, stadion atau lapangan sepak bola yang semakin bagus dan layak.

Bahkan, banyak pemain asing yang bagus mainya dalam Piala Presiden dan Piala Presiden tahun ini klub-klub peserta turnamen juga menunjukan peningkatan kualitas di lapangan Seperti Bali United, Persija, PSMS Medan, Sriwijaya FC, dan Arema.

Praktis Piala Presiden bisa dibilang sukses tidak ada kejadian-kejadian kontroversi ditengah lapangan dan tidak ada kegaduhan di tengah lapangan, yang suka pemain mengejar-ngejar wasit karena protes, bahkan dalam laga final antara Persija lawan Bali United, kita bisa menyaksikan pertandingan yang menarik dan gol-gol tercipta dengan indahnya.

[irp posts="10747" name="Video Dicegah Paspampres Viral, Kemenangan Kecil Anies atas Jokowi"]

Tetapi di akhir episode Piala Presiden atau waktu penyerahan Piala Presiden ada sedikit ensiden, yaitu dihalanginya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan oleh Paspampres yang ingin ikut mendampingi penyerahan Piala Presiden.

Inilah yang menimbulkan kegaduhan setelah Piala Presiden berakhir karena ada seseorang yang mengunggah di Youtubem dan menjadi konsumsi di jagad media sosial. Semua memberi komentar atas insiden atau kejadian tersebut dengan segala argumennya.

Masyarakat bukan berkomentar tentang laga final yang menarik dan gol-gol yang indah, antara Persija lawan Bali United, tetapi masyarakat lebih suka menikmati kegaduhan yang diluar lapangan, yaitu tidak diijinkan Gubernur Anies Baswedan turun ke lapangan untuk mendamping Presiden Joko Widodo menyerahkan Piala Presiden.

Olah raga kalau dicampur politik pasti kacau dan rusak dan buktinya baru saja di Piala Presiden. Politik dicampur agama juga kacau dan rusak, buktinya pilkada DKI.

Olah raga sepak bola adalah digemari di seluruh dunia, bahkan olah raga ini bisa menyatukan perbedaan politik di negara yang sedang dilanda konflik atau perang, sepak bola bisa menjadi obat stress di negara yang dilanda perang, bahkan bisa menghentikan perang sejenak karena ingin menonton pertandingan bola tadi seperti konflik atau perang, di Irak, Suriah, Libya dan Yaman. Begitu hebatnya olah raga sepak bola bisa meredakan ketegangan dan konflik bisa menyatukan masyarakat dari segala perbedaan.

Tetapi tidak berlaku di Indonesia tercinta, olah raga sepak bola dimasuki olek kepentingan-kepentingan politik dan menimbulkan kegaduhan dan komentar-komentar karena memang tahun ini tahun politik, jadi segala sesuatunya bisa dinilai dari sudut pandang politik, hanya karena tidak di ikutkan penyerahan dalam Piala Presiden, dunia medsos ramai dan gaduh.

Ini terjadi karena antara Presiden Joko Widodo dan Gubernur Anies Baswedan adalah dulunya satu tim di mana Anies menjadi menteri atau bawahan Presiden, tetapi setelah diberhentikan oleh Presiden dan mencalonkan guberbur DKI,A nies Baswedan akhirnya terpilih dan menjadi Gubernur DKI.

Inilah yang selalu dikait-kaitkan dalam dunia politik, olah raga yang seharusnya jauh dari dunia politik menjadi ajang politik gara-gara tidak bisa ikut dalam penyerahan Piala Presiden.

Ada yang komentar ini akan menurunkan elaktabilas Joko Widodo dan ini malah akan menaikan elektabilias Anies, semua dinilai dari sisi panggung politik.

Akhirnya sebagai bentuk tanggung jawab sebagai panitia Piala Presiden, Ara menyampaikan permintaan maaf dan semua 100% kesalahannya atas insiden itu ia juga menyampaikan permintaan maaf langsung kepada Gubernur Anies.

Permintaan maaf ini sebagai bentuk tanggung jawab untuk mengakhiri perdebatan-perdebatan yang tidak perlu, Ara tidak ingin masyarakat menyalahkan Paspampres dan Presiden. Ara ingin menjadi pelindung atau bemper Presiden.

Seperti ingin berucap "iki dadaku endi dadamu", inilah bentuk tanggung jawab Ara.

***

Editor: Pepih Nugraha