Naik Naik ke Puncak Gunung Kerinci, Tinggi Tinggi Sekali....

Sabtu, 17 Februari 2018 | 22:41 WIB
0
609
Naik Naik ke Puncak Gunung Kerinci, Tinggi Tinggi Sekali....

Selama manusia masih hidup dia belum selesai dengan dirinya. Agak membingungkan kalau ada yang bilang, si Fulan cocok untuk memimpin lembaga anu karena dia telah selesai dengan dirinya. Manusia selesai dengan dirinya setelah dia meninggalkan dunia fana ini.

Makanya gelar pahlawan disematkan biasanya setelah tokoh itu wafat. Kalau dia masih hidup, bisa saja tiba-tiba prinsip hidupnya berubah. Gelarnya bisa dicopot, dan itu sudah pernah terjadi. Nama jalan atau atau tempat-tempat penting lainnya disematkan nama para pahlawan yang telah wafat. Dijamin tidak akan berubah gelar kepahlawanannya.

Kurang apa ngetopnya Bung Karno pada zamannya. Namanya terukir di tempat yang tinggi, nampaknya hampir mustahil turun ke bumi sampai akhir hayatnya. Proyek mercusuar stadion olah raga yang dibangun sejak 1958 yang kemudian dikenal sebagai Gelora Ganefo bisa saja diberi nama Gelora Bung Karno, dijamin nggak bakal ada yang protes. Tapi Bung Karno atau pejabat lainnya tidak sampai kepikiran menamakan Gelora Bung Karno.

Pada masa Orde Baru, berganti menjadi Gelora Senayan. Bukan hanya ingin menghilangkan peran Bung Karno yang sudah wafat. Jangankan menamakan Bung Karno untuk sebuah gedung, buat memasang foto Bung Karno saja pada waktu itu nggak ada yang berani.

Tapi pahlawan nggak bakal ketuker. Pemerintahan Gus Dur sejak 2001 mengubah namanya menjadi Gelora Bung Karno. Sebelumnya, tahun 1985 nama Bung Karno juga disematkan untuk nama Bandara. Bandara Soekarno-Hatta.

Pada Era SBY ,dua ruas jalan di Merdeka Utara yang diusulkan diganti menjadi jalan Bung Karno dan jalan Hatta agak lumayan ribet, sampai dibentuk tim 17. Pasalnya, kalau ada jalan Bung Karno, kenapa tidak ada jalan Soeharto? Keduanya sudah wafat. Soeharto kan bergelar Bapak Pembangunan.

Karena banyak penolakan nama Soeharto untuk nama jalan, walhasil nama kedua mantan presiden itu batal jadi nama jalan. Sampai sekarang Soeharto yang sudah berkuasa selama 32 tahun belum kebagian namanya disematkan di tempat apa pun

Belum lama ini entah bagaimana ceritanya, para pegiat parawisata Sumatera Barat dan Sekber Pendakian Kerinci Solok Selatan mengusulkan pemberian nama puncak gunung Kerinci dengan nama Joko Widodo. Usulan itu diamini oleh anggota DPRD Sumbar, Irwan Afriadi.

Alasannya, sebagai bentuk apresiasi kepada presiden Joko Widodo pada waktu acara HPN yang telah mempromosikan Sumatera Barat. Selain itu, Jokowi juga tercatat pernah melakukan pendakian Kerinci pada tahun 1983.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Seksi Pengelolaan Strategis dan Destinasi Kepariwisataan, Dinas Kebudayaan dan Kebudayaan Solok Selatan, mengusulkan nama Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Siti Nurbaya akan disematkan namanya untuk tempat perkemahan terakhir dengan ketinggian 3.200 mdpl dengan nama Camping Siti Nurbaya. Alasannya, sebagai apresiasi atas besarnya perhatian menteri untuk pembukaan jalur tersebut.

[irp posts="10615" name="Inilah Penampakan Kantor Kepresidenan untuk Jokowi Kerja di Papua"]

Apapun ceritanya, walaupun puncak Kerinci bukan jalan raya yang dilalui oleh banyak orang, tetap saja usulan tersebut menuai pro dan kontra. Supaya tulisan ini tidak kepanjangan, silakan baca sendiri pro dan kontra yang kebanyakan kontra.

Kalau dipikir-pikir usulan itu terkesan tergesa-gesa. Ditambah lagi, Pak Jokowi akan nyaprres lagi. Jadi usulan itu terkesan politis.

Kalau dipikir-pikir lagi, bukankah memang tugas Presiden beserta para menteri mempromosikan Provinsi di wilayah NKRI ini. Jadi apapun yang dilakukan oleh Presiden dan menteri untuk urusan wisata adalah memang tugas beliu-beliau. Segala perhatian, kebaikan, sumbangan ini-itu dibayai oleh negara. Apalagi Dinas pariswata daerah yang ingin mengapresiasi atasannya dengan memahatkan nama terkesan gimanaaaa gitu.

Jika jadi nama Joko Widodo dipahat di puncak Kerinci, berarti nama Jokowi berada di puncak yang lumayan tinggi, nggak bakal ada capres yang bisa nyaingin.

Repotnya, kalau ada yang protes, mau mencopot, naik aje sendiri ke puncak Kerinci. Gempor gempor lu….

Foto : Expresnews.com.

17022018

***

Editor: Pepih Nugraha