Dari berbagai jenis burung nampaknya hanya merpati yang tidak pernah ingkar janji. Mira W, penulis novel laris mengabadikannya dalam sebuah novel berjudul Merpati Tak Pernah Ingkar Janji. Tahun 1986 novel itu dijadikan film dengan judul yang sama.
Merpati bukan cuma penganut paham “home sweet home,” tapi juga setia pada satu pasangan. Berbeda dengan burung jantan lain yang bisa menclok di punggung sembarang betina, sensor di hidung Merpati bukan hanya dapat mencium bau rumah dari jarak yang jauh, tapi juga dapat mencium aroma kekasih tercinta dengan tingkat akurasi nyaris seratus persen.
Merpati tak pernah ingkar janji. Bagi Merpati janji adalah utang yang harus dilunasi, apa pun risikonya. Demi janji , Merpati rela diselepet, di-bully, dicaci. Bukan karena takut dihajar balik oleh jejak digital, tapi demi janji itu sendiri.
Berbeda dengan burung lain. Janji bagi burung kebanyakan hanya kicauan yang tak bermakna. Bisa ditepati bisa juga tidak. Bukan hanya bisa seenaknya tidak menepati janji, bahkan burung kebanyakan bisa ngetawain merpati yang sok menetapi janji.” Hari geneeee masih menetapi janji. Hihihihihihi…”
Kalau misalnya hari ini burung kebanyakan berkicau, “Mengeritik bapak burung lebih indah dari bulu burung merak". Maka pada kesempatan lain mereka dengan entengnya akan mengatakan, “Mengeritik bapak burung adalah perbuatan kucing garong".
Kalau para lovers merpati menyodorkan jejak digital, dengan santai mereka akan bilang, “Ah, itu kan duluuuu. Burung merak sekarang sudah langka. Kucing garong dulu gemar makan ikan peda, sekarang selera makannya berbeda. Burung jadi menu utama mereka.
Maka tidak heran, pas lagi rame “Pilbarung,” pemilihan bapak burung, bertebaran sejumlah janji pencitraan.Misalnya,
“Burung tidak boleh merangkap jabatan menjadi kancil yang kerjanya cuma mencuri timun", "Akan dibangun dua puluh ribu Puskesbung, pusat kesehatan burung", dan Akan membuka sepuluh juta lapangan kerja".
Caranya, setiap burung minimal harus membawa biji-bijian untuk disebarkan ke seantero jagad. Sementara menunggu pohon tumbuh, makan saja apa yang ada, tidak boleh memakan barang impor dari manusia, kecuali mau menghabiskan sisa umur dalam sangkar.
Burung Merpati sudah lama dilarang ikut kontestasi Pilbarung. Alasannya, merpati sudah berkoalisi dengan manusia mengikuti kontes kecantikan burung dan lomba balap dengan iming-iming menclok di bokong betina pujaan hati. Sikap itu oleh para burung disebut sebagai bentuk radikalisme, intoleransi.
Padahal, sebenarnya para burung tidak mau tertular sifat tepat janji yang dianut oleh merpati. Lha, manusia saja sebagai mahluk yang paling mulia suka ingkar jani, masa binatang sebagai mahluk kelas dua harus menetapi janii?
13022018
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews