Sejuk di Ente Gerah di Ane, Keberpihakan Pers Ala Margiono

Senin, 12 Februari 2018 | 15:36 WIB
0
500
Sejuk di Ente Gerah di Ane, Keberpihakan Pers Ala Margiono

Menkominfo pernah mengatakan, ”Saat media sosial banyak memberitakan berita hoax atau tidak benar, maka masyarakat akan kembali kepada media mainstream.” Kalau masyarakat diminta menjadikan media mainstream (arus utama) sebagai rujukan tentu ada alasannya. Dalam melakukan pemberitaan media mainstream menerapkan standar jurnalisme yang bagus, disiplin verifikasi, dan berimbang sesuai fakta di lapangan.

Tapi, bagaimana praktik lapangannya? Coba perhatikan kaya apa kelakuan wartawan media mainstream ini!

Pernyataan dukungan Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Margiono kepada Presiden Joko Widodo untuk pilpres 2019 bukan sekedar becandaan. Semalam di acara talkshow CNN Indonesia dia mengulangi pernyataannya.

Awalnya dia bertanya makna “mokasi” yang ternyata bermakna terima kasih. Lalu dia pelesetkan mokasi menjadi pertanyaan, mokasi (mau kasih) apa buat Pak Jokowi? Kalau mau kasih, kasihlah suara.

Nampaknya Pak Margiono bangga sekali telah mengucapkan hal itu. Dia malah menambahkan ucapan lain dalam sambutannya di HPN 2018 Sumbar itu. Dia bilang, semoga Pak Jokowi bisa datang enam kali lagi di HPN tahun-tahun selanjutnya.

Paham maksudnya, kan? HPN dilaksanakan setahun sekali, berarti kalau berharap Pak Jokowi datang enam kali lagi, Pak Jokowi harus 2 priode.

Gayung bersambut. Pak Jokowi pun tak mau kalah. Dalam sambutan balasannya, Pak Jokowi mempromosikan Pak Margiono yang akan mengikuti Pilkada di Tulungagung. Kloplah. Ketum PWI mengajak warga Sumbar memberikan suara kepada Pak Jokowi, Pak Jokowi mempromosikan ketum PWI yang akan bertarung pada Pilkada Tulungagung.

Entahlah, apakah ini yang disebut sebagai perselingkuhan wartawan dengan penguasa?

Sebagai calon bupati Tulungagung, Pak Margiono bukan cuma dapat promosi gratis dari Presiden Jokowi. Walaupun telahdi dukung oleh 9 Parpol; PKB, Partai Demokrat, Partai Gerindra, Partai Golkar, Partai Hanura, PAN, PKS, PPP dan PBB, 10 Januari 2018 lalu sewaktu pendaftaran memboyong sejumlah ketua PWI. Di antaranya Ketua PWI Jawa Timur, Ketua PWI Banten, Ketua PWI Jawa Barat, Ketua PWI Lampung, Ketua PWI Aceh, Ketua PWI Sulawesi Selatan, Ketua PWI Sulawesi Tenggara, dan Ketua PWI Sulawesi Utara.

Kalau sejumlah ketua PWI sudah ngumpul kaya gitu, bisa dibayangkan kaya apa nanti isi pemberitaan kontestasi Pilkada Tulungagung.

Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran, Dadang Rahmat Hidayat –yang juga pernah menjabat sebagai Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dalam wawancaranya dengan kabar 24bisnis.com mengatakan, independensi media (mainstream) sudah layak dapat kartu kuning.

Jadi masyarakat pembaca media seperti maju kena mundur kena. Mundur kepentok berita hoax, maju digiring oleh media mainstream untuk mengikuti kemauan penguasa, kemauan satu kelompok, yang dibalut dengan pencitraan media sehat, media yang bikin sejuk.

Sejuk di ente, gerah di ane…

***

Editor: Pepih Nugraha