7 Langkah Praktis Atasi Darurat Gizi Buruk Cara Saya

Senin, 12 Februari 2018 | 11:17 WIB
0
670
7 Langkah Praktis Atasi Darurat Gizi Buruk Cara Saya

Mengatasi gizi buruk anak-anak yang hidup tersebar pada ribuan keluarga di berbagai wilayah Indonesia memang bukan perkara mudah. Gebrakan sesaat (snap shot) tak akan banyak berarti. Hanyalah dengan langkah sistemik yang tepat masalah ini bisa diatasi. Yang ada dalam pikiran saya, dalam situasi kritis ini, kita perlu lakukan beberapa hal berikut:

1. Segera buat aksi darurat, pemetaan sosial (social mapping) akurat untuk mengidentifikasi anak-anak rentan yang hidup dalam keluarga miskin (kantong-kantong kemiskinan) yang tersebar di seluruh Indonesia. Basis unit datanya adalah anak dan keluarga, bukan desa, kecamatan, apalagi kabupaten. Agregasi kantong-kantong kemiskinan dibangun dari data anak/keluarga miskin rawan gizi.

Libatkan berbagai tenaga ahli dan aktivis yang telah terbiasa menggeluti pemetaan data mikro kependudukan dan kesehatan. Libatkan juga tim ahli teknologi informasi untuk membangun geographical information system (GIS). Libatkan para "champions" (aktivis sosial) lokal yang memiliki kepedulian tinggi pada pendataan ini.

2. Setelah terdeteksi anak-anak rentan dalam keluarga miskin ini, bangun sistem "data-base komunitas" yang secara periodik diperbaharui datanya untuk memonitor perkembangan kondisi anak-anak rentan ini dari hari per hari. Pastikan ada jaringan komunikasi intensif berbasis IT pada komunitas rentan ini agar koordinasi dan monitoring dapat dilakukan secara baik. Libatkan perusahaan penyedia layanan internet untuk menyalurkan dana CSR.

3. Pada komunitas rentan ini, perlu segera dibangun sentra sentra kesehatan darurat yang dilengkapi dengan dapur gizi untuk melayani pelayanan kesehatan anak-anak rentan ini dan menyediakan makanan rutin. Pastikan tiap anak rentan yang terdata terlayani dari hari per hari. Buat data pelayanan agar anak-anak benar benar terlayani.

Pastikan pasokan obat-obatan dan makanan yang tepat, tersedia secara berkelanjutan. Sediakan petugas yang penuh dedikasi dan terampil. Libatkan "champions" dari masyarakat setempat yang kelak diharapkan dapat meneruskan program ini.

4. Buat sosialisasi intensif (edukasi) terkait langkah-langkah cerdas dalam mengatasi kerawanan gizi ini, dengan mengutamakan sasaran kelompok keluarga rentan. Pengetahuan tentang penanganan masalah gizi pada orangtua dan tokoh-tokoh komunitas di wilayah ini sangat penting.

5. Untuk memulai program jangka menengah, siapkan lahan komunitas dengan luasan yang cukup untuk membangun sentra-sentra kebun gizi sebagai tempat pusat pembelajaran ketahanan pangan komunitas. Buat percontohan bercocok tanam yang tepat guna (dengan bibit unggulan) sebagai sentra pembelajaran produksi bahan makanan komunitas.

Di tiap komunitas rentan perlu segera didorong program kemandirian gizi komunitas. Pastikan seluruh keluarga di wilayah rentan ini ikut terlibat dalam gerakan membangun kemandirian pangan keluarga komunitas. Program membangun "dapur mandiri" perlu dirancang agar tiap keluarga memiliki pasokan bahan makanan di sekitar rumahnya.

6. Selain lembaga-lembaga pemerintah lokal (sekolah, puskesmas dll), libatkan juga lembaga-lembaga adat dan lembaga sosial-keagamaan lokal dalam membangun gerakan ini. Alokasikan anggaran secara khusus dengan diawasi langsung penggunaanya oleh tim penanganan gizi darurat yang berintegritas. Libatkan partisipasi masyarakat dan dunia usaha dalam menggalang dana penyelamatan ini. Jangan hanya tergantung pada dana pemerintah karena biasanya ruwet dan menyebalkan. Dana harus dikelola secara transparan dan diawasi penggunaaanya secara ketat.

7. Buat evaluasi secara periodik terhadap program yang dijalankan. Jangan ragu buat perubahan bila diperlukan.

Bila anda setuju dengan pikiran ini, mohon kirim link ini kepada siapa saja yang anda anggap memiliki kemampuan untuk melaksanakannya.

Semoga berguna!

***

Editor: Pepih Nugraha