Tidak Usah Terjebak Istilah Normalisasi dan Naturalisasi!

Sabtu, 10 Februari 2018 | 05:00 WIB
0
485
Tidak Usah Terjebak Istilah Normalisasi dan Naturalisasi!

Kalau ada yang mengamalkan, “Kerja... kerja… kerja…” dia adalah Bapak Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)

Hujan bukan cuma banjir air, tapi juga banjir polemik. Dulu di era Ahok, tidak pernah terjadi bencana banjir karena kata banjir diganti dengan kata genangan.

Di tengah polemik banjir versus genangan, bapak Sutopo berkicau, "Tidak usah berpolemik istilah banjir atau genangan. Sebenarnya sama saja. Intinya itu merugikan masyarakat. Harus kita atasi bersama," cuit Pak Sutopo di akun Twitter @Sutopo_BNPB, Selasa 21 Februari 2017.

Sekarang di tengah bencana banjir, boro-boro pada prihatin, apalagi ikut membantu warga seperti yang dilakukan oleh ormas Islam yang dituduh radikal, malah pada ngeributin soal istilah normalisasi versus naturalisasi.

Lagi-lagi Bapak Sutopo gerah. Dia bilang, “Jangan terjebak naturalisasi dan normalisasi, yang penting aksi. “

Walaupun tidak teriak, “kerja…kerja..kerja…” di tengah hujan bully normalisasi dan naturalisasi, Pak Anies dan jajarannya tetap bekerja keras sampai mengurangi jatah tidurnya. Bedanya dengan gubernur terdahulu, kerja Anies minim sorotan camera tipi. Nggak ngaruhlah, yang penting kerja.

Sutopo menjelaskan, “Sebenarnya sama saja antara normalisasi dan naturalisasi. Normalisasi adalah mengembalikan sungai seperti awalnya melalui rekayasa sipil. Biasanya dengan talud, tanggul, dan upaya struktural lain. Tebing sungai ditalud agar tidak longsor dan debit penampang basah sungai lebih besar.”

Sedangkan naturalisasi, lanjut Sutopo, adalah pembenahan sungai dengan alamiah. Naturalisasi memperhatikan ekosistem dan lingkungan di mana tebing sungai tidak ditalud, melainkan ditanami pohon-pohon. Sungai yang ada harus dilebarkan dan dikeruk lebih dahulu.

Saya penasaran, saya mau bertanya pendapat Bang Rojak soal ribut-ribut normalisasi-naturalisasi, tapi dia nggak ada di rumah. Ketemu bang Rojali, tetangganya bang Rojak. Bang Rojali punya pendapat yang out of the box.

“Semakin banyak orang gila, makanye mereka perlu dinormalisasi supaya nggak musuhin ulama. Bukan cuma buat orang gila beneran, tapi juga yang bikin kebijakan gila."

“Kalau gue sih gampang aje. Kalau pade nggak seneng sama Pak Anies, pada pindah aje deh daripada ngerecokin mulu kerjaannye."

“ Lha kalau pada pindah, kota kite sepi dong, Bang…” tanya saya

“ Gampang. Datengin orang asing yang pinterin dikit. Kita naturalisasi! “

Tuh, kaaan…jangan-jangan yang ngeributin naturalisasi-normalisasi tapi nggak paham arti naturalisasi-normalisasi.

***

Editor: Pepih Nugraha