"Hakuna Matata", Jangan Khawatir!

Sabtu, 10 Februari 2018 | 15:29 WIB
0
872
"Hakuna Matata", Jangan Khawatir!

Setiap orang pasti ingin bahagia. Mereka ingin hidup mewah, ketika berusia muda, kaya raya, ketika berusia tua, dan masuk surga, ketika waktu kematian tiba. Paham tentang kebahagiaan pun beragam, mulai dari kebahagiaan material sampai dengan kebahagiaan spiritual. Agama dan budaya di berbagai tempat juga menawarkan beragam jalan menuju kebahagiaan, seturut dengan versinya masing-masing.

Walaupun begitu, kebahagiaan seringkali hanya merupakan sebentuk perasaan yang rapuh. Ia cepat datang, dan juga cepat pergi. Kebahagiaan lalu diselingi dengan saat-saat penderitaan. Hidup menjadi tidak seimbang dan melelahkan.

Banyak orang pun bertanya, bagaimana manusia bisa mencapai kebahagiaan yang stabil? Bagaimana menciptakan kebahagiaan yang tak rapuh ditelan oleh perubahan? Saya sudah mempelajari berbagai cara untuk menjawab pertanyaan ini. Namun, pada hemat saya, jalan ilmu pengetahuan modern adalah jalan yang paling cocok untuk menjawab pertanyaan tersebut.

Memahami otak dan kesadaran

Belajar tentang kebahagiaan berarti belajar tentang apa artinya menjadi manusia. Maka dari itu, kita perlu memahami betul cara kerja otak dan kesadaran yang ada di dalam diri kita. Dua hal ini amatlah penting, karena keduanyalah yang menentukan cara pandang kita tentang kenyataan dan kehidupan sebagai keseluruhan. Jika orang tak memahami otak dan kesadaran yang ia punya, maka ia akan mudah sekali jatuh ke dalam salah paham, lalu terjebak di dalam penderitaan yang tak perlu.

Otak adalah salah satu bagian terpenting dari tubuh manusia. Ia berfungsi dalam kerja sama dengan beragam organ lainnya, guna mengolah informasi yang ditangkap panca indera. Dari informasi tersebut, otak lalu menyediakan gambaran tentang kenyataan. Otak juga memiliki bagian yang terhubung dengan gerak dan fungsi-fungsi tubuh manusia, terutama fungsi-fungsi yang mengatur keseimbangan kimiawi dan biologis dari tubuh.

Sejak 30 tahun terakhir, penelitian tentang otak berkembang dengan cepat. Bagian-bagian otak coba diidentifikasi, terutama terkait dengan fungsinya. Namun, ada satu masalah yang tak kunjung bisa terjawab, dan bahkan mungkin tak bisa terjawab. Apakah otak yang melahirkan kesadaran? Apa tepatnya hubungan antara otak dan kesadaran?

Kesadaran terbagi menjadi dua, yakni kesadaran tentang dunia dan kesadaran diri. Kesadaran tentang dunia mencakup kesadaran tentang benda-benda di sekitar kita. Kesadaran diri terkait dengan segala yang terjadi di dalam tubuh, termasuk emosi, perasaan dan pikiran yang muncul. Walaupun memiliki ranah yang berbeda, keduanya merupakan satu kesadaran.

Mari kita pahami lebih jauh soal kesadaran ini. Semua informasi yang kita terima dari panca indera, pada dasarnya, adalah getaran listrik yang terjadi di saraf otak kita, begitu pula dengan segala bentuk pikiran dan emosi yang muncul. Tidak ada perempuan cantik dan cowok ganteng di dalam kenyataan. Yang ada, yang dapat kita ketahui, adalah kumpulan getaran listrik yang terjadi di saraf otak kita, yang seolah menggambarkan adanya perempuan cantik atau cowok ganteng.

Pikiran dan perasaan pun juga tak lebih dari sekedar kumpulan getaran listrik yang terjadi di saraf otak kita. Kecemasan, ketakutan dan kebahagiaan pun juga sama. Semua informasi yang kita terima dari panca indera, termasuk dengan pikiran, ingatan dan emosi di dalam diri kita, pada dasarnya, hanya sebentuk reaksi-reaksi listrik dan kimia di saraf otak kita. Pengamatan sederhana terhadap cara kerja otak dan kesadaran akan bermuara pada kesimpulan ini.

Tak berlebihan jika dikatakan, bahwa hidup ini adalah ilusi. Dalam arti ini, ilusi adalah sesuatu yang seolah ada, namun sebenarnya tak sungguh ada. Ilusi menipu otak dan kesadaran kita. Apa yang kita sebut sebagai hidup tak lebih dari apa yang ditangkap oleh panca indera kita (hidung, telinga, mata, kulit dan lidah), serta beragam pikiran, ingatan, analisis dan perasaan yang sebenarnya hanya merupakan getaran listrik dan reaksi kimiawi di otak. Tak lebih dan tak kurang.

Menuju kebahagiaan

Jika semuanya adalah ilusi, maka kita tak perlu terganggu dengan apapun. Pikiran dan emosi sesungguhnya adalah sumber penderitaan yang terdalam. Pikiran kita menyiksa kita dengan menyesali masa lalu, atau melakukan analisis berlebihan terhadap masa kini yang lalu menciptakan kecemasan atas masa depan. Emosi juga merupakan sebentuk pikiran, namun dengan daya tekan yang lebih kuat. Jika kita sungguh paham, dan mengalami betul, bahwa keduanya hanya merupakan sekumpulan gejala listrik dan kimiawi di saraf otak kita, maka kita akan secara alami mengabaikannya.

Kita tak lagi menganggap serius semua yang terjadi di dalam hidup ini. Kita seolah bangun dari mimpi buruk yang selama ini menghantui kita. Ada satu langkah lagi yang diperlukan disini. Ketika kita sadar, bahwa segala sesuatu adalah ilusi, apa yang tersisa? Jawabannya sederhana, yakni kesadaran yang menyadari segala sesuatu adalah ilusi ini.

Tingkat kesadaran ini lebih halus daripada kesadaran yang sudah dibahas sebelumnya. Kita bisa menyebutnya sebagai kesadaran murni (pure awareness). Kesadaran murni ini adalah hidup itu sendiri. Ia adalah energi, dan energi itu abadi. Ia tidak diciptakan, dan tidak akan pernah hancur.

Bagaimana cara sampai pada kesadaran murni ini? Cukup arahkan perhatian anda pada “subyek yang memperhatikan”. Dengan kata lain, arahkan perhatian anda pada sesuatu yang sedang membaca tulisan ini. “Sesuatu” inilah yang berada terpisah dari kesadaran dan otak, sebagaimana kita bahas sebelumnya.

Ketika kita sudah bisa mengarahkan perhatian kita pada kesadaran murni yang ada di dalam diri, kita akan secara alami mengalami kedamaian di dalam hati. Pada saat itu akan muncul pula secara alami keinginan untuk membantu orang lain untuk keluar dari penderitaan mereka. Inilah dasar sejati dari moralitas. Kebahagiaan pun tak lagi dirasakan sendirian, melainkan bisa dibagi ke orang lain yang juga mencarinya.

Hidup yang bahagia berarti hidup di dalam kesadaran murni ini. Segala sesuatu pun dilihat secara jernih dan obyektif dari sudut pandang kesadaran murni. Ilmu pengetahuan modern, terutama beragam penelitian soal otak dan kesadaran, menyadarkan kita, bahwa hidup tidak seperti yang kita kira. Ini kiranya sesuai dengan kebijaksanaan kuno dari Afrika: Hakuna Matata... jangan khawatir. Semua akan baik-baik saja, karena semuanya tak benar-benar ada.

***

Editor: Pepih Nugraha