Dalam teorinya tentang cultural capital dalam masyarakat modern, menurut Bourdie –pemikir Posmodern asal Perancis- lembaga pendidikan telah berfungsi sebagai institusi untuk mempertahankan kekuasaan.
Kelompok dominan (penguasa) membuat strategi pendidikan (kurikulum, tujuan pendidikan, struktur ekonomi) untuk menggiring anak-anak didik mereka memasuki struktur ekonomi dan masyarakat yang diciptakan oleh kelompok dominan. Produk pendidikan tidak punya alternatif lain kecuali memasuki struktur ekonomi yang diciptakan penguasa dimana kelompok dominan dengan mudah melakukan kontrol.
Kecenderungan umum sarjana-sarjana S1 setelah lulus perguruan tinggi adalah bekerja di kantor-kantor pemerintah, menjadi pegawai negeri, di lembaga pendidikan, perusahaan swasta dan lain-lain, yang semua struktur ekonomi tersebut adalah konstruksi kelompok dominan.
Dari perspektif inilah, bisa dibaca mengapa agenda reformasi masih susah untuk dijalankan, karena pusat-pusat kekuasaan masih didominasi dan dikontrol oleh kelompok dominan dalam negara.
Mahasiswa harus mendorong terciptanya hegemoni politik baru dimana strategi dan sistem pendidikan berorientasi pada produksi manusia-manusia unggul, yang memiliki idealisme, yang bisa membawa perubahan masyarakat, yang hidupnya diabdikan untuk kepentingan umum, bukan orientasi praktis dan pragmatis yang hanya mementingkan diri sendiri.
[irp posts="9883" name="Mereka Ini Anak UI Juga seperti Hariman Siregar dan Soe Hok Gie"]
Orientasi pragmatis dan material telah menggiring banyak mahasiwa pada aktifitas-aktifitas yang kurang relevansinya dengan kehidupan nyata, kurang peka dengan lingkungan sosial, dengan nasib orang-orang lemah dan dengan kehidupan politik yang menghalalkan segala cara.
Zaadit Taqwa memberikan penilaian kartu kuning kepada Presiden Jokowi semoga menjadi simbol kembalinya mahasiswa Indonesia ke kesadaran mahasiswa. Tak perlu dipolitisir macam-macam. Menilai kerja pemerintah adalah hal yang biasa dalam dunia aktivisme mahasiswa sebagai ekspresi menyatakan sikap dan pendapat yang dilindungi Undang-undang.
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews